Afrika

Jamaah Ikhwanul Muslimin di Mesir mengecam pihak penguasa kudeta yang telah menghabisi 13 orang pimpinan Ikhwanul Muslimin dengan sadis Rabu kemarin. Pembunuhan dengan darah dingin ini akan memulai fase baru perjuangan melawan kudeta militer di Mesir.

Aksi pembunuhan baru saja dilakukan polisi pemerintah kudeta Mesir terhadap para anggota komite penyantum keluarga korban pembantaian kudeta. Sembilan orang anggota komite dibunuh bersamaan di sebuah flat di kota 6 Oktober, Rabu (1/7/2015) sore hari ini.

Amr Darrag, mantan menteri perencanaan dan kerja sama luar negeri di masa Presiden Mursi, mengatakan abhwa jamaah Ikhwanul Muslimin bukan yang membunuh jaksa agung Mesir, Hisham Barakat. Apa yang saat ini diopinikan media adalah pemutarbalikan fakta.

Menurut surat kabar ternama di Inggris itu, tewasnya Jaksa Agung dinilai As-Sisi sebagai penghambat pelaksanaan vonis mati yang dijatuhkan kepada Mursi dan petinggi Ikhwanul Muslimin lainnya. Dengan demikian As-Sisi mengambil kebijakan merevisi UU peradilan sehingga tidak ada celah untuk menunda pelaksanaan hukuman mati.

Ketua Ikatan Ulama Muslimin mengutuk keras pembunuhan yang dilakukan terhada jaksa agung Mesir Hisam Barokat. Pernyataan ini disampaikan Al-Qorodhowi melalui statusnya di media sosial Twitter.

Para demonstran dalam aksinya menuntut hukum qishosh atas nama darah para syuhada terhadap pelaku pembantaian dan juga menuntut agar mereka para pendukung legitimasi untuk segera dibebaskan.

Marzouk mengeluarkan pernyataan, sekalipun ditawan dan dideportasi Israel, dirinya tidak gentar untuk ikut serta dalam aksi Freedom Flotilla selanjutnya. Ia sendiri mengaku bahwa keikutsertaannya dalam aksi ini tidak lain adalah untuk membantu warga Palestina yang terzalimi dan kehilangan hak-haknya sebagai manusia merdeka

Seorang jurnalis yang sangat kritis kepada pemerintah kudeta militer, Wael Qandil, mengatakan bahwa tuduhan atas pembunuhan jaksa agung, Hisham Barakat, pasti akan diarahkan kepada jamaah Ikhwanul Muslimin, walaupun tidak ada bukti yang menguatkannya.

Menanggapi kejadian ledakan bom yang menewaskan jaksa agung Hisham Barakat, Senin (29/6/2015) kemarin, jamaah Ikhwanul Muslimin menyatakan bahwa kekerasan bukanlah jalan perjuangannya, dan menuduh kejahatan kudeta militer yang menjadi penyebab timbulnya kekerasan.

Sehari sebelum dimulainya gerakan revolusi besar-besaran melawan penguasa kudeta militer 30 Juli besok, terjadi serangan bom yang menarget konvoi mobil jaksa agung, Hisham Barakat. Ledakan bom ini menandakan kegagalan penguasa kudeta dalam memenej krisis yang saat ini menimpa.