Saya Istri yang Selingkuh: Apa yang Harus Saya Lakukan untuk Tobat?

Ilustrasi. (Foto: unipd-centrodirittiumani.it)

dakwatuna.com – 

Pertanyaan:

Assalamu’alaikum,

Mohon maaf saya ingin bertanya dan mohon saran. Saya baru menikah januari 2017. Saya bersalah pada suami saya, karena saya dekat dengan seorang pria. Dan saya chat-chatan dengannya, saya mengakui kesalahan saya, Dan saya bersumpah, bahwa saya tidak pernah melakukan apapun selain chat chatan dengan pria tersebut. Tobat apa yang harus saya lakukan, dan apakah itu berbuat zina . Sampai saat ini saya menyesal, karena suami saya berubah dan tidak seperti dulu lagi. Saya sudah minta maaf tetapi tetap saja suami saya setiap hari selalu mengungkitnya.

WA, Jakarta

Jawaban:

Wa’alaikumusssalam Wr Wb

Terima kasih atas pertanyaan yang ibu ajukan, saya turut prihatin atas apa yang ibu alami saat ini, tentunya ibu merasa malu, sedih dan kecewa dengan diri sendiri, kenapa sampai berani mengkhianati suami dan membuat rumah tangga ibu menjadi hambar.

Apa yang ibu alami saat ini adalah salah satu dari efek teknologi dan media sosial yang saat ini berkembang, teknologi ibarat pisau bermata dua, bisa menjadi baik dan bisa menjadi buruk bila disalahgunakan untuk berbuat maksiat. Apa yang ibu lakukan termasuk katagori selingkuh dan zina hati yang tentu saja menyakitkan bagi seorang suami, karena ibu sudah mengkhianati kepercayaannya, karena dari awal chat tersebutlah ibu sudah bermain hati dan pintu zina dimulai.

Seandainya hal tersebut juga dilakukan suami dengan wanita lain, apakah ibu bisa menerimanya? Apakah ibu tidak sedih dan sakit hati? Karena kepercayaan sudah dikhianati, sehingga wajar saja kalau dia marah dan tidak seperti dulu, yang bisa ibu lakukan adalah menyadari diri atas kekhilafan ini dan segera melakukan taubatan nashuha. Lakukan shalat taubat, ambil hikmah dari kejadian ini dan lakukan muhasabah. Semoga dengan kejadiannya ini menambah keimanan dan kedekatan kepada Allah.

Kalau ibu 10 bulan mengkhianatinya perlu waktu 10 bulan pula bahkan lebih untuk menutupi luka itu, jadi ibu juga harus memahami kalau perilakunya berubah adalah wajar, ibu harus bisa menunjukkan kesetiaan dan tobat ibu bahwa ibu tidak akan mengulanginya lagi.

Kalau suami masih mengungkitnya ibu harus bisa bersabar, karena jika hal ini terjadi pada ibu tentu saja ibu juga sulit menerima, biarkanlah waktu yang akan mengubahnya, mintalah ampunan dan doa kepada Allah Swt yang maha membolak-balikkan hati manusia, perbaiki akhlak, ambil hikmah dari kejadian ini, ini merupakan kesempatan dan momen penting bagi ibu untuk hijrah dan dekat kepada Allah.

Ada baiknya untuk sementara ibu mengganti nomor handphone dan tidak mengaktifkan sosial media sampai semua kembali normal, layani suami dan keluarga dengan baik, tunjukkan kepadanya bahwa Ibu mencintainya, Semoga Allah memberikan yang terbaik buat ibu dan keluarga. Wallahu a’lam. (sb/dakwatuna.com)

Untuk pertanyaan dan konsultasi psikologi dapat kirimkan langsung melalui email: rumahkonseling14@gmail.com

Sarjana Psikologi dari Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Kemudian melanjutkan S2 Program Magister Profesi Psikologi Konseling dan S3 Psikologi dari School of Psychology and Human Development Faculty Social Science and Humanities Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM). Alumni ILO Labour Migration Academy ILO Training Center Turin Italy dan Asian Graduate Students Fellowship National University of Singapore (NUS) dan Lulus Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA-54) Lemhannas RI. Saat ini menjabat Dekan Fakultas Psikologi Universitas Mercubuana Jakarta dan Direktur Rumah Konseling (PT.Namary Insan Solusi), bergerak dalam bidang Konsultan Psikologi SDM dan Keluarga. Mendirikan Praktik layanan psikologi, Rumah Konseling di Jl. Saidin No. 17 Bambu Apus, Pamulang, Tangerang Selatan. Layanan pelatihan (Life Skill), konseling dan asesmen psikologi melalui temu janji dengan psikologi terlebih dahulu melalui Tlp : 082272187182/081218953316 Pertanyaan dan konsultasi psikologi dapat dikirim ke: iqbal.konsultanpsi@gmail.com Jawaban Rubrik Konsultasi Psikologi
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...