Kedermawannanya itupun membuat hatinya senantiasa dihidupkan oleh Allah SWT untuk senantiasa mengingat dan mentadaburi ayat-ayatnya. Hingga di akhir kehidupan laki-laki shalih dermawan tersebut saat kematian hendak menjemput, ia masih sempat untuk melafazkan satu ayat kala nyawanya hendak terhempas: “Untuk kemenangan serupa ini, hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja”(Ash-Shaffat [37]: 61)
Baca selengkapnya »Akhir Kehidupan Sang Dermawan
“Sesungguhnya yang kita berikan untuk perempuan itu, jauh lebih utama daripada kita haji di tahun ini”, ucapnya saat ia hendak bertolak berbalik arah menuju Marwa. Abdullah bin Mubarak lebih mengedepankan untuk membantu saudaranya.
Baca selengkapnya »Dermawan Tak Harus Hartawan
Bahwa memaafkan kesalahan, kezaliman orang lain ternyata dicatat sebagai sedekah. Ia lulus menjadi dermawan meski tak hartawan. Kisah ini menjadi pelajaran bagi kita bahwa menjadi dermawan tak harus menunggu mempunyai sesuatu. Apa saja yang intinya bernilai manfaat baik itu, arta, tenaga, waktu dan lain sebagainya selama bermanfaat maka itu bisa diberikan pada orang lain. Sehingga tak ada lagi alasan bersedekah, berderma menunggu punya harta; tidak ada alasan lagi berderma menunggu sampai punya. Apa saja yang bisa diberikan berupa manfaat, di situ terbuka lebar untuk menjadikan kita dermawan.
Baca selengkapnya »Utsman bin Affan: Si Super Dermawan
Melakukan ketaatan kepada Allah pada waktu kaya adalah sesuatu perkara yang sulit karena diwaktu itu banyak keinginan-keinginan kita untuk mempergunakan harta tersebut dan kadang kala kita lupa bersyukur terhadap apa yang diberikan Allah kepada kita selama ini.
Baca selengkapnya »Membangun Jiwa Dermawan
Setiap memasuki bulan Rajab kita disunnahkan membaca doa yang berbunyi, Allahumma bariklana fi rajaba wa syahban wabilgna fi ramadhan. “Ya Allah, berkahilah usiaku di bulan rajab dan Sya’ban. Dan hantarkanlah usiaku untuk masuk bulan Ramadhan.
Baca selengkapnya »Kedermawanan Kaum Anshar
dakwatuna.com - Setelah diizinkan Allah berhijrah, kaum muslimin Mekkah menetap di Kota Madinah. Kaum Anshar sangat antusias menerima saudara-saudara seiman mereka, kaum Muhajirin. Mereka membagi tempat tinggal dan makanan dengan senang hati. Bahkan, mengutamakan segala sesuatu bagi kaum Muhajirin melebihi diri mereka sendiri. Karena itu tak heran Allah swt. mengabadikan fenomena itu dalam Al-Qur'an.
Baca selengkapnya »