KTT Washington-Teluk, Peluang Dialog dan Penyelesaian Krisis

Arab Saudi membentuk Aliansi Militer Islam bersama 34 Negara di kawasan teluk, Afrika dan Asia. (bisnis.com)

Bendera negara-negara Teluk. (almokhtsar.com)

dakwatuna.com – Doha. Surat kabar Reuters menyebutkan, dalam waktu dekat akan ada beberapa pertemuan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan beberapa pemimpin negara Teluk. Banyak pihak menilai, hal ini akan membuka kesempatan dialog hingga penyelesaian Krisis Teluk.

Donald Trump dijadwalkan akan menerima kunjungan Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Muhammad bin Salman Al Saud pada Selasa (20/03) mendatang. Sementara Emir Qatar Syaikh Tamim bin Hamad Al Tsani dijadwalkan bertemu Trump di Gedung Putih pada 10 April.

Sedangkan menurut pejabat tinggi di Gedung Putih, Putra Mahkota Abu Dhabi Syaikh Muhammad bin Zayed meminta penundaan untuk bertemu dengan Trump. Disinyalir Bin Zayed akan bertemu Trump setelah Emir Qatar.

Dikutip Aljazeera.net, Ahad (18/03/2018), Bin Zayed seharusnya bertemu Trump pada 27 Maret mendatang. Namun ia meminta penundaan dan belum dijelaskan kapan jadwal baru pertemuan itu.

Masih menurut sumber Reuters, para pemimpin Teluk akan membicarakan banyak hal dengan Trump. Di antaranya soal Iran, memerangi ‘radikalisme Islam’, dan mendalami kemitraan ekonomi dan militer.

Lebih lanjut, Washington juga berniat menggelar KTT Washington-Teluk pertengahan tahun ini. Namun prospek rencana ini kurang bagus mengingat rentetan pertentangan masih terjadi.

Pemerintahan Trump menyadari, perpecahan di Teluk akan menjadi keuntungan bagi Iran. Terutama berkaitan dengan perebutan pengaruh di Timur Tengah. Selain itu, upaya AS untuk menggalang kekuatan melawan Iran juga terganggu oleh Krisis.

Disebutkan, jalinan koalisi AS dengan kedua pihak dalam krisis cukup kuat. Buktinya terdapat pangkalan udara terbesar AS di Qatar, yang memainkan peran penting dalam kampanye militer melawan ISIS.

Pada waktu yang sama, Trump juga menjalin hubungan kuat dengan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA).

Terkait krisis dengan Qatar, hingga saat ini baik Saudi maupun Emirat mengklaim tuntutan mereka belum dilaksanakan oleh Doha. Seperti diketahui Qatar dituntut melakukan beberapa hal, termasuk menutup kantor Aljazeera Media Network.

Namun begitu, seorang pejabat di AS meyakini bahwa kedua pihak tengah mempersiapkan diri untuk berdialog. “Mereka mulai menyadari bahwa krisis hanya akan menguntungkan Iran, Suriah (rezim, red), dan Rusia. Waktunya telah tiba untuk memikirkan cara menyelesaikan masalah,” tambahnya. (whc/dakwatuna)

Sumber: Aljazeera

Konten Terkait
Disqus Comments Loading...