Buku yang berhasil disusun secara apik dan telah mampu menggambarkan penerapan nilai-nilai Islam di Negara yang konon bukan Negara yang berpenduduk mayoritas muslim. Membaca buku ini, pembaca diajak seolah-seolah berada di Jepang sungguhan. Membayangkan eksotismenya, keteraturan serta kedisiplinannya. Dengan bahasa yang mudah dipahami, buku ini sangat memberikan informasi dan inspirasi, khususnya bagi orang-orang yang akan berkunjung ke Jepang.
Baca selengkapnya »Setitik Cahaya Kota Quds
Pagi itu aku jalan-jalan menyusuri kompleks menara Kudus bersama Rasyid dan Adiknya sambil membawa dagangan tasbih. “Mbak mau jalan-jalan ke mana?” tanya Rasyid. “Aku ingin kembali ke masjid itu lagi, masih banyak yang belum ku ketahui di sana” jawabku sambil mengutek-ngutek kamera. Tiba di depan gapura, mataku terbelanga melihat ketinggiannya. “Menara Kudus ini memiliki ketinggian sekitar 18 meter dengan bagian dasar berukuran 10x10m. Di sekeliling bangunan dihias dengan piring-piring bergambar yang kesemuanya berjumlah 32 buah. Dua puluh buah di antaranya berwarna biru berlukiskan masjid, manusia dengan unta dan pohon kurma.” Rasyid menjelaskannya begitu detail, seakan dia mengerti rasa keingintahuanku. “Masjid ini juga dibuat merujuk pada unsur arsitektur Jawa-Hindu, karena jaman dahulu kala kota Kudus ini mayoritas beragama Hindu”. Ucap Rasyid.
Baca selengkapnya »Cahaya Konseptual
Fakta di lapangan mengatakan bahwa, ideologi Islam yang dibawa Ikhwanul Muslimin benar-benar menginspirasi banyak negara Islam yang berada di berbagai belahan negara lain. Walaupun titik awalnya berada di Mesir, toh pada akhirnya Ikhwanul Muslimin berhasil membangun jaringan berskala internasional. Dan itu tidak terlepas dari cahaya konseptual yang berhasil dibangun oleh para pendirinya. Itulah cahaya konseptual yang harus dari jauh-jauh hari dibangun, sebelum diri ini memimpin.
Baca selengkapnya »Dua Cahaya
Seperti minggu sebelumnya, liqa’ kali ini dilaksanakan di masjid pusat kota. Aulia, Asyifa, Nurul, Nazwa, dan Rahma, tengah mendengarkan materi yang disampaikan oleh Ustadzah Nia. Materi yang dijelaskan Ustadzah Nia kali ini tentang keimanan: “Seperti firman Allah dalam surah Al-Ankabut ayat 2 dan 3 yang artinya, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman” sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.””
Baca selengkapnya »Sebuah Epilog: Dua Suar Cahaya di Bumi Kaktus
Kedua tiang itu tampak berdiri tegar menyokong hampir semua elemen Mushalla. Letaknya di bagian utara dan selatan. Pagar kayu mengelilingi halaman berjejer meski tak begitu rapi, karena pagar tak elok ini adalah karya tangan-tangan lusuh yang terbiasa memegang pena.
Baca selengkapnya »1 Ramadhan, Menghidupkan Hati dengan Memohon Ampunan kepada Allah Ta’ala
Saudaraku, ampunan dari Allah Ta’ala sangatlah cukup untuk menutupi seluruh dosa kita. Hanya apakah kita menghadap kepada-Nya dengan sungguh-sungguh?
Baca selengkapnya »Kemuliaan Nabi Muhammad Saw
Engkau (Nabi Muhammad) seperti matahari yang bersinar di pagi hari. Engkau bagaikan bulan purnama yang bersinar di malam hari. Tetapi sinarmu (Nabi Muhammad Saw) lebih bersinar daripada sinar matahari dan bulan purnama, yang sinarnya bukan hanya di pagi atau malam saja, tetapi pada keseluruhan waktunya. Engkau (Nabi Muhammad Saw) bagaikan seperti kayu iktsir yang nilainya mahal.
Baca selengkapnya »Dari Perjalanan, Menuju Kejayaan
Momentum Isra’ Mi’raj setiap tahunnya bisa menjadi titik di mana kita bisa mengevaluasi kembali perjalanan hidup sejauh yang telah kita jalan. Apakah kita berada di dalam ruang-ruang keberkahan dan sejauh mana usaha kita memperluas ruang keberkahan tersebut? Sehingga dalam merenungkan peristiwa Isra’ Mi’raj tercipta kesadaran baik secara pribadi maupun bersama-sama untuk berupaya memperluas ruang-ruang keberkahan sejauh mungkin.
Baca selengkapnya »Ketika Jujur Telah Menjadi Barang Langka
Namun ternyata, pergantian zaman, pertukaran waktu membuat kekokohan itu terkikis perlahan. Era modernisasi yang menghantarkan kecanggihan membuat jujur seperti alat tukar yang bisa diperjualbelikan dengan sembarangan saja. Tidak lagi menjiwai, tidak lagi mendasari.
Baca selengkapnya »Malam
Malam, aku bercerita padamu Tentang diriku yang terbungkam bisu dalam kesendirian Mengupas rindu berkepanjangan
Baca selengkapnya »