Topic
Home / Dasar-Dasar Islam / Tazkiyatun Nufus / Tadarus Al-Quran

Tadarus Al-Quran

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (biapic.com)

dakwatuna.com – Tadarus Al-Quran adalah aktivitas interaksi terhadap Al-Quran, baik dengan membacanya, memahaminya, mengkhatamkannya, mendengarnya, mentadaburinya, menghafalnya dan mempelajarinya. Selama ini tadarus dipahami hanya sebatas membaca dan mengkhatamkan Al-Quran. Semua aktivitas yang berkaitan dengan Al-Quran ini bertujuan untuk mengamalkan Al-Quran. Maka sangatlah keliru bila seseorang mengklaim dirinya mengamalkan Al-Quran tanpa membaca, memahami dan mempelajarinya.

Tadarus Al-Quran merupakan ibadah yang paling digalakkan pada setiap waktu, terutama pada bulan Ramadhan sesuai dengan sunnah Nabi saw. Nabi saw memberi contoh teladan kepada kita bagaimana mengisi hari-hari Ramadhan dengan bertadarus Al-Quran. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra disebutkan bahwa Rasulullah saw selalu bertadarus Al-Quran dengan Jibril as pada setiap hari bulan Ramadhan (HR. Bukhari).

Makna ruhiyah inilah yang dipahami oleh para ulama salafusshalih (sahabat, tabi’in dan tabi’ tabi’in) sehingga mereka meninggalkan aktivitas dunia mereka di bulan Ramadhan, termasuk pengajian mereka selama ini untuk bertadarus Al-Quran. Mereka mengkhatamkan Al-Quran setiap sepuluh hari di bulan Ramadhan atau tiga kali khatam. Ada yang mengkhatamkannya setiap sepekan atau empat kali khatam. Ada yang mengkhatamkannya lima kali, tujuh kali dan bahkan ada yang mengkhatamkannya dalam setiap tiga hari atau sepuluh kali.

Maka, sudah sepantasnya di bulan Ramadhan ini kita mengfokuskan diri dan berkonsentrasi penuh dengan Al-Quran sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw dan para ulama salafusshalih.  Terlebih lagi Ramadhan memiliki banyak keutamaan yang tidak dimiliki oleh bulan-bulan lainnya, di antaranya dilipat gandakan pahala bagi orang yang mengisi hari-harinya dengan ibadah dan amal shalih, terutama tadarrus Al-Quran.

Sebagai bulan Al-Quran, Ramadhan menuntut kita untuk mempertegaskan kembali komitmen kita sebagai seorang muslim terhadap Al-Quran dengan cara berinteraksi dengannya atau bertadarus Al-Quran. Tadarus Al-Quran ini dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:

Pertama, memperbanyak membaca bacaan Al-Quran di bulan Ramadhan. Membaca Al-Quran hukumnya wajib ‘ain. Membaca Al-Quran merupakan tuntutan iman. Seseorang dikatakan muslim ketika beriman dengan Al-Quran. Beriman kepada Al-Quran itu tidak cukup dengan meyakini kebenaran Al-Quran dan meyakininya sebagai petunjuk dan pedoman hidup, namun juga dituntut pengamalan terhadap Al-Quran dengan cara berinteraksi dengannya baik dengan cara membacanya, memahaminya, mengkhatamkannya, mendengarnya, menghafalnya, dan mempelajarinya. Inilah bukti keimanan kita terhadap Al-Quran.

Maka sangatlah disayangkan jika ada seorang  yang malas membaca Al-Quran atau jarang membaca Al-Quran, bahkan tidak pernah baca Al-Quran. Seharusnya dia malu kepada orang lain, terlebih lagi kepada Allah Swt atas pengakuannya sebagai seorang muslim. Seorang muslim sepatutnya rajin membaca Al-Quran kapan pun dan di mana pun dia berada.

Sungguh sangat ironis, bila dalam bulan mega bonus pahala ini kita masih malas membaca Al-Quran dan tidak mampu mengkhatamkannya, maka kapan lagi kita akan rajin membaca Al-Quran dan mampu mengkhatamkannya? Sudah dapat dipastikan kita akan lebih malas lagi membaca Al-Quran pada bulan lainnya yang tidak memiliki keutamaan seperti yang dimiliki oleh bulan Ramadhan dengan berbagai kesibukan dan godaan dunia.

Kedua, mengkhatamkan Al-Quran. Hendaklah kita mampu mengkhatamkan Al-Quran beberapa kali di bulan Ramadhan ini, minimal sekali khatam. Untuk mengkhatamkan Al-Quran sekali khatam maka kita harus mampu membaca satu juz setiap harinya. Jika kita mampu membaca dua juz setiap hari maka kita bisa mengkhatamkannya dua kali. Jika kita mampu membaca tiga juz per hari berarti tiga kali khatam dan seterusnya. Oleh karena itu, para ulama dan orang-orang yang shalih bersemangat mengkhatamkan Al-Quran pada bulan Ramadhan empat kali, lima kali, enam kali bahkan ada yang mengkhatamkan sepuluh kali selama bulan Ramadhan.

Mengkhatamkan Al-Quran beberapa kali selama bulan Ramdhan tidaklah sulit. Membaca satu juz dengan bacaan tartil hanya memakan waktu sekitar 40 sampai 50 menit. Tidak mencapai satu jam. Masih banyak tersisa waktu (23 jam lagi) yang bisa kita gunakan untuk urusan dunia dan berbagai ibadah lainnya. Jika kita mampu membaca lebih dari dua jam setiap hari, maka kita bisa khatam dua kali selam Ramadhan. Jika kita mampu membaca 3 jam setiap hari maka kita mampu khatam tiga kali dan seterusnya. Mengkhatamkan beberapa kali dalam Ramadhan mudah dilakukan jika kita mau membagi waktu dengan baik.

Selama ini kita mampu membaca surat kabar yang jumlah hurufnya lebih kurang sebanyak jumlah huruf satu juz Al-Quran dalam waktu 20-30 menit. Begitu pula kita mampu majalah dalam waktu beberapa jam bisa mengkhatamkannya. Bahkan kita mampu membaca dan  mengkhatamkan buku yang setebal Al-Quran seperti buku novel, cerpen, roman, komik, buku kuliah dan sebagainya dalam waktu beberapa hari mengkhatamkannya. Namun sayangnya, kita tidak mampu membaca satu juz Al-Quran dalam sehari, terlebih lagi mengkhatamkannya tiga juz dalam beberapa hari seperti buku yang kita baca. Padahal membaca Al-Quran mendapat pahala yang banyak dan syafaat pada hari kiamat. Tidak demikian halnya dengan bacaan lainnya seperti buku kuliah, novel, komik, koran, majalah dan sebagainya.

Ketiga, memahami makna Al-Quran dan mentadaburinya. Caranya, membaca terjemahan Al-Quran dan tafsir ayat tersebut. Memahami Al-Quran perlu dan penting, agar kita dapat mengamalkannya. Mengamalkan Al-Quran tidak mungkin dilakukan tanpa memahami pesan-pesan Al-Quran tersebut. Begitu pula dengan cara mentadaburi kisah-kisah dalam Al-Quran, agar menjadi ibrah dan dapat diambil manfaatnya sebagai cermin untuk kehidupan kita saat ini. Tentu kisah-kisah para Nabi dan orang-orang shalih mesti dan perlu dicontoh, sedangkan kisah-kisah orang-orang kafir dan munafik yang mesti dijauhi.

Keempat, menghafal Al-Quran. Menghafal Al-Quran penting dan perlu. Pahalanya sangat besar bagi orang yang menghafalnya yaitu surga jika dia mengamalkan apa yang dihafalnya itu. Tidak hanya bagi dirinya, namun juga bisa memberi syafaat kepada orang tuanya. Oleh karena itu, orang tua patut bersyukur jika anaknya hafal Al-Quran. Orang tua harus memberi motivasi kepada anaknya untuk hafal Al-Quran, agar dia mendapat saham pahala.

