Qatar Mampu Pulihkan Hubungan antara Turki dan Jerman

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan bersama dengan Emir Negara Qatar, Syaikh Tamim bin Hamad Al Tsani. (@trpresidency)

Oleh: DR. Ali Hussein Bakeer

dakwatuna.com – Ankara. Peneliti Strategi Internasional, Ali Hussein Bakeer, memandang negara Qatar bisa memainkan peran dalam pemulihan hubungan Turki – Jerman. Menurutnya, peran itu sebagai permulaan untuk mengembalikan hubungan kedua negara itu ke jalur yang semestinya.

Dalam sebuah artikel yang dimuat salah satu koran Qatar, Bakeer menyebut hubungan Turki-Jerman mengalami kemerosotan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ia menambahkan, hubungan dua negara saat ini jadi yang terburuk bahkan sejak Perang Dunia II.

Bakeer juga merinci indikasi dari kemerosotan hubungan kedua negara. Seperti jual beli kampanye media dan pernyataan-pernyataan panas yang saling terlontar. Kedua hal itu turut memberi kontribusi pada kompleksitas krisis, yang akan mendorong kepada tingkat eskalasi baru.

Bakeer menambahkan, sejauh ini krisis telah merusak hubungan politik kedua negara. Keadaan diperumit dengan menurunnya kerja sama bidang militer setelah Jerman memutuskan untuk menarik pasukannya dari pangkalan udara Incirlik di Turki.

Banyak pengamat khawatir krisis akan berdampak buruk pada laju ekonomi dan perdagangan kedua negara. Namun begitu, dampak negatif pada sektor itu masih dibilang minim. Hal sesuai dengan berbagai laporan yang secara khusus menelisik permasalahan ini.

Masih menurut Bakeer, dengan berakhirnya pemilu di Jerman Sabtu lalu, banyak yang berharap ketenangan dan stabilitas hubungan politik kedua negara akan terbuka kembali. Terutama, karena kampanye pemilihan dinilai memberikan dampak signifikan pada membesarnya jurang kesenjangan antara kedua negara.

Bahkan, ada beberapa pihak yang meyakini, perbedaan kedua negara dalam beberapa pandangan politik semakin dalam. Fakta ini membuat pesimis bahwa krisis akan selesai dengan sendirinya pasca pemilihan.

Jika itu yang terjadi, lanjut Bakeer, maka diperlukan adanya pihak ketiga untuk membantu penyelesaian krisis. Dalam hal ini, sangat mungkin bagi Qatar untuk memainkan peran besarnya dalam pemulihan hubungan Turki – Jerman.

Mengapa haru Qatar? Karena ada kepentingan nasional bagi Qatar agar kedua negara tak saling bentrok. Baik Turki maupun Jerman, sama-sama penting bagi Qatar pada tingkap Regional ataupun Internasional. Hal ini menjadi motivasi tersendiri untuk menjaga hubungan antar sekutu dalam menghadapi tantangan yang terakumulasi secara regional maupun internasional.

Selama ini Doha sangat menikmati hubungan baik dengan kedua negara, Turki dan Jerman. Hal ini dibuktikan saat muncul krisis di antara negara-negara Teluk baru-baru ini. Ankara merupakan pihak yang paling cepat memberikan dukungan pada Doha. Selain itu juga berkomitmen dengan kesepakatan strategis yang berlaku antara Qatar dan Turki.

Berlin juga begitu. Dalam sekala internasional, mereka yang paling cepat memberikan respon penolakan pada pemberlakuan boikot terhadap Qatar. Bahkan, dengan berani Berlin membantah logika Presiden AS Donald Trump dalam hal ini.

Berakhirnya pemilu di Jerman, diharapkan dapat membantu Qatar jika memang berniat untuk memulai mediasi. Apalagi jika koalisi yang ada tetap berkuasa di Jerman, maka sangat penting bagi Qatar untuk menjaga hubungan antar para sekutunya.

Memang mediasi tidak akan berjalan mudah. Hal ini karena perbedaan antara Turki dan Jerman dinilai sangat kompleks dan multipel. Tapi bukan tidak mungkin bagi Doha untuk memulainya dari hal-hal yang mudah dan mendesak.

Menghentikan perang media dinilai sebagai permulaan yang baik. Meskipun tidak cukup memberikan kemajuan yang besar, setidaknya Doha sudah mencegah eskalasi baru dalam krisis kedua pihak. Hal ini merupakan capaian penting dalam pada tahap permulaan.

Adapun jika Qatar mampu menjembatani kedua negara, maka keuntungan besar baik regional maupun internasional dari krisis ini akan terwujud. (whc/dakwatuna)

Sumber: Turk Press

Konten ini telah dimodifikasi pada 30/09/17 | 19:48 19:48

Konten Terkait
Disqus Comments Loading...