Ka’bah benar-benar ada di hadapanku. Dari tepian lantai 2 Masjidil Haram, sisi Ka’bah di mana terdapat Multazam terlihat jelas. Tanganku sibuk mengusap pipi yang basah dengan ujung mukena. Perlahan, lirih kubaca doa melihat Ka’bah yang telah kuberi tanda dari buku panduan kecil yang tergantung di dada. Ya, lepas shalat Maghrib tadi aku kehausan hingga kulangkahkan kaki ini menuju deretan galon berwarna krem yang berisi air zamzam.
Baca selengkapnya »Ketika Hidayah Menyapa
Matahari pukul dua siang masih terasa menyengat. Tenggorokannya makin kering merindukan seteguk air. Dia mempercepat langkahnya. Setengah berlari, disusurinya jalan kecil menuju rumahnya. Ia terengah-engah, karena jalan menuju rumahnya mulai menanjak. Sang perut juga sudah keroncongan sejak di sekolah tadi.
Baca selengkapnya »Woman In Purple
Mami telah menyulap ibu dari gadis belia menjadi wanita dewasa. Dan sejak itu mami menyebut ibu woman in purple yang kemudian menjadi buah bibir di kalangan para tetamu. Ibupun menjadi anak kesayangan mami. Namun setelah lima tahun bekerja untuk mami, seorang pria paruh baya yang dua bulan belakangan selalu ditemani ibu, berhasil melepaskannya dari mami.
Baca selengkapnya »Dua Amanah Untukku
Di sepertiga malam ini, kembali aku bersimpuh. Dalam sujud-sujud panjangku, kembali kulantunkan doa untuk kedua putriku. Doa sekaligus curhat panjang yang dihiasi tetesan bening yang mengalir tanpa mampu kutahan. Sejujurnya aku malu pada Tuhanku. Aku yang selalu datang kepada-Nya, namun hanya membawa sekeranjang keluh dan kesah.
Baca selengkapnya »