Refleksi Film Surau dan Silek: Shalat, Shalawat, dan Silat

ilustrasi film surau

dakwatuna.com – Shalat, shalawat, dan silat; tiga hal yang tak terpisahkan. Tiga hal yang menyatu dengan Minangkabau.

Pertama, shalat. Ialah tiang agama, penentu tegak tidaknya islam seseorang.

“Pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncak perkaranya adalah jihad” (HR. Tirmidzi no. 2616)

Shalat. Hal yang amat sangat menentukan kokoh tidaknya iman seseorang. Perkara yang paling awal akan Allah tanyakan.

“Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan, ’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.”

Dalam riwayat lainnya, ”Kemudian zakat akan (diperhitungkan) seperti itu. Kemudian amalan lainnya akan dihisab seperti itu pula.” (HR. Abu Daud no. 864, Ahmad 2: 425, Hakim 1: 262, Baihaqi, 2: 386)

Karena seseorang yang baik shalatnya, akan melibatkan Allah dalam setiap aktivitasnya. Tiap akan melakukan suatu hal, ia pikir dahulu ridhakah Allah atasnya? Ia eja dahulu, sudah sesuaikah dengan aturan main-Nya? Sebab segalanya memang, Allah yang kuasai, Allah yang pegang kendali. Maka apa saja yang hendak hamba usahakan, baiknya cocokkan dulu dengan keridhaan Allah.

Kedua, shalawat. Aktivitas yang kita lantunkan setiap hari, dalam sholat-sholat. Melalui ibadah satu ini kita coba lebih dekat dengan kekasih Allah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, ialah sebaik-baik teladan. Bisa menjadi panutan ketika menjadi seorang ayah, kakek, anak, guru, murid, dan saudara seiman. Tiap hela nafas dalam hidupnya patut menjadi teladan, contoh, panutan. Tak kurang-kurang kisahnya menjadi inspirasi bahkan introspeksi bagi diri, sebagai hamba, sebagai umatnya. Sungguh, syafaatnya kian kita harap kelak. Mari sama-sama berdoa, moga masing-masing kita tergolong umatnya, yang ia khawatirkan dan kasihi sampai di akhir-akhir hayatnya.

Ketiga, silat. Bukan untuk gaya-gayaan. Bukan untuk sombong-sombongan. Sebab memiliki ilmu silat digunakan untuk hal baik, bukan untuk ajang pamer, apalagi untuk merugikan orang lain. Gunakan silat untuk membantu orang, bukan menyakiti orang lain. Melalui silat sejatinya kita sandarkan kekuatan hanya kepada Allah. Dan melalui silat sejatinya kita sedang mencari kawan, bukan lawan.

“Silat Minang adalah bagian dari amar ma’ruf nahi mungkar. Lahir silat mencari kawan. Batin silat mencari Tuhan.” (Film: Surau dan Silek)

Tiga hal ini; shalat, shalawat, dan silek, sudah saatnya semakin kita tegakkan lagi dalam aktivitas-aktivitas kita. Melalui shalat, kita sandarkan segalanya kepada Allah, ikhtiar kita, pengharapan kita, segala cita. Maka caranya pun, sesuai aturan-Nya.

Melalui shalawat, kita cintai Rasulillah. Perwujudannya, dengan meneladani segala episode kehidupannya, berusaha selalu berjalan di atas tuntunannya.

Melalui silat, kita gunakan kekuatan dan kemampuan untuk hal baik. Sebagai perlindungan diri, tentu atas seizin-Nya.

Tiga hal ini, kini, telah dikemas dengan adat Minangkabau menjadi sebuah film menginspirasi: Surau dan Silek. Dukung film baik, tonton di bioskop-bioskop terdekat. Ajak teman, sanak-saudara dukung film baik. (sb/dakwatuna.com)

Lahir di Magetan bulan Februari 1993. Alumni Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang angkatan tahun 2011. Pernah aktif di Unit Aktivitas Kerohanian Islam (UAKI) UB, Forum Kajian Islam Teknologi Pertanian (FORKITA) FTP UB, MYLIFE Kota Malang, dan Komunitas Kebaikan Kecil (KANCIL) Kota Malang. Kini menjadi salah satu staff pengajar di YLP2AIT Al Uswah Center Magetan.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...