Ahed Tamimi, Ikon Perjuangan Palestina

Ahed Tamimi (tengah) sesaat setelah bebas dari penjara Israel. (Yenisafak)
dakwatuna.com – Ramallah. Ikon Perjuangan Palestina Ahed Tamimi dibebaskan dari penjara Israel, Ahad (29/07). Sebelumnya, ia menghabiskan 8 bulan dalam kurungan setelah menampar dua orang prajurit Israel.

Gadis berusia 17 tahun itu ditangkap dan dijebloskan ke penjara pada Desember 2017 setelah videonya menampar dan memukul dua prajurit Israel menjadi viral. Ibunya, Nariman, juga turut diringkus karena diduga merekam dan menyebarkan insiden tersebut.

Pada Maret lalu, Tamimi dijatuhi hukuman 8 bulan penjara oleh pengadilan Israel.
Tamimi lahir pada 31 Januari 2001 di desa Nabi Saleh, sebelah barat kota Ramallah, tepi Barat. Ia lahir di keluarga yang dikenal dengan perjuangan melawan penjajah Israel selama puluhan tahun.

Sejumlah anggota keluarganya, termasuk orang tua dan saudara laki-lakinya, berulang kali ditangkap oleh pasukan Israel karena menentang invasi Israel atas tanah Palestina.
Pamannya, Rushdie al-Tamimi, ditembak mati oleh pasukan Israel di kota Nabi Saleh pada tahun 2012.

Bibinya, Bassima al-Tamimi, meninggal pada 1993 setelah dipukuli hingga tewas oleh seorang polisi Israel ketika menghadiri sidang pengadilan anaknya pada saat itu, menurut keterangan keluarga.

Sejak tahun-tahun awal, al-Tamimi, seorang siswa sekolah menengah, telah menghadiri protes mingguan di kotanya terhadap pendudukan Israel dan pembangunan pemukiman di wilayah-wilayah pendudukan.

Selama aksi unjuk rasa ini, remaja Palestina itu sering bertempur dan berteriak kepada tentara Israel untuk menunjukkan keberaniannya melawan pasukan pendudukan.

“Ahed menyaksikan konfrontasi sehari-hari yang penuh dengan peluru karet dan gas air mata,” Naji al-Tamimi, paman Ahed, kepada kantor berita Anadolu.

“Alih-alih menjalani masa kecil yang normal, ia justru melihat penangkapan orang tuanya dan gugurnya paman serta bibinya,” imbuh Naji.

Ikon Perlawanan

Ahed Tamimi telah berpartisipasi dalam beberapa konferensi dan festival pro-Palestina di dalam dan luar negeri, terutama di Turki, Perancis dan Afrika Selatan.

Sejak penangkapannya, remaja Palestina itu telah berubah menjadi simbol perlawanan Palestina terhadap pendudukan Israel.

Untuk mendukung Ahed, dua seniman grafiti Italia melukis mural ikon Palestina di dinding pemisah Israel di kota Betlehem.

Kedua seniman, kabarnya ditangkap oleh pasukan Israel atas lukisan dan tindakan tersebut.

Ketika keluar dari penjara Israel pada hari Ahad hari ini, Ahed yang berani bersumpah akan melanjutkan perjuangan Palestina melawan pendudukan Israel.

“Rakyat Palestina harus melanjutkan perjuangan mereka melawan penjajahan Israel,” kata Ahed kepada wartawan, sesaat setelah bebas.

“Pendudukan ditakdirkan akan berakhir, dan (Israel) tidak dapat merusak keinginan kami,” imbuhnya.

Pada tahun 2012, Kotamadya Basaksehir di Istanbul memberikan Ahed Penghargaan Keberanian Hanzala yang prestisius karena menentang tentara Israel yang baru saja menangkap kakaknya.

Pada saat itu, Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan (Presiden Turki saat ini) dan istrinya bertemu dengan gadis Palestina tersebut. (whc/dakwatuna)

Konten Terkait
Disqus Comments Loading...