Topic
Home / Berita / Internasional / Asia / Para Dokter Suriah Ini Bercerita Tentang Tragedi Medis di Ghouta Timur

Para Dokter Suriah Ini Bercerita Tentang Tragedi Medis di Ghouta Timur

Rakyat Suriah semakin kehilangan harapan mereka. (Aljazeera.net)

dakwatuna.com – Damaskus. Blokade dan serangan rezim Suriah ke Ghouta Timur memaksa penduduknya hidup dengan penuh tragedi, termasuk tragedi medis. Beberapa dokter yang bertugas di sebuah rumah sakit di Ghouta menceritakan betapa tragisnya pelayanan medis sebelum kota itu jatuh ke tangan pasukan rezim.

22 Maret lalu perjalanan pengungsian dari Ghouta Timur mulai dilakukan. Para penduduknya terpaksa harus meninggalkan kampung halaman mereka untuk mengungsi ke Turki. Ghouta Timur merupakan basis terakhir bagi kelompok oposisi Suriah.

Ismail Salhani, seorang dokter spesialis mulut, gigi dan rahang mengatakan, rezim Suriah menghalangi penduduk Ghouta dari semua pelayanan kemanusiaan. Rezim dan pendukungnya membunuh dan melukai penduduk selama operasi militer.

Salhani menyebutkan, jumlah dokter di Ghouta saat itu sangat sedikit. Tak ayal para dokter sangat kesulitan menangani para korban luka.

“Selama blokade, rezim tidak mengizinkan akses kepada kebutuhan dasar, persediaan medis dan obat-obatan,” tambahnya. “Wilayah itu pun menjadi seperti penjara terbuka.”

Selama bertahun-tahun, tutur Salhani, penduduk Ghouta berusaha bertahan hidup meski kekurangan pangan, pakaian dan perlengkapan sanitasi.

“Kami para dokter tidak mampu memberi pelayanan kesehatan yang cukup kepada penduduk. Daya kami sangat terbatas,” kenang Salhani.

Hal senada juga dikisahkan oleh Ahmed Siham, seorang spesialis bedah umum. Ia dan rekan senantiasa berusaha agar korban luka tetap hidup, meski peluangnya sangat kecil.

“Kami terpaksa melakukan operasi di tempat penampungan,” tutur Siham. “Sementara bantuan sama sekali tidak menyentuh kami selama blokade.”

Menurut Siham, ia dan rekan terus berusaha menyembuhkan para korban meskipun mustahil. “Beberapa orang meninggal akibat cacat medis dan kurangnya obat-obatan. Kami tidak dapat memenuhi kebutuhan medis, apalagi stok darah dan serum,” imbuhnya.

Sementara dokter wanita, Dana Sam menuturkan, rezim terus menargetkan penduduk dalam setiap kali serangan.

“Setiap hari rezim melancarkan serangan atas Ghouta,” kenangnya. “Para penduduk tidak tahu kemana harus lari, sementara kami melayani dengan perlengkapan medis seadanya.”

Pada akhirnya, pasukan rezim Suriah berhasil merebut Ghouta Timur melalui serangan terus-menerus. Para penduduk pun terpaksa harus meninggalkan kampung halaman mereka, setelah sebelumnya mengalami kehidupan yang sangat sulit. (whc/dakwatuna)

Sumber: Anadolu Ajansı Arabıc

Redaktur: William

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization