Topic
Home / Berita / Internasional / Asia / ‘Muslim Rohingya Pilih Mati di Lautan daripada Terus Disiksa di Rakhine’

‘Muslim Rohingya Pilih Mati di Lautan daripada Terus Disiksa di Rakhine’

Muslim Rohingya terus lari dari Rakhine akibat kekerasan. (Dhaka Tribune)
dakwatuna.com – Jenewa. Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebut Muslim Rohingya terus meninggalkan Provinsi Rakhine akibat kekerasan, persekusi dan pelanggaran HAM lainnya.

“Para pengungsi yang baru tiba dan diwawancarai oleh Kantor HAM PBB menggambarkan bahwa kekerasan, persekusi dan pelanggaran HAM terus berlanjut, termasuk pembunuhan dan pembakaran rumah, serta ketidakjelasan identitas dan hak hukum mereka,” kata Kepala UNHRC Zeid Ra’ad Al Hussein, dikutip dari kantor berita Anadolu, Kamis (05/07).

“Tak ada retorika yang dapat menutupi fakta ini. Orang-orang masih melarikan diri dari penganiayaan di Rakhine – dan bahkan bersedia mati di laut untuk melarikan diri,” imbuhnya.

Myanmar terus membantah tuduhan pasukannya melakukan pembersihan etnis. Sejak Agustus 2017 saja, lebih dari 700.000 Muslim Rohingya lari ke Bangladesh.

“58 Muslim Rohingya yang kembali antara Januari dan April tahun ini telah ditangkap dan dihukum dengan tuduhan tak jelas,” lanjut Ra’ad.

Pada pertengahan Juni lalu, imbuhnya, ada 11.432 pengungsi Rohingya baru yang masuk ke Bangladesh. Ini mempertegas fakta bahwa mereka terus melarikan diri dari Rakhine.

Myanmar harus memahami bahwa komunitas internasional tidak akan melupakan tindakan dilakukan terhadap Rohingya, juga tak tinggal diam terhadap politisi yang berusaha menutupi mereka, imbuhnya lagi.

Sejak 25 Agustus 2017, sebanyak 750.000 Rohingya, sebagian besar anak-anak dan wanita, melarikan diri ke Bangladesh. Ini terjadi setelah pasukan Myanmar melakukan pembantaian pada komunitas Muslim tersebut, kata Amnesty Internasional.

Setidaknya 9.400 Rohingya tewas di Rakhine Myanmar sejak 25 Agustus hingga 24 September 2017, menurut Dokter Tanpa Batas.

Dalam laporan yang dipublikasi akhir Desember, kelompok kemanusiaan global menyebut kematian 71,7%, atau 6.700 orang, akibat kekerasan. Itu termasuk 730 anak-anak di bawah lima tahun.

Menurut PBB, Rohingya menghadapi ketakutan yang meningkat karena puluhan korban tewas dalam kekerasan komunal pada tahun 2012. (whc/dakwatuna)

Redaktur: William

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization