Human Rights Watch menilai sistem peradilan di Saudi sangat buruk. Disebutkan, sejak tahun 2014 saja Saudi telah menghukum mati sekitar 600 orang.

Jamaah Syiah Hutsi memang bertekad menyerang sumber perekonomian terbesar Arab Saudi. Hutsi berharap, dengan begitu mereka dapat melumpuhkan perekonomian Saudi sehingga mengakhiri serangan ke Yaman.

NYT menukil pernyataan dari pejabat intelijen salah satu negara di Timur Tengah. Menurutnya, pembunuhan Al Batsh merupakan bagian dari operasi besar-besaran atas perintah Kepala Mossad, Yossi Cohen.

Dalam wawancara dengan media Arab Saudi itu, Lieberman juga menyebut pihaknya menjalin dialog dengan negara-negara Arab. Namun ia enggan menyebut negara mana yang dimaksud.

Jalan Erdogan untuk memenangi pemilu dinilai tak terlalu mulus. Salah satu tantangan Erdogan justru datang dari isu pencalonan sekutunya, yang juga Mantan Presiden Turki dan salah satu pendiri AKP, Abdullah Gul.

Surat kabar Le Parisien memuat sebuah petisi yang ditandatangani hampir 300 orang. Dalam petisi itu, para penandatangan menuduh Islam sebagai ‘agama radikal’. Mereka juga menuntut agar beberapa ayat dalam Al-Quran dikoreksi dan dihapus.

Menteri Saudi Urusan Afrika, Ahmed Kattan menyebut ada 'masalah struktural' dalam pasar tenaga kerja di negaranya. Selain itu, Saudi juga masih 'kecanduan' tenaga kerja asing yang berupah lebih murah.

Sebanyak 300 anak-anak di Kota Al-Quds menjadi tahanan rumah sejak akhir 2015 hingga saat ini. Ini sebagaimana yang dilaporkan Komite Urusan Tahanan di Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).

Kepolisian Malaysia meyakini dua terduga pembunuh ilmuwan Palestina masih berada di Malaysia.

Kepolisian Malaysia merilis perkembangan terbaru kasus pembunuhan yang menimpa ilmuwan Palestina, Fadi Al Batsh. Disebutkan, Kepolisian juga telah membentuk unit khusus melakukan investigasi dan memburu pelaku.