Penetapan awal dan akhir Ramadan selalu akan beriringan, setidaknya di negara kita, dengan perdebatan soal standar yang digunakan untuk menetapkannya. Dalam hal ini ada dua perkara yang selalu 'diadu' kekuatannya, yaitu metode 'rukyatul hilal (melihat hilal, bulan tsabit yang muncul pada awal bulan sebagai pertanda awal masuknya bulan hijriah) versus metode hisab (penetapan berdasarkan perhitungan ilmu astronomi). Hasilnya adalah 'tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang'. Akibatnya, setiap tahun kita akan selalu melihat penetapan yang berbeda dan pada gilirannya, mau tidak mau, masyarakat dibuat bingung olehnya.
Baca selengkapnya »Dapat Nikmat, Ingat Hisab
Saudara… Nikmat bukan pemberian cuma-cuma yang kita bebas mempergunakannya semau kita. Bahkan ia merupakan amanah yang kita akan dimintai pertanggungjawabannya. Allah swt berfirman: “Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan.” (QS. At-Takatsur: 8)
Baca selengkapnya »Katanya Allah itu Ada, Mana Buktinya? Kenapa Tidak Bisa Kita Lihat?
Kisah ini termasuk kategori ‘Raddus-Syuhubuhat’ (jawaban atas tuduhan) tentang Islam. Musuh-musuh Islam selalu mencari-cari permasalahan dalam agama ini yang sulit dijawab oleh logika kita dan tujuannya agar kaum Muslimin ragu terhadap kebenaran agama mereka, terutama masalah aqidah.
Baca selengkapnya »Menuju Titik Temu Hisab Wujudul Hilal dan Hisab Imkan Rukyat
Jalan menuju persatuan terbuka lebar. Titik temu harus terus kita upayakan, walau awalnya terasa berat. Ego organisasi harus sama-sama kita tanggalkan demi ummat. Keseragaman mengawali Ramadhan dan mengakhirinya dengan Idul Fitri, serta dalam melaksanakan Idul Adha merupakan syiar yang luar biasa untuk menunjukkan bahwa ummat Islam bisa bersatu.
Baca selengkapnya »Kita Kritisi Wujudul Hilal, Tetapi Kita Semua Mencintai dan Menghormati Muhammadiyah
Kali ini saya ingin menulis hal non-teknis, karena saya banyak disalahpahami terkait kritik saya terhadap hisab wujudul hilal Muhammadiyah. Kritik demi kebaikan bersama pernah juga saya sampaikan kepada saudara-saudara kita di NU dan ormas-ormas Islam pengamal rukyat ketika ada hasil rukyat kontroversial saat sidang itsbat penentuan awal Dzulhijjah 1422/Februari 2002. Saat itu posisi bulan sangat rendah dan dari 34 lokasi pengamatan di seluruh Indonesia tidak ada yang melaporkan terlihatnya hilal, kecuali di Cakung.
Baca selengkapnya »Wujudul Hilal Tidak Ada Dasar Pembenaran Empiriknya
Ketika Muhammadiyah mengumumkan Idul Fitri jatuh pada 30 Agustus 2011, yang berbeda dari keputusan sidang itsbat, banyak orang yang mencari bukti pembenarannya. Bukti pertama yang ditunjukkan adalah kesaksian di Cakung dan Jepara. Bukti kedua yang banyak disebut adalah kesamaan dengan banyak negara. Tepatkah pembenaran itu? Sama sekali tidak tepat.
Baca selengkapnya »Bahas Kemungkinan Penetapan Bersama Hilal, Kemenag Gelar Lokakarya
Pemerintah melalui kementerian Agama membahas kemungkinan penetapan bersama kriteria hilal dalam menetapkan awal bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Kemungkinan itu akan digodok melalui lokakarya bertajuk "Mencari Kriteria Format Awal Bulan di Indonesia" di Cisarua, Bogor 19-21 September 2011.
Baca selengkapnya »Inikah Namanya Cinta?
Penetapan 1 Syawal lalu hingga saat ini masih menyisakan pelik. Pada kesempatan kali ini, insya Allah, saya akan mengutip beberapa hadits berkenaan dengan hilal dan kondisi faktual yang terjadi pada umat saat ini. Sidang itsbat beberapa pekan lalu cukup seru. Hampir semua berpendapat mengenai penetapan 1 Syawal. Dari Muhammadiyah menyatakan bahwa ada 3 orang asatidz yang disumpah bahwa mereka telah melihat hilal. Namun, kesaksian mereka ditolak, dianggap lemah, dan dikatakan tidak mungkin hilal dapat terlihat. Dengan demikian pemerintah menetapkan bahwa 1 Syawal jatuh pada hari Rabu, 31 Agustus 2011.
Baca selengkapnya »Wujudul Hilal yang Usang dan Jadi Pemecah Belah Ummat Harus Diperbarui
Boleh jadi banyak orang tersinggung dengan ungkapan lugas bahwa kriteria hisab wujudul hilal itu usang dan jadi pemecah belah ummat. Tetapi saya tidak menemukan kata-kata yang lebih halus, tetapi tepat maknanya. Saya pun rela disebut “provokator” demi membangunkan kita semua bahwa “ada kerikil tajam” yang selalu mengganjal penyatuan ummat.
Baca selengkapnya »Mengalah Demi Ummat
Kritik saya terhadap hisab (perhitungan astronomis) dan rukyat (pengamatan astronomis) yang dilakukan oleh dua ormas besar Muhammadiyah dan NU sudah lama saya lakukan, sejak tahun 1990-an. Kritik tersebut untuk mendorong penyempurnaan metode dan kriterianya. Kritik saya sampaikan dalam forum seminar, pelatihan, diskusi internal ormas, maupun melalui tulisan di media massa. Alhamdulillah, hal itu bisa saya lakukan karena saya sering diundang sebagai nara oleh NU, Muhammadiyah, dan Persis, tiga ormas Islam yang aktif melakukan hisab rukyat.
Baca selengkapnya »