Topic
Home / Narasi Islam / Ekonomi / Maksimalisasi Potensi Sektor Pertanian untuk Meningkatkan Produksi Pangan di Indonesia

Maksimalisasi Potensi Sektor Pertanian untuk Meningkatkan Produksi Pangan di Indonesia

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Menteri Pertanian Republik Indonesia.

dakwatuna.com – Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keunggulan di bidang kesuburan tanah. Sangat sering kita dengar syair yang menyatakan bahwa tanah kita adalah tanah surga, yang memiliki kesuburan sangat baik untuk pertanian. Tapi beberapa tahun belakangan pengembangan dan pengelolaan pertanian di Indonesia terkesan kurang baik, hal ini terbukti dengan pemerintah indonesia yang banyak melalukan impor hasil-hasil pertanian dari luar negeri.  Sedangkan kalau kita lihat data potensi pertanian di Indonesia maka negara kita memiliki potensi untuk menjadi negara yang mampu mandiri dari hasil pertanian, Pusdatin menyatakan bahwa luas lahan pertanian adalah 39.5 Juta Ha dengan pembagian Lahan Sawah 8.1 Juta Ha, Tegal/Kebun 11.9 Juta Ha, Ladang 5.25 Juta Ha, dan, Lahan yang sementara tidak diusahakan 14.25 Juta Ha (pusdatin kementan 2008-2013).

Bahkan kalau potensi di bidang pertanian bisa dimaksimalkan pengelolaannya, maka indonesia tidak hanya bisa mandiri dari sektor pangan, tapi Indonesia juga akan mampu untuk menjadi negara eksportir hasil pertanian. Jika berbicara tentang pemaksimalan potensi pertanian yang ada di Indonesia maka salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan mulai menggunakan teknologi terkini di bidang pertanian. Penggunaan teknologi, informasi, dan komunikasi di bidang pertanian sering disebut dengan istilah electronic agriculture (e-agriculture). Pemanfaatan ini dapat dilakukan di semua aktivitas pertanian, mulai dari proses produksi sampai pemasaran hasilnya. Pemanfaatan e-agriculture ini akan menjadi solusi besar untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi para petani, salah satu masalah yang selalu dikeluhkan oleh petani-petani lokal adalah sulitnya mencari pembeli yang mau membeli hasil panen dengan harga yang sesuai dengan tenaga dan modal yang mereka keluarkan. Dengan pemanfaatan teknologi, informasi, dan komunikasi, maka kita dapat meluncurkan sebuah website maupun aplikasi yang menjadi wadah bertemunya penjual dan pembeli hasil-hasil pertanian, bisa juga ditambahkan menu untuk mempertemukan petani dengan para investor pemilik modal, dan fitur-fitur untuk mengakses cepat terhadap informasi pasar, input produksi, dan tren konsumen yang secara positif berdampak pada kualitas dan kuantitas produksi petani. Inovasi-inovasi seperti inilah yang diperlukan oleh petani lokal untuk terus meningkatkan hasil pertanian. Dengan meningkatnya kualitas maupun kuantitas hasil pertanian di Indonesia, maka hal ini akan berimplikasi terhadap produksi dan konsumsi berkelanjutan di Indonesia.

Berjalan membangun perekonomian bangsa yang dibutuhkan tidak hanya mengikuti jejak kecanggihan teknologi negara maju lainnya, namun bagaimana kita membangun ekonomi kerakyatan yang melakukan pengelolaan berdasarkan modal yang kita miliki dengan cerdas dan terstruktur. Kita sudah memiliki cukup modal ketika kita ingin menjadi bangsa yang besar. Letak Indonesia berada di tempat yang strategis, kekayaan sumber daya yang melimpah, tanah yang subur dan kearifan lokal yang kita punya sesungguhnya memiliki nilai besar jika benar-benar dikelola berdasarkan kemampuan yang terstruktur. Artinya adalah bahwa bangsa Indonesia mengelola segala modalnya dengan tahapan-tahapan yang terencana, rinci, dan memiliki pola. Tidak hanya itu, melainkan konsistensi sangat diperlukan ketika sedang fokus membangun tanpa harus mengeksploitasi secara berlebihan dan tanpa meniru cara yang dilakukan bangsa lain. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Lihat Juga

Tegas! Di Hadapan Anggota DK PBB, Menlu RI Desak Blokade Gaza Segera Dihentikan

Figure
Organization