Topic
Home / Narasi Islam / Khutbah / Khutbah Idul Adha / Syukur Kunci Kebahagiaan dan Kemakmuran

Syukur Kunci Kebahagiaan dan Kemakmuran

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

dakwatuna.com –

إنَّ اَلْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاَللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا, مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَلَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. والصلاة والسلام على هذا النبي الكريم وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين, أما بعد: فيا معاشر المسلمين رحمكم الله أوصيكم وإيايا بتقوى الله فقد فاز المتقون, وقال تعالى:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (70) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا (71)

Bapak-bapak, ibu-ibu dan saaudara-saudara sekalian jamaah shalat ‘Idul Adha rahimakumullah…

Hari ini kita semua serentak di seluruh penjuru dunia merayakan ‘Idul Adha. Kita pun terbayang suasana di kawasan Makkah al-Mukarramah yang ramai dengan jutaan manusia yang sedang melakukan ibadah haji. Hari kamis mereka wuquf di padang ‘Arafah. Kini, mereka beranjak ke Mina setelah mabit di Muzdalifah. Di antara mereka ada yang mulai melontar jumrah dan terus thawaf mengelilingi Ka’bah, lalu menyembelih hewan korban. Manusia tumpah ruah di sana. Ada yang thawaf, ada yang sa’i, ada yang melontar jumrah, ada yang menyembelih hewan korban, ada yang ruku’, ada yang sujud. Semua bergerak, laksana air yang sedang mengalir.

Allahu akbar.. Allahu akbar.. Allahu akbar.. walillahilhamd..

Mari kita bayangkan, jutaan manusia berkumpul, bukan hanya satu hari dua hari, tapi puluhan hari. Karena di kawasan Makkah, sehabis musim haji, datanglah gelombang jamaah untuk melaksanakan Umrah hingga datang musim haji berikutnya. Sungguh sangat menakjubkan. Padahal, tempat itu dulunya gersang. Tak ada manusia yang mau bertempat tinggal di sana. Tak ada air dan tak ada tanaman. Hingga datanglah Hajar dan Ismail, karena dibawa oleh Nabi Ibrahim, dan ditinggalkan di tempat itu.

Ilustrasi (inet)

Nabi Ibrahim tegak berurai air mata memandang isteri dan putranya yang sudah tak kelihatan lagi. Nabi Ibrahim pun mengangkat tangan menghadap Kiblat seraya berdo’a,

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah-Mu yang dihormati. Wahai Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah rezeki kepada mereka dari buah-buahan, supaya mereka bersyukur. (Ibrahim: 37)

Allahu akbar. Allahu akbar. Allahu akbar. Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…

Dari untaian doa Nabi Ibrahim di atas, jelas bahwa kunci kesuksesan, kemakmuran, dan kebahagiaan sesungguhnya adalah sederhana saja yaitu bersyukur. Di Makkah yang meskipun sangat tandus, kering dan keras berbatu, bila disyukuri ternyata menjadi tempat yang sangat makmur dan menyedot jiwa-jiwa manusia yang tiada henti. Tapi tentu dengan sikap syukur yang sungguh-sungguh. Bukan syukur basa basi. Tapi bersyukur kepada Allah dari lubuk hati yang jernih dan dibuktikan dengan sikap dan perbuatan yang nyata.

7 Ajaran Bersyukur dari Ibrahim AS

Mari kita lihat bagaimana Nabi Ibrahim AS, Hajar, dan Ismail mengajarkan bersyukur kepada Allah secara benar. Pertama, selalu berbaik sangka kepada Allah. Hajar sempat kaget dan berteriak berulang kali ketika dia dan Ismail yang masih bayi tiba-tiba ditinggal begitu saja oleh Nabi Ibrahim di tempat gersang yang sepi dari tanda-tanda kehidupan. Nabi Ibrahim pun jalan terus meninggalkan tempat itu, tidak menoleh dan tak menjawab. Hingga akhirnya Hajar berteriak dan bertanya, “Apakah kami ditinggal di sini karena perintah Allah?” Nabi Ibrahim menjawab singkat: “Ya.” Hajar pun tenang seraya mengatakan, “Kalau begitu, maka Allah niscaya tidak akan menyia-nyiakan kami.”

