Antara Trump dan Guy De Lusignan

Presiden AS, Donald Trump. (Aljazeera.net)

dakwatuna.com – Pernah menonton Film Kingdom of Heaven? Film yang bercerita tentang Perang Salib dan perebutan kota Yerusalem, walau diproduksi oleh barat, film tersebut cukup fair dalam menceritakan fakta sejarah.

Ada satu tokoh Antagonis dalam film tersebut yang bernama Guy De Lusignan. Seorang ksatria templar dari Perancis.

Ia kemudian menikahi Putri Sybillia adik dari Raja Baldwin IV penguasa Yerusalem kalau itu sekaligus rival utama Salahuddin Al Ayyubi, secara otomatis ia menjadi menantu sang Raja sekaligus menjadi komandan perang.

Dalam sikap dan perangai, Guy De Lusignan sangat bertolak belakang dengan kakak iparnya Raja Baldwin IV yang terkenal bijak dan menghormati perbedaan, kebencian Guy De Lusignan terhadap kaum muslimin begitu kentara, berkali-kali ia bersumpah akan melenyapkan pasukan Salahuddin dan kaum muslimin dari muka bumi.

Ketika Raja Baldwin IV wafat karena penyakit lepra yang di derita, Guy De Lusignan naik tahta menggantikan sang kakak ipar, ambisi yang terpendam selama ini ia coba wujudkan, salah satunya adalah dengan melenyapkan pasukan Salahuddin Al Ayyubi.

Dengan penuh angkara murka ia kerahkan hampir seluruh pasukan yang ia punya menuju kota Hittin di daerah Tiberias, Palestina sebelah utara, untuk menantang pasukan Salahuddin. Melihat kecerobohan Guy De Lusignan, Salahuddin menyambutnya, ia persiapkan pasukan terbaik, yang tidak pernah masbuk shalat berjamaah, tidak pernah alpa tilawah dan qiyammul lail dalam sehari dan ibadah lainnya untuk menghadapi pasukan Guy.

Pasukan Guy menderita kehausan selama perjalanan menuju Hittin lantaran jarak yang terlalu jauh. Sementara Salahuddin menggerakkan pasukannya dari sungai ke sungai agar stamina para prajurit tetap prima.

Atas pertolongan Allah, melalui kecerdasan dan strategi Salahuddin Al Ayyubi, pasukan muslimin berhasil melumat pasukan Guy De Lusignan dalam sekejap di medan Hittin. Inilah titik awal Salahuddin membebaskan kota Yerusalem dan kembali ke pangkuan kaum muslimin.

Melihat keputusan sepihak yang diambil oleh Presiden AS, Donald Trump atas status kota suci Yerusalem, saya menjadi teringat dengan sosok Guy De Lusignan, betapa keputusan yang emosional dan ceroboh justru membawa keberuntungan bagi kaum muslimin.

Yang menjadi pertanyaan besar saat ini adalah adakah sosok pemimpin muslim semisal Salahuddin Al Ayyubi? Yang mampu membalikkan keadaan dan merebut kembali kota Yerusalem ke pangkuan muslimin. Semoga saja, selagi masih ada pejuang Al-Qassam. Selagi masih ada para penghafal Qur’an cilik di Gaza. Selagi masih ada pemimpin muslim yang berani bersuara lantang membela Palestina. Insya Allah harapan itu masih ada. (arya/dakwatuna.com)

Arya Jagad Pamungkas, pemuda kelahiran Depok, 06 Januari 1994, lulusan Diploma 3 Bina Sarana Informatika pada 2015 dan S1 di STMIK Nusa Mandiri pada 2016. Semasa kuliah di Bina Sarana Informatika, ia menjabat sebagai Ketua Cabang Depok Lembaga Dakwah Kampus BSI pada tahun 2013, setahun berikutnya mendapat amanah menjadi Ketua Umum Lembaga Dakwah Kampus BSI se Jabodetabek, selain aktif di organisasi kampus, Arya juga aktif di organisasi luar, tercatat pernah menjadi koordinator kaderisasi Pemuda Persatuan Umat Islam Kota Depok pada tahun 2015, saat ini Arya bergabung dengan Forum Lingkar Pena Jakarta
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...