Topic
Home / Berita / Silaturahim / Mbak Ndari: Lebih Bahagia Menjadi Penjual Nasi Di Pinggir Jalan

Mbak Ndari: Lebih Bahagia Menjadi Penjual Nasi Di Pinggir Jalan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Mba Ndari, Penjualan Nasi Binaan IZI. (Ricky/IZI)

dakwatuna.com – Semarang.  Mbak Ndari, demikian wanita bernama lengkap Suryandari ini akrab disapa. Setiap hari, ia berjualan nasi di dekat pintu masuk Pelabuhan Tanjung Mas. Dibelakang gerobak bertuliskan Lapak Berkah Inisiatif Zakat Indonesia, Mbak Ndari menyediakan berbagai makanan, terutama untuk para pekerja proyek di sekitar pelabuhan yang hendak beristirahat, sekadar mengobati lapar dan dahaga. Kendaraan dan Truk besar yang berlalu lalang menjadi penanda, bahwa di tempat ini orang beramai-ramai menjemput rezeki untuk menghidupi keluarga.

Demikian juga dengan perempuan yang berusia 35 tahun ini. Sejak suaminya pergi tanpa kabar 7 tahun lalu, Mbak Ndari berjuang seorang diri menghidupi putra semata wayangnya yang saat ini berusia 8 tahun. Bukan hanya pergi tanpa kabar, suaminya juga ternyata meninggalkan hutang senilai 20 juta rupiah. Nilai yang tentunya sangat besar pada waktu itu. Mbak Ndari tidak memiliki pilihan, ia pun melunasi hutang suaminya, karena sang suami menggunakan semua sertifikat atas namanya sebagai jaminan. Tabungan yang dikumpulkan selama 5 tahun pun habis. Tidak hanya itu, ia juga terpaksa menjual rumahnya. Saat ini, Mbak Ndari dan anaknya tinggal di rumah orang tuanya, di Kemijen.

Sebelum berjualan makanan, perempuan kelahiran Semarang ini mencoba berbagai usaha untuk bertahan hidup di bawah tekanan hutang. Ia sempat bekerja di pabrik selama tiga tahun. Namun karena harus berangkat pagi dan pulang menjelang malam, ia khawatir jika putra semata wayangnya tidak mendapat perhatian. Akhirnya, Mbak Ndari memilih untuk berjualan saja. Ia memulainya dengan berjualan gorengan keliling Kemijen, sampai akhirnya memiliki lapak sederhana di bawah jembatan arteri Semarang-Demak.

Ditemui di warungnya, Mbak Ndari juga menceritakan masa mudanya dengan semangat yang menggebu-gebu, mulai dari pendidikan sampai dengan pengalaman bekerja. Mbak Ndari mengungkapkan bahwa dirinya dulu bersekolah di SMK jurusan mesin, dan mendapatkan beasiswa dari sebuah perusahaan untuk melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang diploma tiga, juga di jurusan yang sama. Ia pun diterima bekerja di sebuah perusahaan ternama setelah lulus.

Meskipun pernah bekerja di perusahaan yang cukup besar, Suryandari mengaku lebih bangga dan tenang bekerja seperti sekarang. Hal itu terutama karena ia tidak perlu bergantung kepada orang lain. Warungnya memang sederhana dan terletak di pinggir jalan, namun ia mengaku bahagia karena memiliki kesempatan berharga, bertemu dengan banyak orang, yang juga sama-sama sedang berjuang. Mbak Ndari bahkan sudah mulai bejualan sejak pagi-pagi buta, karena tidak ingin langganannya terlambat sarapan.

Bagi Suryandari, jatuh itu biasa. Hal yang luar biasa adalah ketika akhirnya, ia memiliki kekuatan untuk bangkit dan bertahan. Berjuang seorang diri tentu tidak mudah, namun perempuan tangguh ini, selalu memiliki alasan untuk tidak berlama-lama terpuruk dalam genangan, ialah sang putra kesayangan. (SaBah/dakwatuna)

Redaktur: Saiful Bahri

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Lihat Juga

Kemudahan Donasi Zakat Lewat Situs Bookingberkahramadhan.com

Figure
Organization