Jadi Hajar sadar dan yakin seyakin-yakinnya dengan perintah Allah, meski ditempatkan di tempat yang gersang dan hanya berdua dengan putranya yang masih bayi, Hajar percaya bahwa ini adalah takdir yang baik. Allah takkan membiarkannya. Inilah keimanan dan sikap selalu bersyukur kepada Allah. Tak pernah ragu dan bimbang terhadap apapun yang diperintahkan oleh Allah, meski tampaknya berat, sulit, dan susah. Kita harus selalu yakin, bahwa dibalik perintah Allah pasti ada hikmah dan nikmat yang besar.

Kedua, bersyukur itu bukan berdiam diri atau berpangku tangan. Tapi bersyukur itu harus ada usaha dan perjuangan yang kuat. Hajar percaya bahwa Allah pasti tidak membiarkannya, tetapi Hajar tidak hanya berpangku tangan. Hajar lari naik ke bukit shafa mencari rezeki. Tidak ada rezeki di bukit Shafa, ia lari ke bukit Marwa. Tidak ada apa-apa di Marwa, ia kembali ke Shafa. Demikian, ia lari bolak balik sampai tujuh kali. Hingga Allah memberikan anugerah air yang keluar di dekat kaki Ismail. Usaha dan perjuangan Hajar untuk mencari rezeki ini, kita kenal dengan sa’i. Yang berarti usaha keras atau perjuangan.

Itulah, kita sebagai orang yang beriman diperintahkan oleh Allah berusaha dan berjuang. Allah berfirman,

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (Al-Jumu’ah: 10)

Islam melarang keras bermalas-malasan, minta-minta, dan menggantungkan hidup kepada orang lain. Islam juga memperingatkan agar kita tak mudah berhutang, apalagi makan riba, mencuri atau korupsi. Tapi kita diperintahkan untuk bekerja dan berusaha mencari rezeki secara halal dan baik. Allah berfirman,

فَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا وَاشْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.” (An-Nahl: 114)

Ketiga, bersyukur itu bisa mensyukuri yang kecil atau sedikit. Betapa indahnya teladan Hajar dalam bersyukur. Di saat ia dan Ismail kelaparan, tak ada apa-apa lagi yang bisa di makan dan diminum. Kurmanya sudah habis dan susunya sudah kering. Ia pun telah melakukan sa’I (usaha), berlari pontang panting. Pada akhirnya, Allah memberikan rezeki berupa air, air putih. Subhanallah, Hajar tidak mengatakan, “Ya Allah mengapa hanya air putih.”

Ternyata oleh Hajar, air putih yang keluar dari bumi itu diterimanya sebagai anugerah yang sangat besar. Sehingga ia kumpulkan, dan dibuat bendungan kecil, khawatir kalau sampai hilang percuma. Inilah yang kemudian kita kenal dengan sumur atau air Zamzam. Meski air putih, karena disyukuri oleh Hajar maka selalu memberikan kecukupan. Hajar meminum air itu dengan penuh rasa syukur, maka keluarlah air susunya kembali dengan sangat lancar. Dan, berhari-hari air itu diminum tanpa ada makanan yang lainya ternyata cukup. Sampai, hari ini kenyataan ini tak bisa dipungkiri. Nabi bersabda,

عَنْ جَابِرٍ قَالَ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَاءُ زَمْزَمَ لِمَا شُرِبَ لَهُ . (رَوَاهُ أَحْمَدُ وَابْنُ مَاجَهْ )

 “Air Zamzam itu (mencukupi) untuk apa ia diminum.” (Hr. Ahmad dan Ibnu Majah, NA)

Bila air Zamazam diminum oleh orang yang kehausan maka hilanglah rasa hausnya, bila diminum oleh orang yang kelaparan maka kenyanglah ia dan bila diminum oleh orang yang sakit insyaallah sembuh penyakitnya.

