Dari Nakbah Menuju Nahdah Palestina

Bendera Palestina. (Worldbulletin.net)

dakwatuna.com – Hari ini genap sudah 70 Tahun agresi penjajah Israel atas tanah Palestina. Bumi suci dan dimuliakan oleh umat Islam. Tempat Allah menurunkan Nabi-Nabi Pilihan-Nya. Bumi Isra dan Mikraj Rasulullah s.a.w. Kiblat pertama dan salah satu masjid paling mulia di muka bumi, Masjidil Aqsha ada di sana. Sepanjang penjajahannya Israel sudah banyak menciptakan kehancuran di bumi Palestina. Ratusan ribu meregang nyawa, tanah mereka dirampas, rumah-rumah dikuasai dan dihancurkan, jutaan warga Palestina terusir dari tanah air mereka. Sejak 1948 Israel sudah menguasai hampir seluruh tanah Palestina.

Jika dunia modern sepakat menolak segala jenis penjajahan, agresi Israel justru mendapat dukungan dan pengakuan dunia Internasional. Israel hanya perlu waktu kurang dari 1 tahun untuk mendapat hak pengakuan PBB sebagai sebuah entitas resmi yang berdiri di atas tanah Palestina tahun 1949.

Dengan segala kekuatan Palestina mencoba bertahan dan melakukan perlawanan, Ribath. Berjuang menuntut kebebasan dan kemerdekaan. Dan Zionis Israel coba melumpuhkan dan memblokade perlawanan. Mungkin mereka mengira dengan memblokade dan memisahkan beberapa wilayah Palestina, perlawanan dapat ditaklukkan. Mereka salah, blokade justru membuat Palestina semakin kuat, semakin hebat, semakin dahsyat melakukan perlawanan. Intifadhah satu mereka gunakan batu, intifadhah kedua bom syuhada, intifadhah ketiga pisau sebagai senjata, intifadhah keempat Ban-Ban Mobil sebagai tameng perjuangan.

Blokade dan embargo ini jelas-jelas merupakan konspirasi kemanusiaan yang paling jahat sepanjang sejarah Palestina. Aksi ini termasuk dalam daftar kejahatan perang yang dapat menyeret pelakunya ke tiang gantungan. Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu dari empat Pelanggaran HAM berat yang berada dalam yurisdiksi International Criminal Court.

Pelanggaran HAM di Jalur Gaza, Shabra Syatila, Tepi Barat, Khan Yunis dan di seluruh wilayah Palestina tak kalah mengerikan di banding Pembantaian Srebrenica, pembantaian terbesar di Eropa terhadap 8 ribu remaja muslim Bosnia tahun 1995.

Jika delik kejahatan perang bisa menyeret Mantan Presiden Jerman Karl Dönitz, mantan PM Jepang Hideki Tojo, dan mantan Presiden Yugoslavia Slobodan Milošević ke meja hijau, maka Ariel Sharon, Netanyahu, Yitzhak Rabin, Ehud Olmert, Ehud Barak, Shimon Peres, Tzipni Livni juga bisa di jatuhi hukuman gantung sampai mati karena kejahatan yang sama di Palestina.

Palestina adalah tanah wakaf umat Islam yang harus dipertahankan sampai kapan pun. Seluruh tanah Palestina dari Laut Tengah sampai Sungai Yordania, dari perbatasan Lebanon sampai Rafah adalah Palestina dan merupakan sejarah panjang kaum muslimin. Eksistensi ini adalah legalitas historis yang tetap akan melekat sampai hari kiamat.

Tafriith fi Sibrin min ardhi filasthiin tafriith fiddiin, melepaskan sejengkal saja tanah Palestina sama artinya kita menggadaikan agama. Mengakui Zionis Israel sebagai sebuah Negara yang tegak berdampingan dengan Palestina, sama halnya mengkhianati amanah yang diberikan Khalifah Umar bin Khattab r.a dan Shalahuddin Al Ayyubi. Konspirasi Sykes Picot (1916), Balfour (1917) yang menghadirkan entitas ini ke Palestina merupakan sejarah kelam yang tak boleh berumur panjang.

Sejak deklarasi berdirinya Israel di Palestina tahun 1948, kemudian Perang Enam Hari tahun 1967 sampai hari ini, Zionis Israel telah menguasai hampir seluruh wilayah Palestina, dan mengusir lebih dari 6 juta penduduknya. Dari Camp David sampai Shafqah Qarn (Deklarasi Abad Ini) tidak menghasilkan apapun selain memperpanjang napas penjajah Zionis Israel atas bumi berkah Palestina.

Jika Libia bebas dari Italia dengan perlawanan, Al-Jazair merdeka dari Prancis dengan perjuangan, bahkan Nusantara tercinta Indonesia bebas dari belenggu penjajah dengan jihad dan pengorbanan, apakah kita mau menyerahkan Palestina kepada perundingan dan perjanjian tak berujung.

Hari ini atau besok, secara resmi Trump akan memindahkan Kedutaan AS dari Tel Aviv ke kota Al-Quds setelah sebelumnya mendeklarasikan pemindahan ibukota Israel ke kota suci ini. Sebuah langkah berani yang mengoyak-ngoyak hati umat Islam dan seluruh pejuang kemanusiaan seluruh dunia. Penjajahan yang dilegalkan, kemerdekaan bangsa yang diperjualbelikan, Kota suci yang dihinakan.

Tekanan-tekanan ini justru akan membangkitkan perlawanan, akan mendorong kebangkitan. Dari malapetaka menjadi kejayaan. Dari Nabkah menuju Nahdah. Palestina, kami berdiri bersama kalian! (ardian/dakwatuna.com)

Duta Sosialisasi Palestina KNRP [Komite Nasional Untuk Rakyat Palestina]. Direktur International Institute for Islamic World Studies (INIWS).
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...