Arsip Kata Kunci: bagi

Sejak beberapa tahun lalu, ide menulis menuangkan semua kegelisahan pikiran ini selalu saja menggoda saya untuk menuliskannya dan membaginya pada semua. Tulisan ini dimaksudkan agar saya bisa memahami dalam-dalam dan tidak merasa asing dengan maknanya.

“Mempertimbangkan kondisi sulit pagi ini, diputuskan acara Komunitas Entrepreneur Perempuan hari ini dibatalkan. Sebanyak 300 kotak snack akan diberikan pada korban banjir di sekitar lokasi acara, “ ujar panitia Talkshow Menjadi Mompreneur Sukses, S Rahma FM melalui pesan pendek, Kamis (17/1).

Puluhan kader PKS terjun ke lokasi banjir untuk membagikan logistik kepada warga yang rumahnya terendam banjir di kawasan Kedoya Utara, Rabu (16/1). Kader PKS yang mengenakan seragam warna coklat itu, langsung turun menerjang banjir dan mendatangi satu persatu rumah warga hingga ke gang-gang sempit untuk membagikan nasi bungkus.

Sebuah kepastian jika ekonomi sangat penting bagi umat Islam. Bahkan dengan ekonomi yang kuat maka umat ini akan lebih diperhitungkan dan berjaya daripada dengan umat yang lainnya. Mengapa? Karena dari sisi ajaran kita lebih mulia dari ajaran yang lainnya, sedangkan di bidang ekonomi kita punya sistem yang sangat adil.

Perempuan biasa nan sederhana itu ku panggil ibu, Wanita yang telah menyediakan rahimnya untuk hidupku, Membawa ke mana pergi meski teramat sering kepayahan, Sembilan bulan lamanya, Wanita yang telah berjuang bertaruh nyawa tuk hidupku, Hadirku adalah bahagianya, senyum tulus rekah menyambut, Meski nantinya aku hanya akan menambah pekerjaan bagimu.

Aku manusia fakir, Fakir terhadap harta dan benda, Namun pantang bagiku untuk meminta-minta, Apalagi mengambil harta yang bukan haknya, Korupsi, judi bagiku suatu yang tercela, Kasarnya tanganku karena bekerja lebih Rasulullah suka, Aku manusia fakir, Fakir terhadap jabatan dan tahta, Namun itu bukan suatu cita-cita, Apalagi suap untuk mendapatkannya.

Usah lengah berbenah menyambut pagi, Pagi membagi rizki, Selaksa asa, Sejumput sejuk embun, Kalau tak ingin hina julurkan kaki dan tangan, Berbenah memenuhi mentari pagi, Awal kuncup mekar, Awali khusyuk memasrah pada-Nya, Sebab pagi adalah milik-Nya, Kau, aku dan mereka yang bertasbih dengan kicauannya, Juga angin yang menyapu lembut hela-hela kulit basah daun.

Saat itu Fulan menyampaikan alasan mengapa ia berencana berkurban di kampung halamannya. Selain ingin berbagi dengan warga di sana, juga karena Fulan merasa panitia kurban di lingkungan tempat tinggalnya kurang amanah. Pembagian daging kurban yang tidak tepat sasaran membuat Fulan berpikir ulang.

Rina sedang berkumpul dengan teman-temannya. Sesekali dia ikut nimbrung dengan teman-temannya yang gaul. Meskipun Rina hanya banyak mendengarkan teman-temannya berbagi cerita, tetapi dia merasa bahwa berkumpul seperti itu perlu dilakukan sebagai pendekatan dan menambah wawasan tentang pergaulan.

Kisah ini mungkin tak sepadan hikmahnya dibanding Menikmati Shalat di Bawah Guyuran Hujan ataukah Monolog Terhadap Diri (maaf kalau menyebutkan judul), dua judul kisah yang pernah penulis baca di sebuah majalah Islam: Tarbawi. Namun rasanya indah jika aku berbagi melalui goresan ini.