Demikianlah rezeki itu prinsipnya. Cukup atau tidak, bukan karena sedikit atau banyaknya. Sedikit bila disyukuri maka cukup, tapi meski banyak bila tak disyukuri takkan juga cukup. Nabi bersabda,

مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ (رواه أحمد)

“Siapa yang tak bisa mensyukuri yang sedikit, maka ia takkan bisa mensyukuri yang banyak.” (Hr. Ahmad)

Keempat, bersyukur itu mau berbagi. Ini pun dicontohkan oleh Hajar. Orang-orang dipersilahkan untuk turut berada di tempat itu dan ikut menikmati air tersebut. Hajar berpesan agar air itu tak dimiliki oleh siapa pun. Artinya, siapa pun boleh untuk meminum dan mengambilnya tapi bukan untuk dijual belikan. Air itu hingga hari ini dibagi-bagi gratis. Dan karena itu, maka tak ada habis-habisnya. Itu memberi pelajaran, bahwa siapa yang mau berbagi maka takkan mengurangi rezeki. Harta semakin jernih, bersih dan penuh berkah. Sama seperti air yang terus mengalir, diambil dan dibagi kepada banyak orang.

Tentu kita sangat mengapresiasi Pemerintah Saudi yang tak terbersit untuk membisniskan atau menjual air Zamzam itu. Dan itulah, di antara rahasia kemakmuran Kerajaan Saudi. Tidak menjual air Zamazam. Tapi membagi-baginya dengan sangat sungguh-sungguh dan melimpah ruah. Bayangkan, andaikan air Zamzam itu di negeri kita ini. Mungkin diecer untuk dijual kepada rakyat sendiri dan bahkan kemudian bisa saja dijual kepada AS, Cina atau Australia. Wallahul musta’an.

Kelima, bersyukur itu mau berkorban. Inilah yang dicontohkan Ibrahim, Hajar dan Ismail. Nabi Ibrahim berkata,

يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

“Wahai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu.” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (Ash-Shaffat: 102)

Apa yang terjadi? Bukan Ismail yang disembelih. Tapi Allah datangkan kambing kibas besar. Itulah pengorbanan. Pengorbanan bukan sia-sia. Tapi justru mendatangkan karunia yang besar.

Karena itu, maka kita disyariatkan setahun sekali menyembelih hewan korban. Untuk apa? Untuk menyembelih kebakhilan kita, untuk menyembelih ketamakan kita, untuk menyembelih, nafsu cinta kita terhadap dunia yang fana ini. Dan, kita diingatkan bahwa berkorban ternyata tidak mengurangi harta kita. Berkorban adalah keniscayaan dalam kehidupan ini. Siapa yang tak mau berkorban, niscaya akan menjadi korban. Allah berfirman:

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.” (Al-Kautsar).

Keenam, bersyukur itu mau memenuhi undangan Allah. Mau memakmurkan rumah-Nya. Inilah yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim, Hajar dan Ismail. Yang mau bertempat tinggal di dekat Masjidil Haram, lalu membangunya dan memakmurkannya. Bagaimana orang itu bisa disebut bersyukur kepada Allah, bila diundang ke rumah-Nya yaiu Masjidil Haram dan masjid-masjid yang lainnya tapi tak datang. Bagaimana orang hanya pandai minta kepada Allah, tapi diundang ke rumah-Nya tak mau?

Wahai para pemuda, wahai para pemudi, wahai bapak-bapak dan ibu-ibu yang sehat dan berharta, kapan kalian mau berkunjung ke rumah Allah? Lima kali dalam sehari Allah memanggil, berapa kali kalian penuhi?

Apakah kita tidak malu, bila mol-mol rajin kita kunjungi, tapi masjid tidak. Kampus setiap hari didatangi, tapi masjid dibiarkan sepi. Bagaimana bisa terjadi, jalan-jalan di waktu shubuh dilakoni tapi shalat shubuh di masjid tak bisa menjalani. Bahkan ada yang bolak balik dari hotel ke hotel, bahkan sampai di luar negeri sekalipun, tapi belum mampu berkunjung ke masjid yang berada sangat dekat dengan rumahnya.