Menghafal Al-Quran tiga puluh juz sangat digalakkan. Jika tidak mampu, minimal juz tiga puluh (juz amma). Surat-surat pendek dalam juz tiga puluh perlu dihafal untuk dibacakan dalam shalat. Setidaknya banyak alternatif surat yang dibaca secara bergantian. Terlebih lagi jika kita menjadi imam shalat. Para ulama shalafusshalih mampu hafal Al-Quran tiga puluh juz dalam umur masih kanak-kanak seperti imam Syafi’i hafal Al-Quran pada umur 7 tahun. Itulah modal kesuksesan mereka di dunia dan di akhirat, sehingga mengantarkan mereka menjadi seorang ulama dan menjadi hamba Allah yang bertakwa.

Sangat disayangkan, jika kita mampu menghafal lagu dan musik, namun kita tidak mampu menghafal ayat-ayat Al-Quran yang suci dan mulia. Seorang muslim sepatutnya menghafal Al-Quran. Al-Quran itu ajaran Islam, sedangkan lagu dan musik bukan ajaran Islam. Al-Quran memberi petunjuk kepada kita, sedangkan musik dan lagu menjauhkan kita dari petunjuk. Al-Quran memasukkan kita ke surga, sedangkan lagu dan musik tidak memasukkan kita ke surga, bahkan bisa memasukkan kita ke neraka karena membawa kita kepada maksiat dan dosa, dengan melalaikan ibadah dan mengumbarkan syahwat serta mempertontonkan aurat. Al-Quran memberi ketenangan dan kebahagiaan hidup kita, sedangkan lagu dan musik tidak memberi ketenangan dan kebahagiaan, jika merasa tenang dengan lagu dan musik itu hanya semu dan talbis iblis (perangkat iblis). Al-Quran memberi syafaat (pertolongan) pada hari Kiamat, sedangkan lagu dan musik tidak memberikan syafaat. Inilah perbedaan Al-Quran dengan musik dan lagu yang tidak mungkin disatukan.

Musik dan lagu tidak ada manfaatnya sama sekali, bahkan membawa kepada maksiat dan dosa. Maka sudah sepatutnya kita tinggalkan. Coba perhatikan, di mana ada maksiat, di situ ada musik dan lagu. Maksiat itu biasanya dimulai dan dihiasi dengan musik dan lagu. Oleh karena itu, tempat-tempat maksiat seperti bar, klub malam, kafe dan lainnya diputar lagu dan musik sehingga timbul maksiat seperti pergaulan bebas, dansa-dansi, joget, main wanita, pacaran, minum-minuman keras, judi sampai kepada zina. Ini akibat musik dan lagu.

Kelima: Mendengar Al-Quran. Mendengar Al-Quran perlu dan penting. Selain mendapatkan pahala, mendengar Al-Quran menenangkan hati. Bagi orang yang menghafal Al-Quran, mendengar Al-Quran sangat membantu dalam menguatkan hafalannya. Jika kita dalam keadaan sibuk sehingga tidak sempat membaca Al-Quran, maka kita bisa mendengarkan Al-Quran melalui televisi, kaset/CD murattal, handphone, dan media elektronik lainnya. Tinggalkan televisi yang menyajikan siaran yang tidak ada manfaatnya seperti lagu, musik, film dan sinetron. Inilah sumber penyakit iman dan akhlak. Pilihlah televisi Islami yang senantiasa menyajikan Al-Quran dan kajian agama seperti rodja tv, surau tv, weshal tv, insan tv, ummat tv dan lainnya.

