Sebuah Nasihat Ibnu Qayyim Al-Jauziyah

Ilustrasi. (medialab.ugr.es)

dakwatuna.com – Mari mengingat gambaran kehidupan ini yang diringkas dengan sangat indah oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. “Tanpa mimpi, kita takkan mencapai apa-apa. Tanpa cinta, kita takkan merasai apa-apa. Tanpa Allah, kita bukanlah apa-apa”. Begitu ujar beliau, ringkasan dari segala tragedi yang kita alami di dunia yang bingar ini.

Mimpi, Cinta, dan Allah SWT. Sebenarnya bekerja adalah pekerjaan yang kita lakukan sembari menunggu panggilan shalat 5 waktu, karena fitrahnya  tujuan manusia diciptakan adalah hanya untuk menyembah dan bertasbih kepada Allah SWT.

“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (Adz-Dzariyat: 56).

Maka mimpi dan cinta kita dalam berkehidupan alangkah indah jika bermuara pada kekasih sejati, Allah SWT.

Artikel ini tentang betapa Allah mencintai kita. Bahwa seberapa sering kita lalai, Allah selalu menerima taubat bagi hamba-hamba-Nya yang masih memiliki ketulusan untuk kembali pada Rabbnya. Sayang sekali, kita sering lupa akan hal itu. Kita sering lupa bagaimana kita harusnya selalu bertindak dengan rasa “ihsan”, yaitu merasa Allah selalu mengawasi kita di setiap detik nafas kehidupan kita.

Kita sering lupa, bahwa setiap keahlian, kesehatan, dan kecerdasan kita adalah titipan dari Allah. Betapa Allah mencintai kita, dengan mempercayai kita hidup di dunia dengan kelebihan-kelebihan yang kita miliki seperti sekarang. Percayalah satu momen di dunia ini pun tak akan pernah terjadi tanpa adanya persetujuan dari Allah.

“Kita bukanlah apa-apa tanpa Allah” begitu bunyi nasihat ketiga dari Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah, jangan sombong atas kepemilikan kita. Kelak semua akan di pertanggung jawabkan. Apa keahlianmu? Kamu pintar – kuliah dengan lancar di bidang kedokteran – maka ketika lulus berguna lah untuk umat tanpa memikirkan ada upah atau tidaknya. Atau kamu seorang kreatif yang menggunakan desain grafis sebagai pekerjaanmu? Gunakanlah desain-desainmu untuk mempercantik pandangan dakwah Islam bagi dunia luar.

Betapa indah jika kita menyadari Allah selalu mencintai kita dan setiap satuan detik nafas berkehidupan kita hanya tertuju pada keridhaannya. Tidak ada yang tahu kapan kita akan menemui Allah untuk mempertanggung jawabkan milyaran detik kita di dunia untuk apa. Mari kembali pada Allah, mari me-muara-kan Cita, Cinta dan Mimpi pada muara terindah, Allah subhanahu wata aala. Wallahu a’lam bi shawwab. (dakwatuna/hdn)

Konten ini telah dimodifikasi pada 22/04/18 | 11:22 11:22

Mahasiswi STEI SEBI, menulis adalah salah satu kegemarannya, selain dengan spidol kesayangannya menbuat suatu hand lattering.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...