Yang tak mau diundang oleh Allah, berarti belumlah ia bersyukur kepada Allah. Sekali lagi tengoklah Hajar, Ismail dan Ibrahim. Itulah manusia-manusia teladan dalam membangun peradaban besar. Dari mana mereka memulai membangun? Bukan dari hitung-hitungan materi dan ekonomi. Tapi bermula dari masjid. Membangun masjid dan memakmurkannya. Karena itulah wujud syukur kepada Allah di muka bumi ini. Allah berfirman,

فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ (36) رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ (37) لِيَجْزِيَهُمُ اللَّهُ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ (38)

”Bertasbih kepada Allah di mesjid-mesjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, oleh orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi guncang. Supaya Allah memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (An-Nur: 36-38)

Ketujuh, bersyukur itu merasa cukup (qana’ah) atas anugerah Allah dan tidak mudah berkeluh kesah. Terkait dengan hal ini ada kisah yang menarik. Suatu saat Nabi Ibrahim berkunjung ke rumah Ismail di Mekkah dekat Masjidil Haram. Nabi Ismail tidak ada. Yang ada di rumah isterinya. Nabi Ibrahim bertanya, ke mana Ismail suamimu? Dia menjawab, “Pergi mencari rezeki.” Nabi Ibrahim bertanya: “Bagaimana keadaan kalian?” Dia menjawab: “Susah. Kami sangat kesulitan dan serba kekurangan.” Ia pun menceritaan kekurangan-kekurangan suaminya Ismail. Nabi Ibrahim berkata: “Katakan kepada suamimu bahwa aku datang, dan sampaikan salamku kepadanya dan aku pesan agar dia mengganti daun pintu (rumah)nya.”

Ketika Nabi Ismail datang, sang isteri pun mengatakan pesan orang tadi. Bahwa, ada lelaki tua yang datang, menyampaikan salam dan memberi pesan agar ia mengganti daun pintunya. Mendengar hal itu Nabi Ismail mengatakan: “Beliau adalah ayahku, beliau berpesan agar aku menceraikanmu. Maka pulanglah ke rumah keluargamu.”

Setelah itu, Nabi Ismail menikah lagi. Nabi Ibrahim kembali mengunjungi putranya. Tapi yang ada adalah isterinya. Nabi Ibrahim bertanya, ke mana suamimu Ismail? Dia menjawab, “Pergi mencari rezeki.” Nabi Ibrahim bertanya: “Bagaimana keadaan kalian?” Isteri Nabi Ismail menjawab: “Alhamdulillah, baik, senang dan bahagia. Tak ada kekurangan apa-apa.” Nabi Ibrahim bertanya: “Apa makanan dan minuman kalian?” Dia menjawab: “Daging, dan minuman kami air.” Nabi Ibrahim lalu berkata: “Katakan kepada suamimu bahwa aku datang, dan sampaikan salamku kepadanya dan aku pesan agar dia mempertahankan daun pintu (rumah) nya.”

Ketika Nabi Ismail datang, sang isteri pun mengatakan pesan orang tadi. Bahwa, ada orang laki-laki tua yang datang, menyampaikan salam dan memberi pesan agar ia memperthankan daun pintunya. Mendengar hal itu Nabi Ismail gembira seraya berkata: “Beliau adalah ayahku, beliau berpesan agar aku mempertahankanmu.”

Keluarga Nabi Ismail pun bahagia. Melahirkan keturuan-keturunan yang bermartabat dan sangat terhormat. Hingga, lahirlah Nabi Muhammad Saw.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي اَلْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

اللهم اغفر لنا ولوالدينا ولجميع المسلمين والمسلمات الأحياء منهم والأموات

Penutup

Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, kedua orang tua, guru-guru kami, dan saudara-saudara kami, kaum Muslimin semua, baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat. Ya Allah, hanya kepada-Mu, kami mengabdi. Hanya kepada-Mu, kami shalat dan sujud. Hanya kepada-Mu, kami menuju dan tunduk. Kami mengharapkan rahmat dan kasih sayang-Mu. Kami takut azab-Mu, karena azab-Mu sangat pedih.

Ya Allah, jagalah kami dengan Islam dalam keadaan berdiri. Ya Allah, jagalah kami dengan Islam dalam keadaan duduk dan jagalah kami dengan Islam dalam keadaan tidur. Jangan jayakan orang-orang non Islam atas kami.

