Topic
Home / Berita / Internasional / Asia / Benarkah Israel Inginkan Bashar Assad Tetap Berkuasa?

Benarkah Israel Inginkan Bashar Assad Tetap Berkuasa?

Bashar Al-Assad. (arabi21.com)
dakwatuna.com – Damaskus. Delapan tahun sudah perang di Suriah berlangsung. Selama itu pula sikap Israel masih menjadi spekulasi di kalangan para analis politik di kawasan tersebut.

Beberapa beranggapan bahwa Israel lebih menginginkan Presiden Suriah Bashar Assad tetap berkuasa. Alasannya, Assad mendiamkan pendudukan Israel di tanah Golan. Sedangkan keberadaan oposisi Suriah justru menjadi ancaman bagi pencaplokan oleh Tel Aviv itu.

Sementara yang lain berpendapat sebaliknya. Hubungan erat Assad dan Iran menimbulkan ancaman lebih besar bagi Israel. Terlebih Iran sejauh ini telah intervensi terlalu dalam dalam polemik Suriah dan semakin mendekati perbatasan Suriah-Israel.

Namun mendekatnya pasukan rezim yang didukung Rusia ke wilayah selatan, membuat Israel jauh lebih nyaman dengan keberadaan Assad di pucuk kekuasaan, kata pengamat. Meskipun sejumlah politisi Israel kekeh menyuarakan penggulingan Assad.

“Dengan kesadaran yang berkembang bahwa rezim Assad akan tetap berkuasa, ada kecenderungan di Israel – dan ini mungkin hasil dari konsultasi Israel-AS-Rusia baru-baru ini – untuk memastikan penerimaan Israel terhadap rezim Assad,” kata Elie Podeh, profesor Timur Tengah di Universitas Ibrani di Yerusalem kepada Aljazeera.

“Intinya bahwa Israel ingin memastikan stabilitas dan ketenangan dii perbatasan Israel-Suriah, dan jika rezim Assad melakukan bagiannya – seperti di masa lalu – maka Israel akan puas,” imbuhnya.

Sejak intervensi Rusia ke Suriah pada 2015 lalu, Israel diberi keleluasaan untuk melakukan serangan udara terhadap basis Hizbullah Syiah Iran, Suriah dan Lebanon di wilayah Suriah.

Mengingat peran Moskow sebagai mediator bagi seluruh pihak yang terlibat di Suriah, serta kontrolnya pada wilayah udara Suriah, membuat pengamat menilai intervensi Rusia mengubah sikap Israel terhadap Assad.

“Intervensi Rusia pada 2015 memberi pemerintah Israel sesorang yang dapat diajak bicara dan bertransaksi,” kata Aron Lund, anggota The Century Foundation, wadah pemikir yang berbasis di New York.

“Rusia dan Israel membangun pemahaman bersama untuk menghindari bentrok di udara, serta untuk melestarikan kebebasan Israel di Suriah tanpa merusak rencana perang Rusia,” imbuhnya.

Senada dengannya, Ofer Zalzberg, pengamat Israel-Palestina mengatakan, “Hingga akhir 2016, sejumlah pemimpin dan pejabat Israel berharap Suriah akan terpecah menjadi negara-negara kecil.”

Tapi dengan kekuasaan kembali pada Assad, dengan intervensi Rusia tentunya, “Israel menetapkan mekanisme de-konflik dan koordinasi dengan Moskow dan belajar untuk menyeimbangkan antara kepentingan AS dan Rusia,” imbuhnya pada Aljazeera.

Ketika Israel mendesak agar AS tetap berada di Suriah, kata Zalzberg, Israel juga berusaha mendapatkan izin Rusia untuk menggunakan kekuatan militer dalam memberantas target-target Tel Aviv di Suriah.

Media Israel juga menyebutkan hal yang sama.

Selasa lalu, Zvi Bar’el, pengamat kebijakan Timur Tengah kepada Haaretz menuliskan, “Israel menginginkan Assad untuk tetap berkuasa.”

Ketergantungan Assad pada Rusia, imbuhnya, kebijakan luar negeri Damaskus “Akan diawasi oleh Kremlin, dengan demikian, setidaknya itu memastikan koordinasi dengan Israel dan mengurangi ancaman dari Suriah.”

“Sebagai gantinya, Israel berkomitmen untuk tidak melemahkan kekuasaan Assad,” lanjut Bar’el. (whc/dakwatuna)

Redaktur: William

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization