Disebutkan, kebijakan sang pangeran membuat warga Saudi memikul hutang yang meningkat dari 200% hingga 300% tahun 2018 ini.
Dalam laporannya, Bloomberg juga menyebut sebab dari lompatan besar tersebut. Di antaranya, meningkatnya dukungan pemerintah pada program penghematan sehingga meningkatkan biaya hidup keluarga di Kerajaan.
Sejak awal tahun lalu, kata laporan, Saudi memberlakukan pajak pertambahan nilai (PPN). Selain juga menaikkan harga bahan bakar minyak dan layanan-layanan. Peningkatan harga ini, disebut-sebut memukul anggaran keluarga.
Pemerintah Saudi dikatakan tengah berusaha mengurangi hutang dan meningkatkan pendapatan pemerintah. Namun, usaha itu justru menguras kantong-kantong keluarga di Saudi.
Menurut Badan Moneter Saudi, pinjaman untuk biaya pendidikan naik 3% pada kuartal pertama tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Jumlahnya mencapai 3,69 miliar riyal (sekitar 984 juta dolar), sementara tahun lalu jumlahnya hanya 1,02 miliar riyal. Pinjaman otomotif meningkat sebesar 85% dan pinjaman furnitur sebesar 152%. (whc/dakwatuna)