Muslim Rohingya Bisa Berdamai dengan Nasibnya, Kapan?

Ilustrasi. (AP Photo/Gemunu Amarasinghe)

dakwatuna.com – Kata “Rohingya” di mata masyarakat Indonesia sudah menjadi pembicaraan publik. Hari-harinya pun diwarnai dengan cucuran darah keluarga dan saudara-saudaranya. Kehidupan mereka pun tak seindah kehidupan kita saat ini, yang setiap harinya harus melawan dan melemah muslim Rohingya ini kehilangan segala yang mereka punya kecuali tubuh mereka sendiri yang sekarang menjadi harta di hidupnya. Dengan tertindasnya muslim Rohingya di sana, menjadikan masyarakat tanah air ini pun turut menyisihkan harta benda mereka untuk muslim Rohingya sana. Tetapi, kebanyakan dari pembicaraan masyarakat Indonesia adanya pembantaian di Rohingya tersebut karena konflik antar agama.

Dikutip dari merdeka.com, menurut Kepala Bidang Penelitian pada South Asia Democratic Forum, Siegfried O Wolf, krisis ini lebih bersifat politis dan ekonomis. “Komunitas warga Rakhine merasa didiskriminasi secara budaya, juga tereksploitasi secara ekonomi dan disingkirkan secara politis oleh pemerintah pusat, yang didominasi etnis Burma. Dalam konteks spesial ini, Rohingya dianggap warga Rakhine sebagai saingan tambahan dan ancaman bagi identitas mereka sendiri. Inilah penyebab utama ketegangan di negara bagian itu, dan telah mengakibatkan sejumlah konflik senjata antar kedua kelompok,” kata Siegfried O Wolf saat diwawancarai oleh media Jerman Deutsche Welle (DW).

Adapun pembantaian muslim Rohingya yang sudah larut lamanya hingga saat ini masih terdengar lebih kejam, Aung San Suu Kyi seorang aktivis prodemokrasi Myanmar, penerima Penghargaan Nobel Perdamaian dan pemimpin National League for Democracy (Persatuan Nasional untuk Demokrasi atau NLD) mengangkat suara mengenai pembantaian yang terjadi di muslim Rohingya saat ini, menurutnya pemerintah Myanmar masih butuh mencari tahu problem sesungguhnya di Rakhine State. Sebab, ada banyak tuduhan dan kontra-tuduhan yang harus diselidiki terlebih dahulu. “Kami juga prihatin. Kami ingin mencari tahu seperti apa masalah sesungguhnya. Ada tuduhan dan kontra-tuduhan. Kami harus mendengar semuanya. Kami harus meyakinkan bahwa tuduhan itu berdasarkan bukti yang solid sebelum mengambil aksi,” katanya. Aung San Suu Kyi dalam pidato nasional di Naypyidaw, mengutip dari The Guardian, Selasa (19/9/2017).

Keresahan etnis muslim Rohingya akan tertindasnya oleh penduduk Myanmar yang mayoritas beragama Budha tak kunjung sudah, tatkala mereka berpindah tempat untuk tidur, untuk bernafas, dan untuk mengistirahatkan tubuh mereka. Kawasan Bangladesh pun kini sudah dipadati oleh muslim Rohingya kebanyakan. Wallahu A’lam.

Semoga Allah menjaga saudara-saudara kita di Rohingya sana dan menjadikan mati syahid di jalan Allah SWT. Aamiin. (dakwatuna/hdn)

Mahasiswi semester 6, dan penerima full scholarship STEI SEBI.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...