Menyibak Rahasia Kesuksesan Ala Hadits Nabi tentang Pentingnya Ilmu, Ulama, dan Adab

Ilustrasi. (guardian.ng)

A. Pendahuluan

dakwatuna.com – Banyak fenomena alam yang belum tergali mendorong kita untuk lebih menggali ilmu-ilmu yang ada. Berkembangnya ilmu merupakan tanggung jawab kita sebagai muslim untuk mengembangkan dan menguasainya. Namun dalam menghadapi berbagai fenomena hidup yang ditandai oleh kemajuan dalam berbagai hal yang juga memunculkan dampak negatif, umat Islam dituntut berperan aktif dalam mencari solusinya. Di antara salah satu dampak negatif dari pengaruh globalisasi yaitu banyaknya orang-orang yang berilmu tapi lalai akan etika adabnya.

Menghadapi globalisasi dan pembenahan hal-hal yang menjadi masalah bagi umat diperlukan pendidikan untuk menyikapinya.

B. Pembahasan

Ilmu dan adab adalah syarat yang tak tergantikan untuk menunjang kesuksesan hakiki. Kesuksesan yang hanya didasari dengan ilmu tanpa moralitas akan menjadi kesuksesan yang kerontang dan jauh dari nilai-nilai ruhiyah (spiritual). Sementara itu, usaha mencapai kesuksesan tidak mungkin berhasil jika hanya berbekalkan moralitas. Jadi keduanya harus berjalan secara seimbang.

Dalam Islam ilmu dan adab adalah dua hal yang saling terintegrasi, yang saling menguatkan. Keduanya ibarat koin yang tak terpisahkan dan kebermaknaan yang satu bergantung pada yang lainnya. Ilmu tanpa adab ibarat pohon tanpa buah, adab tanpa ilmu ibarat orang yang berjalan tanpa petunjuk arah. Dengan demikian, ilmu dan adab harus bersinergi, tidak boleh dipisah-pisahkan. Berilmu tanpa adab adalah dimurkai, sementara beradab tanpa ilmu adalah kesesatan (Filsafat Ilmu,2013)

Ilmu membuat pikiran kita selalu terbarukan dan tercerahkan. Tidak jumud alias beku dan tidak fanatik dengan dunia sendiri. Lebih-lebih jika ilmu tersebut juga bisa bermanfaat untuk orang lain, maka kebaikan dan keberkahannya semakin mengalir. Kita perlu memohon kepada Allah SWT. agar mendapat ilmu yang bermanfaat. Karena seyogyanya ilmu yang bermanfaat yang dimaksudkan yaitu ilmu yang diamalkan dan diajarkan kepada orang lain. Seseorang yang mengajarkan ilmu kepada orang lain, kemudian diamalkan atau diakan lagi kepada orang lain, maka ia mendapat pahala seperti pahala orang yang mengamalkannya sekalipun sudah meninggal. Pahala ilmu yang bermanfaat tetap hidup dan berjalan selama masih diamalkan oleh orang yang bersangkutan atau diajarkan lagi kepada orang lain, baik ilmu diajarkan langsung maupun melalui buku-buku karyanya yang dicetak.

Berdasarkan hadis Nabi, Dari Abu Hurairah r.a. berkata : “Rasulullah SAW bersabda: apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakan kepadanya.” (HR. Abu Dawud)

Dengan ilmu setiap orang bisa meningkatkan spesialisnya masing-masing. Dengan bantuan adab, setiap orang mampu mengaplikasikan keahlian mereka untuk menyelesaikan problematika masyarakat dengan penuh kebijaksanaan. Allah berfirman di dalam al-Qur’an surat Yusuf ayat 22 :

“Dan ketika dia telah cukup dewasa, Kami berikan kepadanya kekuasaan dan ilmu. Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Yusuf [12]: 85)

Dan orang yang memiliki ilmu (berilmu) juga mendapat keistimewaan tersendiri bagi dirinya, yaitu didoakan Allah dan seluruh makhluk-Nya baik yang ada di langit maupun di dalam bumi. Berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW. yang artinya :

