Tujuh Kompleks Pengungsi Sulteng Diresmikan ACT

dakwatuna.com -Sejak terjadinya bencana gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi yang terjadi di Sulawesi Tengah pada 28 september 2018, Aksi Cepat Tanggap (ACT) terus berikhtiar memberikan bantuan dan dukungan terbaik kepadapara penyintas gempa.

Salah satu fokus utama ACT adalah menyiapkan hunian untuk para penyintas gempa bumi, tsunami dan likuifaksi adalah pembangunan kompleks Hunian Nyaman Terpaduatau Integrated Community Shelter (ICS).

Sejak awal oktober 2018, ACT gencar membangun ICS di berbagai titik di Palu, Sigi, Donggala.

Berpusat di ICS Desa Lolu, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, ACT meresmikan ketujuh kompleks ICS pada Selasa (8/1), dari sebelas kompleks ICS yang disiapkan. Acara peresmian tersebut dihadiri oleh Syuhelmaidi Syukur selaku Senior Vice President ACT, Paulina selaku Wakil Bupati Sigi, Kasman Lassa selaku Bupati Donggala, serta M. Alfatih Timur selaku CEO Kitabisa.com.

Syuhelmaidi Syukur mengatakan, ICS di Sulawesi Tengah tujuannya sama seperti pembangunan hunian sebelumnya, yakni sebagai upaya ACT dalam melayani korban terdampak bencana secara terpadu.

“Kami tahu Allah selalu berbuat total dalam mengurus setiap hambanya, tanpa terkecuali. Maka, ACT juga tidak boleh berlaku setengah-setengah. ACT mengerahkan semua kekuatan dan kemampuan sebagai bagian dari cara ACT dalam merespons dan menangani setiap masalah pascabencana secara cepat, total, dan tuntas. Tentu dengan manajemen kebencanaan yang total pula,” jelas Syuhelmaidi, Selasa (8/1).

Tujuh kompleks ICS yang diresmikan pada Selasa (8/1) meliputi ICS Duyu, ICS Ulujadi, dan ICS Habib Soleh di Kota Palu; ICS Lolu, ICS Sibalaya, ICS Soulowe di Kabupaten Sigi; serta ICS Wani di Kabupaten Donggala. Jumlah total yang sudah terbangun dalam semua kompleks itu adalah sebanyak 656 unit, dari 1.168 unit yang disiapkan.

“Insya Allah, masa pemulihan pascabencana Sulawesi Tengah tidak hanya sampai di sini. Kami pun sedang dalam tahap pembangunan satu kompleks ICS lagi. Target ACT akan bangun 11 kompleks ICS, tiga yang tersisa sudah dalam tahap persiapan, tinggal eksekusi pembangunannya. Kami mohon doa dan dukungan dari semua masyarakat Indonesia agar ikhtiar-ikhtiar ini dapat terwujud,” tutur Syuhelmaidi.

Satu dari tujuh kompleks, ICS Desa Lolu, dilengkapi dengan sarana layanan logistik pengungsi. Bekerja sama dengan Global Wakaf, ACT menghadirkan juga Humanity Distribution Center (HDC). Syuhelmaidi menjelaskan, HDC hadir untuk menjadi sarana penopang masa pemulihan pascabencana, terutama bagi para warga terdampak yang berada di sekitar Desa Lolu.

“Desa Lolu kami pilih sebagai lokasi HDC karena lahannya yang luas, menampung 160 unit shelter. Kondisi lingkungan dan masyarakatnya pun kondusif, di samping Desa Lolu juga menjadi wilayah dengan jumlah pengungsi yang besar. HDC ini menjadi tahap pertama, sambil kita mempersiapkan aksi-aksi selanjutnya,” ungkap Syuhelmaidi.

Rizky Wihardi selaku Koordinator HDC memaparkan, nantinya HDC akan menjadi pusat layanan logistik untuk warga terdampak bencana yang berada di sekitar Desa Lolu. Sebelumnya, para penerima manfaat HDC juga mendapat Humanity Card sebagai alat tukar barang logistik. Setiap keluarga mendapat satu kartu untuk pengambilan satu kali per dua minggu.

“HDC di ICS Desa Lolu siap untuk melayani 4.200 keluarga atau setara 16.000 jiwa. Sehingga dihitung per hari, HDC mampu mendistribusikan 300 paket logistik secara gratis bagi para warga terdampak. Tahap pertama dalam pemulihan, insya Allah HDC akan hadir selama tiga bulan ke depan,” tambah Rizky.

ACT akan terus berupaya mendampingi masyarakat terdampak bencana di Sulteng di masa pemulihan ini, baik dalam penyediaan hunian, pangan, hingga pembangunan fasilitas umum. (nsr/dakwatuna.com)

Konten Terkait
Disqus Comments Loading...