Para Imam Palestina di Ramadhan Nusantara

Para imam asal Palestina yang tiba di tanah air awal Ramadhan 1438 H. (hidayatullah.com)

dakwatuna.com – Ada fenomena menarik di tanah air saat ini pada bulan Ramadan, yaitu hadirnya para imam Palestina ke berbagai propinsi di nusantara. Mereka datang untuk menjadi imam shalat wajib dan tarawih di berbagai masjid. Tidak hanya itu, biasanya seusai sholat ada sesi ceramah agama dan informasi terkini tentang Palestina, sehingga dapat mengedukasi masyarakat tentang apa apa yang sesungguhnya terjadi di Palestina.

Diantara lembaga yang menghadirkan para imam asal Palestina itu adalah Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) dengan tema “Safari Ramadhan” dan Sahabat Al-Aqsha dengan tema “Siraman Manis,” yang merupakan singkatan dari Silaturrahim Ramadhan Imam-imam Palestina dan Suriah.

Mendatangkan para imam ini merupakan cara yang tepat untuk menarik simpati muslimin Indonesia. Karena saat ini, momennya adalah Ramadhan, dimana masyarakat hidup dalam kebiasaan rutinnya berbondong-bondong mendirikan jamaah sholat tarawih di masjid-masjid mereka. Tentu dengan dipimpin imam asal Palestina, mereka menjadi lebih semangat, karena mendapatkan suasana yang berbeda di malam Ramadhan mereka.

Masyarakat bukan saja ingin mendengarkan langsung suara para imam asal Palestina itu, karena sang Imam melantunkan ayat-ayat Al-Quran dengan bacaan baik dan suara yang syahdu, tapi juga ingin mendapatkan cerita langsung tentang kondisi saudara mereka di Palestina saat ini.

Salah satu diantaranya yang penulis temui adalah Syaikh Qushay Ibrahim Abdallah Daqdouqa, pemuda berusia 24 tahun asal Jalur Gaza yang kini bermukim di Yordania, pada hari Juma’at (2/6/2017) di Masjid Baitus Sab’ah Depok pekan lalu. Ia mengimami shalat Isya dan tarawih di masjid tersebut, yang dilanjutkan dengan ceramah serta penayangan dokumenter kondisi Palestina terkini.

Diantara hal yang diungkapkan Qushay di hadapan jamaah masjid adalah keutamaan dan keberkahan masjid Al-Aqsha di Palestina yang termaktub di dalam Al-Quran dan Hadis. Yang membuat hati para jamaah terenyuh kala itu adalah, pemaparan tentang sulitnya umat Islam untuk bisa sholat di masjid Al-Aqsha. Padahal itu merupakan masjid milik umat Islam, tapi faktanya kini ia dijajah dan untuk sholat didalamnya seorang muslim harus mendapatkan surat izin dari aparat keamanan Israel.

Informasi seperti inilah yang dibutuhkan oleh masyarkat Indonesia. Karena sebagian besar masyarakat mengira, warga Palestina tidak mendapat kendala apapun ketika berjamaah di masjid Al-Aqsha. Ini mereka dapati dari banyaknya Umrah Plus Al-Aqsa yang menyediakan layanan ziarah ke masjid Al-Aqsha. Tapi yang tidak diketahui oleh banyak jamaah umroh adalah, mereka lebih dulu mendapatkan izin dari penjajah Israel untuk bisa masuk ke Al-Aqsha. Artinya, dalam konteks ini mereka telah melakukan tindakan yang menguntungkan penjajah.

Amat disayangkan kalau kehadiran para jamaah ke Al-Aqsha sekedar untuk berjalan-jalan, tapi akan menjadi bermakna kalau diniatkan sebagai bentuk ribath, yaitu menjaga masjid kiblat pertama umat Islam itu dari rongrongan Zionis Israel. Sehingga tidak pulang ke tanah air dengan laporan semua baik-baik saja, tapi hendaknya mendapati informasi terkini dahulu tentang Al-Aqsha, untuk kemudian memetik pelajaran ketika mengunjunginya. Karena faktanya hingga detik ini pun penistaan dan proyek perobohan masjid suci yang dilakukan Israel masih berlangsung.

‘Ala kulli haal, para imam Palestina itu hadir dengan nuansa yang baru bagi negeri ini. Disamping mempererat silaturrahim, berbagi informasi terkini, mereka juga dapat menggalang bantuan materi dari rakyat Indonesia, yang ingin turut andil dalam meringankan beban hidup saudaranya yang terzalimi di negeri terjajah Palestina. (msy)

Wakil Direktur Studi Informasi Alam Islami (SINAI) Mesir 2008
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...