KTT Teluk Berakhir, Berikut Hal-hal yang Dihasilkan

Suasana pertemuan KTT Teluk di Kuwait. (aljazeera.net)

dakwatuna.com – Kuwait. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) negara-negara Teluk, mengakhiri sesi pertemuan pada hari Selasa (05/12/2017). Setidaknya ada dua agenda, yaitu pembukaan dan pertemuan tertutup itu menghasilkan ‘Deklarasi Kuwait’, yang isinya mencakup penegasan untuk tetap komitmen terhadap visi Dewan Kerjasama Teluk atau Gulf Cooperation Council (GCC).

Dilansir dari Aljazeera.net, deklarasi tersebut dibacakan oleh Sekretaris Jendral (Sekjen) GCC, Abdullatif al-Zayani. Disebutkan, dewan tetap melaksanakan komitmennya terhadap aksi-aksi bersama dalam bingkai GCC. Bahkan, para pemimpin Teluk dengan tegas menyatakan pentingnya saling kerjasama untuk memberantas terorisme.

Sementara itu, dalam kalimat penutup yang disampaikan Emir Kuwait, Syaikh Sabah al-Ahmad al-Jaber al-Sabah mengatakan, “KTT ini kesempatan yang bagus untuk saling bertukar pandangan mengenai tantangan yang kita hadapi.”

Menurutnya, pagelaran KTT merupakan bukti masih adanya soliditas antar negara-negara Teluk. Emir juga mengumumkan, KTT selanjutnya akan digelar di Kesultanan Oman.

Sebelumnya, Ketua KTT menyerukan untuk mengubah undang-undang GCC guna memastikan penyelesaian sengketa. Ia menegaskan, GCC harus terus melestarikan eksistensinya.

Lebih lanjut, Emir Kuwait juga membahas beberapa persoalan yang dihadapi Teluk. Terkait pemboikotan Qatar, Emir menyebut Kuwait tetap tenang dalam menghadapi krisis yang terjadi antara Arab Saudi, UEA, Bahrain, dengan Qatar. Emir menekankan, GCC harus jauh dari sengketa dan perselisihan antar anggotanya.

Terkait Yaman, Emir Kuwait menyebut satu-satunya langkah penyelesaian adalah melalui jalur politik. Ia juga menyeru Milisi Hutsi untuk mendengarkan kehendak masyarakat internasional agar penyelesaian terwujud.

Emir Kuwait juga menyebutkan isu perdamaian Palestina dan Israel. Menurutnya, prakarsa perdamaian Arab masih tersedia untuk menyelesaikan permasalahan.

Terkait Iran, Emir menyebut masalah ini berkaitan dengan permasalahan kawasan yang melanggar asas ‘tetangga yang baik’. Sementara dirinya juga mengapresiasi upaya Irak dalam memerangi ISIS.

KTT Teluk kali ini digelar di tengah krisis diplomatik yang telah berlangsung sekitar enam bulan terakhir. Tak ayal, hal ini berpengaruh pada ketua delegasi masing-masing negara. Tampaknya, hanya Qatar saja yang langsung dipimpin oleh Emir-nya, Syaikh Tamim bin Hamad Al Tsani.

Disebutkan, Arab Saudi diwakili oleh Menlu-nya, Adil al-Jubeir; Kesultanan Oman diwakili oleh Wakil PM, Fahd bin Hamoud; Bahrain oleh Wakil PM-nya, Muhammad bin Mubarak Al Khalifa; sementara UEA diwakili Menlu-nya, Anwar Qarqash.

Menurut laporan direktur Aljazeera di Kuwait, Saad al-Saidi, ada indikasi kemarahan di antara sektor masyarakat Kuwait berkaitan dengan rendahnya tingkat perwakilan yang diutus negara-negara Teluk. Raja Salman yang disebut-sebut akan memimpin delegasi Saudi, secara tiba-tiba mengubah keputusannya tanpa sebab pada malam sebelum pembukaan KTT. (whc/dakwatuna)

Sumber: Aljazeera

Konten Terkait
Disqus Comments Loading...