Ada beberapa nama yang disebut-sebut sebagai pengawas pembicaraan tersebut. Mereka adalah Menlu Oman Yusuf bin Alawi bin Abdullah yang melakukan kunjungan ke Washington dan Teheran, serta Menlu Iran Muhamad Javad Zarif yang berkunjung ke Muskat, Oman, pada awal Juli lalu.
Dua orang tersebut memiliki peran penting selama dua tahun diplomasi rahasia. Hasil darinya adalah terjadinya penandatanganan kesepakatan nuklir Iran tahun 2015 pada masa pemerintahan Presiden Barack Obama lalu.
Debka juga menyebutkan, pembicaraan keduanya bertujuan mengungkap syarat Trump untuk menggelar pembicaraan nuklir baru dengan Teheran.
Baru-baru ini, Presiden AS tersebut mengungkapkan kesediaannya untuk menggelar pertemuan dengan Presiden Iran, tanpa syarat. Pengumuman Trump itu, sebut Debka, sangat mengejutkan bagi Israel.
Selama dua hari Israel bungkam terkait pernyataan Trump tersebut. Namun kemudian, seorang pejabat tinggi yang enggan disebut namanya mengungkapkan bahwa Washington “menegaskan pada Tel Aviv bahwa tidak ada perubahan kebijakan terhadap Teheran”.
Kabar pembicaraan rahasia AS dan Iran menimbulkan banyak tanda tanya. Dia antaranya: mengapa Washington menyembunyikan pembicaraan itu dari sekutunya, Israel, selama hampir dua bulan? (whc/dakwatuna)
Redaktur: William
Beri Nilai: