Topic
Home / Berita / Internasional / Asia / Iran dalam Tekanan, Bagaimana Nuklir Israel?

Iran dalam Tekanan, Bagaimana Nuklir Israel?

Netanyahu merilis pengembangan nuklir secara rahasia oleh Iran. (Aljazeera)

dakwatuna.com – Doha. Berbagai konsekuensi harus dihadapi oleh negara-negara seperti Iran, Korea Utara dan Arab dalam kaitan pengembangan proyek nuklir. Namun di sisi lain, proyek nuklir Israel, meskipun tidak diumumkan resmi, tampak berada di luar pengamatan. Bahkan Israel seakan mendapat dukungan mutlak dari Washington untuk menjadi satu-satunya kekuatan nuklir di Timur Tengah.

Beberapa waktu lalu, PM Israel Benyamin Netanyahu merilis fakta pengembangan nuklir ‘rahasia’ Iran dan bahayanya. Di saat yang sama, ia tidak menjawab pertanyaan CNN tentang potensi nuklir negaranya. “Israel tidak akan menjadi yang pertama dalam mengakui ada tidaknya proyek nuklir,” timpal Netanyahu.

Sementara surat kabar Haaretz Israel menukil pernyataan Presiden Amerika Donald Trump. Disebutkan, Trump pernah menyatakan bahwa Israel tidak dituntut untuk melucuti senjata nuklirnya. Israel bahkan memiliki nuklir dengan tanpa diketahui seluruh negara di kawasan Timur Tengah.

Pernyataan itu terlontar sebelum pembahasan awal di Jenewa untuk mengatur konferensi tentang Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir, yang akan diberlakukan tahun 2020. Konferensi ini berskala internasional dan digelar setiap lima tahun sekali.

Washington masih bersikeras mendukung Israel untuk memastikan superioritasnya atas semua negara Arab. Bahkan Washington bekerja sama dengan Israel untuk memberangus setiap upaya pengembangan nuklir oleh negara Arab, baik secara politik maupun militer.

Sejak pembentukannya, Israel memang mengadopsi kebijakan yang ambigu terkait program nuklirnya. Tel Aviv juga enggan mengkonfirmasi laporan tentang ukuran persenjataan nuklirnya. Mereka membiarkan segala spekulasi berkembang dengan liar.

Menurut Haaretz, Israel dan AS sepakat sejak 1969 untuk tidak mengungkap kemampuan dan uji coba nuklirnya, kecuali dalam situasi mendesak. Maka kebijakan ambiguitas seakan menjadi strategi bersama antara Tel Aviv dengan pemerintahan Amerika.

Pada tahun 1986, seorang ahli nuklir mengungkap informasi detail dengan disertai foto tentang kemajuan nuklir Israel di Dimona. Disebutkan, Israel memproduksi 200 bom nuklir selama 20 tahun. Sang ahli kemudian ditangkap dan dijatuhi hukum 18 tahun penjara.

Majalah Foreign Policy Amerika baru-baru ini juga memuat informasi intelijen berkaitan dengan cadangan nuklir Israel. Disebutkan, Tel Aviv memiliki beberapa ratus hulu ledak nuklir. Selain Israel juga disebut memiliki bom hidrogen, serta proyek pengembangan senjata kimia dan biologi.

Kepemilikan senjata pemusnah massal menjadi prioritas Israel sejak pembentukannya. Awal mulanya bersama Prancis pada 1949, saat bekerja sama dengan Badan Energi Atom Prancis.

Meskipun Israel masuk dalam anggora Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) sejak 1957, namun mereka tidak bergabung dalam Perjanjian tentang Non-Proliferasi Senjata Nuklir pada tahun 1968.

Israel masih komitmen untuk bungkam terkait proyek nuklirnya. Namun beberapa informasi menyebutkan beberapa wilayah di tanah jajahan dijadikan sebagai sentra pengembangan nuklir.

Sebaliknya, Israel dan Amerika Serikat tidak pernah mengizinkan negara lain untuk mengembangkan nuklir. (whc/dakwatuna)

Redaktur: William

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization