Yang aku bingungkan, Rudi ini bertahan di masjid apakah karena bapak Wakil Menteri yang profesor itu, atau teh panas serta pisang goreng dan kawan-kawannya, ataupun tema Mabit malam ini? Sudah sepantasnya aku meluruskan niat. Namun pertanyaan itu masih aku simpan sampai sekarang.
Baca selengkapnya »Dia, Kusebut Pembunuh!
"Hentikan! Please! Yang kamu lakukan begitu menyiksaku!” teriakanku tiada guna, karena kamu pun tetap dengan kebiasaanmu, asyik bermain-main dengannya, bersama menyiksaku. Haruskah aku putus asa atas itu? Karena sudah sangat lelah dalam siksaan kalian.
Baca selengkapnya »Humaira, Gadis Cilik Suriah
Humaira, gadis cilik berusia 12 tahun itu meringkuk ketakutan seraya memeluk Umar, adiknya yang masih berusia lima tahun. Mereka bersembunyi di dalam lemari di dapur rumahnya yang gelap tanpa listrik. “Kakak, aku takut sekali....” Umar berbisik pelan. Tubuhnya menggigil ketakutan dan ia mulai menangis.
Baca selengkapnya »Kembang Api di Matamu
Rekaman itu seolah hadir di pelupuk mata, menyesakkan rongga dada, memenuhi isi kepala, meruntuhkan segala dinding keangkuhan dan atas izin-Nya sekonyong-konyong ia hadir menjadi penghuni baru di sanubari; selamat datang penyesalan, semoga hadirmu hadirkan secercah hikmah dari masa silam.
Baca selengkapnya »Ketika Merpati Hinggap di Atap Masjidil Haram
Mobil bus Ar-Raheel yang kami tumpangi memasuki tanah suci Mekah. Setelah menempuh perjalanan sekitar enam jam dari kota Madinah, kini kami mulai memasuki kawasan tanah haram Mekah. Cukup meletihkan perjalanan ini, namun semangat untuk segera melihat Ka’bah, bertawaf mengitarinya dan mencium hajar aswad telah berhasil membunuh rasa kantuk dan letihku.
Baca selengkapnya »Akhwat Suci Berakhlak Mulia
Sabtu sore sehabis pulang dari kantor, aku ada janji reuni dengan sahabat kuliahku di salah satu café yang ada di mall. Meskipun cuaca tampak sedikit mendung, namun janji tetaplah janji yang harus ditunaikan. Lagipula, benih rindu dengan kawan-kawan seperjuangan agaknya perlu untuk diobati.
Baca selengkapnya »Lelaki Tampan di Sudut Masjid Nabawi
Hah! Kini aku benar-benar tak berani menaikkan wajahku. Aku tak kuasa menjadi Zulaikha yang tertawan ketampanan Yusuf. Aku tak ingin melukai tanganku dengan pisau, eh pulpen dan menjadikannya berdarah-darah. Segera setelah selesai menuliskan nomor HP-ku, aku pun permisi. Kulihat dia tersenyum dengan secarik kertas yang aku berikan itu.
Baca selengkapnya »Inikah Cinta Yang Tertunda, Yaa Rabb?
Dari balik kain gorden pintu, samar-samar ia mendengar lantunan surah Ar-Rahman yang begitu syahdu di telinganya. Daun pintu yang setengah terbuka memudahkan ia mengintip sebagian dalamnya lewat celah kain gorden. Tampak si empunya kamar sedang muraja’ah diiringi murattal. Urung langkah ia memutar badan, membatalkan maksudnya.
Baca selengkapnya »Mengurung Rindu
Murni pandangi lagi kertas itu. Sebuah kertas putih seukuran KTP. Di sisinya ada bekas sobekan. Sangat kentara kalau kertas itu diambil dengan tergesa atau…terpaksa. Belum lagi tulisannya yang pudar karena terkena air. Entah air apa. Terlalu banyak air yang dilihatnya ketika sebuah tangan menyodorkan kertas mungil itu.
Baca selengkapnya »Kita tak Selamanya Sama
Jam 1 siang di kafe. Aku sudah di sana dan memesan tempat untuk kami sebanyak sembilan orang. Mereka datang terlambat, batinku. Ah entahlah sepertinya aku mulai tak menyukai keterlambatan. Padahal sebenarnya saat SMA, kami sering sama-sama terlambat. Tapi ini lain, menurutku.
Baca selengkapnya »