Bagaimana Mungkin Memerangi Korupsi Sedangkan Tangan Sendiri Tidak Bersih?

Bendera Arab Saudi. (Alwatannews.com)

dakwatuna.com – Doha. Surat kabar Guardian, mempertanyakan tangan-tangan tak bersih yang hendak melakukan pemberantasan korupsi di Arab Saudi. Disebutkan, Putra Mahkota Pangeran Muhammad bin Salman, lebih perhatian pada penguatan posisinya daripada memberantas korupsi atau mengatasi masalah ekonomi di negaranya. Secara ekslusif, Guardian menyebut apa yang terjadi di Saudi merupakan ‘kudeta perlahan’.

Dilansir Aljazeera.net, Rabu (08/11/2017), Guardian menyebut sebagian kecil keluarga kerajaan Saudi dituduh menggelapkan sejumlah besar dana publik. Sedangkan di sisi lain, kehidupan penguasa sangat boros.

Bahkan, ketika Bin Salman tengah melakukan pemotongan anggaran yang signifikan, Sang Raja malah menghabiskan sekitar 100 juta dolar selama liburan di Maroko beberapa waktu lalu. Senada dengan hal itu, Bin Salman sendiri disebut-sebut membeli kapal pesiar seharga 500 juta dolar.

Guardian juga membahas operasi penangkapan yang terjadi di Arab Saudi. Menurutnya, hal itu sangat-sangat beraroma politis. Sisi politis dilihat dari penangkapan yang menimpa tiga orang terkaya. Ini seakan langkah untuk meredam kekhawatiran publik akan maraknya korupsi di Saudi.

Menurut data, Arab Saudi berada di urutan terbawah berkaitan dengan transparansi anggaran. Hal ini mengakibatkan tak ada seorangpun baik di dalam maupun di luar kerajaan yang tahu berapa jumlah pasti pengeluaran negara.

Selain itu, Bin Salman digambarkan sebagai sosok yang kurang pengalaman, lebih menyukai konfrontasi dan cenderung eksklusif dalam berkuasa. Bahkan, ia juga disebut lebih suka mengambil keputusan sendiri, jauh dari tradisi konsultasi di lingkup keluarga.

Lebih lanjut, Guardian menyebut Bin Salman hanya memberi sedikit ruang untuk hak sipil. Ini mengacu pada pemberian hak mengemudi bagi wanita, sedangkan hak-hak sipil lainnya tak diberikan.

Disebutkan, sahabat terbaik bagi Bin Salman adalah Presiden AS, Donald Trump. Kebijakan luar negerinya juga dinilai sangat tergesa-gesa. Hal ini dapat dilihat dengan intervensi militer di Yaman, dan Suriah. Sedang saat ini tengah berupaya mengganggu keseimbangan kekuatan di Libanon. (whc/dakwatuna)

Sumber: Aljazeera

Konten Terkait
Disqus Comments Loading...