Topic
Home / Amoe Hirata (halaman 2)

Amoe Hirata

Anggota Manajemen Penulis Indonesia.

Mata Hati

Potensi mata hati ini bila benar-benar digunakan dengan baik maka akan lebih mengungguli orang yang tidak memakainya. Anda tentu pernah mendengar nama seperti: ibnu Katsir (di akhir hayatnya pengelihatanya hilang), ad-Dzahabi (kehilangan pengelihatan di akhir hayatnya di sela-sela kesibukannya mengajar dan menulis), ibnu Baaz (yang buta ketika berumur 20 tahun namun kemudian menjadi ulama` besar dan produktif menulis), al-Baraak, ar-Rukbaan dan lainnya merupakan bukti nyata bahwa buta mata fisik bukanlah halangan utama asal mata hati tidak buta. Dengan mata hati jernih tentu saja kita bisa melihat petunjuk dan kebenaran Allah.

Baca selengkapnya »

Dermawan Tak Harus Hartawan

Bahwa memaafkan kesalahan, kezaliman orang lain ternyata dicatat sebagai sedekah. Ia lulus menjadi dermawan meski tak hartawan. Kisah ini menjadi pelajaran bagi kita bahwa menjadi dermawan tak harus menunggu mempunyai sesuatu. Apa saja yang intinya bernilai manfaat baik itu, arta, tenaga, waktu dan lain sebagainya selama bermanfaat maka itu bisa diberikan pada orang lain. Sehingga tak ada lagi alasan bersedekah, berderma menunggu punya harta; tidak ada alasan lagi berderma menunggu sampai punya. Apa saja yang bisa diberikan berupa manfaat, di situ terbuka lebar untuk menjadikan kita dermawan.

Baca selengkapnya »

Hukum Plus Hikmah

Di negeri tercinta ini, mungkin banyak yang mengerti hukum, tapi pertanyannya ialah apakah hukum sudah benar-benar ditegakkan, kalau pun ditegakkan, apa sudah bijak dan santun?. Masyarakat sangat butuh figur-figur seperti Mu`adz bin Jabal, yang menguasai dan piawai hukum, tapi tetap menyampaikan, menegakkannya dengan cara santun, sehingga tak mengherankan jika banyak masyarakat yang kagum. Hukum memang perlu dan sangat penting ditegakkan, tapi yang lebih penting lagi hukum harus dibungkus dengan cara yang bijak dan santun. Disampaikan dengan cara sebijaksana mungkin, dan melalui tahapan-tahapan yang memungkinkan orang untuk melakukannya secara optimal.

Baca selengkapnya »

Tongkat Lintas Akhirat

Bukan tongkat benar yang bikin hebat. Tongkat hanya sebagai simbol rekomandasi kesaksian Rasulullah bahwa Abdullah bin Unais benar-benar pejuang. Abdullah bin Unais telah mampu melampaui kepentingan pribadinya demi kemaslahatan yang lebih luas; ia telah mampu mengontrol hawa nafsu pribadinya, untuk senantiasa peduli dengan kepentingan umat; mampu membuat jarak dengan egoisme pribadi untuk pergi lebih jauh pada kepentingan yang lebih luas dan hakiki. Lantas, bagaimana dengan kita? Apa yang akan kita persembahkan?.

Baca selengkapnya »

Broken Heart Karena Tahajud

Kita mungkin akan bertanya-tanya, apa kiranya yang bisa menjawab perasaan kehilangan mereka yang begitu besar ketika tertinggal Tahajud lantaran tertidur. Satu-satunya jawaban yang bisa menjelaskannya secara abstrak ialah: mereka telah merasakan, ‘halâwatul imân (manisnya iman).Tentu saja, bagi yang mau merasakan halâwatul imân, harus membiasakan diri beribadah kepada Allah, untuk memperoleh ridha-Nya

Baca selengkapnya »

Kelembutan dan Ketegasan dalam Kepemimpinan

Dari sifat keduanya (lembut dan keras), kita bisa mengambil pelajaran berharga. Pertama, keras dan lembut itu dibutuhkan pada saatnya yang tepat. Ketika aturan agama dilanggar, maka sifat keras digunakan. Adapun selain dari itu, maka dengan lembut. Kedua, sifat lembut dan keras, tidak menafikan ketegasan. Meski memiliki sifat berbeda, Abu Bakar dan Umar mampu menunjukkan ketegasannya. Ketiga, kelembutan sangat penting dalam kegiatan dakwah. Sedangkan keras, sangat penting dalam kapasitas sebagai pemimpin ketika menghadapi pelanggaran.

Baca selengkapnya »
Figure
Organization