Ya Allah, Engkau yang menyelamatkan nabi Nuh dari taufan badai dan banjir yang menenggelamkan dunia, Engkau yang menyelamatkan nabi Ibrahim dari kobaran api menyala, Engkau yang menyelamatkan Isa dari salib kaum durjana, Engkau yang menyelamatkan Yunus dari gelapnya perut ikan, Engkau yang menyelamatkan Nabi Muhammad dari makar kafir Quraisy, Yahudi pendusta, munafik pengkhianat, pasukan Ahzab angkara murka.

Laa ilaaha illa anta subhanaka innaa kunnaa minadhdhaalimiin. Laa ilaaha illa anta subhanaka innaa kunnaa minadhdhaalimiin. Laa ilaaha illa anta subhanaka innaa kunnaa minadhdhaalimiin.

Ya Allah, yang mendengar rintihan hamba lemah dan banyak dosa. Ya Allah, lindungi kami, masyarakat kami, dan anak-anak kami dari berbuat dosa dan godaan Setan.

Ya Allah, tolonglah saudara-saudara kami yang sedang dilanda kesedihan, dan musibah, para janda, anak-anak yatim, kaum lemah, dan para fakir-miskin. Sembuhkan yang sakit. Anugerahkan kebahagiaan kepada mereka. Siramilah mereka dengan rizki yang melimpah dari sisi-Mu yang penuh berkah. Kami lemah tak begitu berdaya membantu dan menyantuni mereka. Ampuni kami, ya Allah.

Ya Allah, terimalah korban kami kaum Muslimin di seluruh penjuru dunia ini. Anugerahkan kepada jama’ah haji haji mabrur. Lindungi mereka, dan selamatkan mereka agar mereka pulang membawa ketakwaan dan keberkahan.

Ya Allah, tolonglah saudara-saudara kami yang sedang berjuang di jalan-Mu, yang ada di Palestina dan di tempat-tempat lainya.

Ya Allah, kumpulkanlah hati-hati kami di atas dasar kecintaan kepada-Mu, pertemukanlah di jalan ketaatan kepada-Mu, satukanlah di jalan dakwah-Mu, dan ikatlah di atas janji setia demi membela syariat-Mu. Ya Allah, padukanlah jiwa-jiwa ini sebagai hamba-hamba-Mu yang beriman.

Persatukan di antara kami yang sedang bersengketa. Sirnakan orang-orang yang hendak merusak dan berkhianat. Jangan beri tempat mereka yang komunis, yang tak beriman kepada-Mu, Kitab-Mu dan Rasul-Mu. Jayakan kami umat Islam. Berkahi negeri kami. Sebagaimana Engkau memberkahi Makkah dan Madinah. Jadikan negeri ini sebagai negeri yang Engkau ridhai.

Ya Allah, lepaskanlah dan jauhkanlah dari kami penguasa-penguasa zhalim, fasik, dan kafir. Anugerahkan kepada kami pemimpin-pemimpin yang beriman dan bertakwa, jujur dan amanah, yang menjadikan Kitab-Mu sebagai landasan kepemimpinannya, menerapkan syariat-Mu, dan membawa kami ke jalan yang benar, jalan yang Engkau ridhai.

Ya Allah bersatukan umat Islam di seluruh dunia. Ya Allah persatukan umat Islam di Arab, di Barat, di Timur dan di seluruh belahan bumi-Mu ini. Hadirkan buat kami pemimpin yang membawa petunjuk. Yang menuntun kami ke Surga-Mu.

Ya Allah, selamatkanlah kami, anak-anak kami, keluarga kami, daerah kami, negeri kami, dan umat kami dari badai krisis, fitnah, bencana, dan dosa yang membinasakan.

Ya Allah, janganlah Engkau goyangkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk dan tetapkan hati kami di atas agama-Mu.

Ya Allah, jadikanlah hari terbaik kami sebagai hari pertemuan kami dengan-Mu, jadikanlah amal terbaik kami sebagai pamungkasnya, dan jadikan usia terbaik kami sebagai akhir ajal kami. Ya Allah, limpahkanlah rahmat, ampunan, dan hidayah-Mu kepada kami semuanya. Aamiin.. aamiin ya Rabbal ‘alamin.

 رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ, وصلى الله على نبينا محمد وعلى اله وصحبه أجمعين, سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

(syamlan/dakwatuna)

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Lihat Juga

Bersyukurlah, Maka Hidupmu Akan Bahagia

Figure
Organization