In Memoriam KH. M. Badruddin Anwar

 

KH. M. Badruddin Anwar

dakwatuna.com – Selasa pagi sebelum berangkat mengajar ke MA Muhammadiyah 2 kota Malang, saya mendapat pesan singkat (sms) bahwa K.H Mohammad Badruddin anwar telah wafat. Barangkali pembaca perlu mengenal sosok beliau. Kyai Badruddin adalah perintis dan pengasuh Ponpes An-Nur 2 al-Murtadlo di Bululawang, Kabupaten Malang, Jawa timur.

Sebatas Informasi yang saya peroleh, usia beliau sudah sepuh dan lama menderita diabetes. Sebelum wafat, beliau berkata kepada suster yang merawatnya di RS Panti Nirmala kota Malang. “saya tunggu yaa“. “Tunggu di mana abah?” Tanya balik suster. “Saya tunggu di kuburan”. Jawab beliau dengan senyuman. Dan hal ini disaksikan oleh seluruh keluarga beliau.

Beberapa tokoh masyarakat hadir untuk menyalati jenazah beliau, Di antaranya Dandim 0818/Kabupaten Malang-Batu, Letkol (Arm) Muridan; Wakil Bupati Malang, Sanusi hingga Walikota Abah Anton dan Wakil Walikota Malang, Sutiaji. Nampaknya sepeninggal KH Badruddin anwar, Ponpes An-Nur 2 Bululawang diasuh oleh Dr. KH. Fathul bari.

Kyai kelahiran 2 April 1942 ini semasa hidup pernah mendalami ilmu agama di Pondok pesantren Sidogiri. Mendaftar kesana pada tahun 1957 dan diterima di kelas V ibtidaiyah. Tahun 1962 tamat mondok usai mendapat restu dari Pengasuh Sidogiri KH. Cholil Nawawi dan KA. Sa’doellah Nawawi.

Merintis dan membangun pondok pesantren An-Nur pada tahun 1979. Pada awal berdirinya Pondok Pesantren ini hanya berupa rumah dari bambu (gedek) ukuran 4 x 6 meter sebagai tempat tinggal santri bersama kyai pengasuh (KH Badruddin Anwar). Dari yang awalnya hanya mengajar 9 santri, kini santri beliau di Pondok an-Nur mencapai lebih dari 4000 santri. Salah satunya Dr Ronald seorang santri asal Amerika yang mondok pada tahun 2004 silam.

Kyai yang menjadi mertua Gus Helmi nawali M.Ag ini adalah sosok yang patut dijadikan uswah. Pertama, berpenampilan sederhana, kesehariannya memakai peci putih dan sarung. Naik mobil pun kecepatannya tak lebih dari 40 km/jam. Kedua, ringan tangan membantu kerabat dan santri yang kesulitan finansial bahkan dalam hal jodoh. Ketiga, beliau termasuk sosok yang memikirkan alumninya. Beliau melarang memungut iuran. Beliau berpesan, “Jangan kamu tarik iuran pada alumni, mereka kan baru memulai hidup di masyarakat. Jangan kamu repotkan dengan biaya-biaya lainnya…”.

Sebelum mengakhiri tulisan ini, ada dua petuah inspiratif beliau khususnya kepada para santri, “Tidak sulit bagi Allah untuk menata jagat raya. Apalagi menata dirimu”. Selanjutnya petuah, “Santri yang membantu kyai jangan mencari bayaran, kalau sudah boyong (keluar pondok), minta bayaran kepada Allah swt”. Maknanya Santri itu selain mencari ilmu agama, harusnya mengabdi. Masalah finansial, bisa diraih di kemudian hari. Selamat jalan Kyai Badruddin Anwar, semoga amal kebaikan anda diganjar pahala yang sebesar-besarnya, wallahu a’lam. (sb/dakwatuna.com)

Alumni Jurusan Studi Ilmu Agama Islam di Pascasarjana UIN Malang. Pasca lulus, pada 2013-2015 menjadi Dosen tetap di STAI al-Yasini, Pasuruan. Sejak Februari 2015, menjadi Pengajar Sejarah Kebudayaan Islam di MTs-MA Muhammadiyah 2 kota Malang. Telah mengunggah lebih dari 50 karangan populer dan ilmiah, terutama di bidang Pemikiran Islam, Filsafat, Tasawuf dan Politik. Artikel terbaru berjudul 'Para Penguasa Suriah Dalam Catatan Sejarah' dimuat di Majalah Tabligh bulan April 2018
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...