Dari Abu Umamah r.a. bahwasanya Rasulullah SAW. bersabda : “Kelebihan ahli ilmu (‘alim) terhadap ahli ibadah (‘abid) adalah kelebihanku terhadap orang yang paling rendah di antara kamu sekalian.” Kemudian Rasulullah SAW meneruskan sabdanya : “Sesungguhnya Allah, para malaikat-Nya serta penghuni langit dan bumi sampai semut yang berada di sarangnya dan juga ikan senantiasa memintakan rahmat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. Tirmidzi)

Ilmu bagikan air yang menyirami padang sahara yang kerontang. Menyejukkan jiwa-jiwa dan membawa mereka kepada kesadaran dan keagungan Sang Pencipta. Tidak mengherankan jika realitas menunjukkan adanya ilmuwan ateis, kemudian menjadi teis (beragama) setelah melewati beberapa penelitian tentang seluk beluk alam semesta dan isinya. Mereka menyimpulkan bahwa rancangan cerdas (grand design) di alam semesta ini merupakan hasil campur tangan (kekuasaan) Zat yang Maha Kuasa. (Nasrullah, 2015: 114).

Semakin tinggi ilmu seseorang, maka semakin rendah hatinya. Dia semakin merasa lemah di hadapan Sang Pencipta. Lahirlah rasa syukur karena Allah SWT. Telah menganugerahkan kekuatan dan pengetahuan kepada-Nya.

Seseorang yang tidak memiliki ilmu tidak akan mampu memaksimalkan potensinya untuk meraih kesuksesan. Tidak tahu bagaimana memanfaatkan potensi tersebut secara benar. Tanpa ilmu seseorang tidak akan tahu bahwa ternyata ada potensi besar di dalam dirinya.

Dengan pendidikan, seseorang dapat mengaplikasikan beberapa pengetahuan yang didapat (transfer of knowledge) dan transfer nilai (transfer of value) kepada para pendengarnya agar menjadi manusia yang baik dan bermanfaat bagi orang lain yang merujuk pada sumber pokok agama Islam yaitu al-Qur’an dan hadits yang disertai dengan adab yang baik pula. Solusi dari problematika dari realitas di atas yaitu, dalam mengamalkan ilmu yang kita miliki harus disertai dengan adab atau etika yang baik pula untuk mendapat sesuai apa yang dicita-citakan. Apabila adab dipakai dalam mengamalkan ilmu yang tentunya mampu menetralisasi dampak negatif dari pengaruh globalisasi.

Selain itu, dalam menuntut ilmu dipikirkan kembali niat utamanya, yaitu karena Allah. Masalah kedudukan, pangkat dan sebagainya itu merupakan bonus dari apa yang diikhtiarkan selama ini. Selain dengan ikhtiar, juga harus diimbangi dengan tawakal dan berserah diri kepada Allah. Apabila apa yang kita cita-citakan tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, kita harus introspeksi dan mengevaluasi terhadap apa yang selama ini diusahakan.

C. Kesimpulan

Adab memiliki peran sentral dalam dunia pendidikan. Tanpa nilai-nilai adab, dunia pendidikan menjadi kurang subur, kurang berkah dan berjalan tanpa ruh dan makna. Oleh karena itu, adab harus menjadi perhatian utama bagi setiap orang yang haus akan ilmu, agar ilmu yang di dapat menjadi berkah bagi kesuksesan di masa depan. Ibnu Jamaah mengatakan bahwa mengamalkan satu bab adab itu lebih baik daripada 70 bab ilmu yang sekedar dijadikan pengetahuan (Filsafat Ilmu, 2013).

Hal ini mengindikasi bahwa ilmu yang sedikit tetapi diiringi dengan adab itu lebih baik daripada ilmu banyak, tetapi kosong dari adab.

Untuk mencapai sebuah kesuksesan, ilmu merupakan bekal yang tak akan tergantikan. Allah menganugerahkan akal kepada manusia sebagai pembeda dengan semua makhluk, agar difungsikan dengan sebaik-baiknya untuk menimba ilmu. Peradaban besar yang pernah ada di muka bumi tidak terlepas dari peran orang-orang yang berilmu yang mengamalkan ilmunya disertai dengan adab.

Ilmu pengetahuan akan menjernihkan pikiran, sedangkan adab akan menjernihkan hati. Rajin menggali ilmu pengetahuan, lalu mengamalkannya dengan petunjuk adab, merupakan pencapaian derajat hidup yang tinggi. (dakwatuna/hdn)

Nama : Maftukhatur Rosidah Aktivitas : Mahasiswa
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...