Sangat disayangkan, kita merasa tenang dan terhibur dengan melihat dan mendengar lagu, musik, filim dan sinetron yang melalaikan kita dari ibadah dan mengumbarkan syahwat serta mempertontonkan aurat, namun kita tidak merasa tenang dengan membaca dan mendengar Al-Quran yang merupakan kalam suci Allah Swt, padahal Allah berfirman, “…Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang”. (Q.S Ar-Ra’d: 28). Bagaimana mungkin kita bisa memperoleh petunjuk, sedangkan jalan mendapat petunjuk tidak kita menempuhnya. Pepatah Arab mengatakan, “Kamu mengharapkan keselamatan, namun kamu sendiri tidak mau menempuh jalan keselamatan tersebut. Bagaimana mungkin perahu berlayar di atas daratan?”

Oleh karena itu, hendaklah kita selalu mendengar Al-Quran di mana pun kita berada, baik di rumah, di mobil, di kantor dan tempat lainnya. Agar hidup kita bahagia dan berkah setiap hari. Namun kita selalu mendengarkan lagu dan musik, bahkan merasa tenang dengannya, berarti ada masalah dengan iman kita. Ini penyakit iman yang  berbahaya. Perlu segera diobati. Imannya sudah kritis mau mati. Tidak ada obatnya kecuali kembali dan bertaubat kepada Allah Swt. Caranya, memohon ampun kepada-Nya, meninggalkan lagu dan musik, menyesali perbuatannya tersebut dan berjanji tidak mengulanginya. Selanjutnya memperbanyak melakukan ibadah sunnat dan amal shalih. Itulah taubat nashuha (taubat sebenarnya).

Keenam: mempelajari Al-Quran. Al-Quran merupakan petunjuk hidup manusia untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Al-Quran mengatur segala kehidupan manusia baik persoalan agama, ekonomi, sosial, politik, negara dan sebagainya. Oleh karena itu, mempelajari Al-Quran penting sekali, agar kita bisa mengamalkan Al-Quran. Rasulullah saw bersabda: “Orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang belajar Al-Quran dan mempelajarinya.”. (HR. Al-Bukhari).

Al-Quran memberi petunjuk menuju kebahagiaan dunia dan akhirat kita. Selain itu, juga memberikan kelapangan rezeki dan keberkahan hidu. Bila Al-Quran ditinggalkan, di mana bukti pengakuan kita sebagai seorang muslim yang beriman kepada Al-Quran? Tidakkah kita malu kepada Allah yang telah mencurahkan nikmat-Nya yang begitu banyak kepada kita, namun kita meninggalkan ajaran Al-Quran dengan kesibukan mencari materi atau harta semata? Harta dan kemewahan dunia ini tidak dapat memberikan jaminan kebahagiaan di dunia apalagi akhirat.

Demikianlah bentuk-bentuk tadarus Al-Quran digalakkan setiap waktu, terutama di bulan Ramadhan ini. Semua bentuk tadarus Al-Quran di atas bertujuan untuk mengamalkan Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Membaca, memahami, menghafal dan mempelajari Al-Quran tidak akan bermanfaat bila tidak ada pengamalan terhadap Al-Quran. Meskipun demikian, mengamalkan Al-Quran tidak mungkin terwujud bila tidak membaca dan memahami Al-Quran itu sendiri. Oleh karena itu, aktivitas tersebut di atas sangat terkait satu sama lainnya

Bulan Ramadhan merupakan momentum yang sangat tepat untuk mempertegas kembali komitmen kita terhadap Al-Quran. Berbagai kelebihan dan keutamaan Ramadhan sejatinya mampu memotivasi kita untuk lebih peduli dan intensif dalam berinteraksi dengan Al-Quran. Semoga kita menjadi orang yang mencintai Al-Quran sehingga dicintai Allah Swt dan semoga ibadah tadarus Al-Quran kita di bulan Ramadhan ini diterima Allah Swt. Amin..! (dakwatuna/hdn)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (2 votes, average: 3.00 out of 5)
Loading...
ketua Majelis Intelektual & Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Aceh & kandidat Doktor Ushul Fiqh, International Islamic University Malaysia (IIUM).

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization