Topic
Home / Berita / Internasional / Asia / Saudi Akan Perangi Iran Hingga Pasukan Sudan Terakhir

Saudi Akan Perangi Iran Hingga Pasukan Sudan Terakhir

Pasukan AS di Suriah segera ditarik. (aljazeera.net)

dakwatuna.com – Washington. Surat kabar Amerika Serikat The Guardian menyebutkan, AS tengah berupaya mengganti pasukannya di Suriah dengan pasukan Arab. Tujuannya adalah untuk memberantas ISIS dan membendung pengaruh Iran di Suriah.

Namun disebutkan, ada bahaya besar yang membayangi ide tersebut. Salah satunya adalah kemungkinan konflik di Suriah semakin buruk.

Hal itu sebagaimana yang ditulis Julian Borger, editor rubrik internasional di The Guardian. Menurut Borger, Menlu Saudi Adel al-Jubeir menyebut pihaknya telah berbicara dengan Washington terkait pembentukan pasukan Arab.

Selain itu, Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton juga telah menyampaikan hal tersebut ke Kepala Intelijen Mesir Abbas Kamil. Menurut Borger, Bolton meminta Mesir memainkan peran dalam pembentukan pasukan tersebut.

Untuk diketahui, saat ini terdapat 2000 pasukan AS di Suriah. Namun Presiden Donald Trump sudah menyatakan keinginannya untuk menarik pulang mereka.

Kedekatan Mesir dan Rezim Assad

Ide pembentukan pasukan Arab untuk Suriah sudah mulai dilontarkan sejak 2015 silam. Namun ada beberapa permasalahan dalam upaya mewujudkannya.

Beberapa permasalahan itu di antaranya Saudi dan UEA yang masih sibuk dengan perang di Yaman, sementara mereka tidak memiliki pasukan tambahan untuk ditempatkan di Suriah. Belum lagi Mesir yang disebut-sebut sebagai negara yang paling dekat dengan rezim Bashar Assad.

Terkait polemik ini, Borger kemudian mengutip usulan pengamat urusan Timur Tengah. Sang pengamat menyebutkan, negara-negara Arab bisa memanfaatkan perusahaan swasta untuk mendanai pembentukan pasukan dari negara berkembang seperti Sudan.

Usulan tersebut merujuk pada kesediaan pendiri Blackwater Protection, Eric Prince untuk memainkan peran dalam pembentukan pasukan Arab ini.

Sementara pengamat Timur Tengah di IISS-Americas, Emile Hokayem mempertanyakan apakah Saudi telah berkonsultasi dengan negara lain. Bahkan Saudi meyakini bahwa Mesir dan Pakistan akan membantu dalam perang Yaman, tapi ternyata tidak, imbuh Hokayem.

Tidak Ada Preseden Arab

Di sisi lain, Charles Lister, Direktur Program ‘Pemberantasan Radikalisme dan Terorisme’ di Middle East Institute menyebutkan, tidak ada preseden Arab dalam pembentukan pasukan seperti yang dipikirkan Saudi.

Lister menambahkan, pasukan Saudi di Suriah nantinya akan berhadapan langsung dengan pasukan Iran dan milisi Hizbulah Syiah. Hal ini pasti akan memperburuk krisis di Suriah, jelasnya.

Hal senada juga disampaikan Randa Slim, Peneliti di Middle East Institute. Menurutnya, Turki juga tidak akan membiarkan pasukan Mesir ataupun UEA ada di wilayah perbatasannya.

Sedangkan Nicholas Heras, Peneliti di Center for a New American Security mengatakan, tampaknya Saudi lebih memilih berperan melalui intelijen dan pendanaan daripada pasukan darat. Hal ini mengingat milisi Hutsi yang tiap hari mengganggu wilayah Saudi.

Heras menambahkan, sepertinya Saudi akan menunjuk pasukan Sudan dan Pakistan untuk misi di Suriah. “Aku yakin mereka (Saudi, red) berpikir untuk bertarung di Suriah hingga pasukan Sudan terakhir,” pungkasnya. (whc/dakwatuna)

Redaktur: William

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization