dakwatuna.com – Riyadh. Misteri pembunuhan jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi hingga kini belum menemui titik terang. Pasalnya, dugaan keterlibatan orang paling penting di Riyadh terus berhembus, namun tidak ada bukti yang cukup atas tuduhan itu.
Sementara, seorang pejabat di Amnesti Internasional secara gamblang menyebut Putra Mahkota Saudi, Pangeran Muhammad bin Salman (MBS) terlibat dalam pembunuhan Khashoggi di Konsulat Saudi di Istanbul 2 Oktober 2018 silam.
Pejabat itu menambahkan, para pelaku melancarkan aksi pembunuhan terhadap Khashoggi yang berakhir pada pencairan jasadnya itu, dapat arahan dari MBS sebagai pekerjaan mereka yang terakhir.
Meskipun pihak Riyadh dipastikan membantah tuduhan ini, namun laporan Amnesti Internasional akan mempengaruhi sikap sejumlah pihak, termasuk Kongres AS.
Diketahui, Khashoggi dikenal sebagai jurnalis yang dulunya sangat dekat dengan pihak Kerajaan Saudi. Namun belakangan ia sering mengkritik pemerintah Riyadh, lantaran kedekatan rezim dengan Amerika Serikat (AS) di bawah pemerintahan Donald Trump.
Atas keterangan itu, Amnesti Internasional kemudian meminta PBB dan sejumlah pihak untuk membuka investigasi independen terhadap kasus ini. Dilansir dari Aljazeera, Jumat (05/04/2019), rekomendasi Amnesti ke Sekjen PBB juga telah disampaikan beberapa hari lalu.
Dalam keterangannya, Amnesti menuding Arab Saudi dan sejumlah negara lain dengan sengaja menutupi fakta pembunuhan Khashoggi. Disebutkan, hal itu dilakukan untuk mengamankan kerja sama dan kesepakatan jual beli senjata dengan Riyadh. (whc/dakwatuna.com)