Topic
Home / Berita / Nasional / Kunjungi Korban Kekerasan, Menristekdikti: Tewasnya Syaits Asyam Kerugian Besar Negara

Kunjungi Korban Kekerasan, Menristekdikti: Tewasnya Syaits Asyam Kerugian Besar Negara

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir. (techno.id)

dakwatuna.com – Sleman.  Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir mengunjungi rumah duka keluarga Syaits Asyam di Jetis, Caturharjo, Sleman.

Syaits Asyam mahasiswa Universitas Islam Negeri (UII) Yogyakarta yang merupakan salah satu dari tiga korban meninggal dunia yang diduga akibat mendapat perlakuan kekerasan saat mengikuti Pendidikan Dasar (Diksar) Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) UII di lereng Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah.

Menristekdikti dalam kesempatan tersebut menegaskan bahwa meninggalnya anak bangsa berprestasi seperti Syaits Asyam merupakan kerugian besar bagi negara atas sumber daya manusia yang berkualitas.

“Kehilangan nyawa seorang anak bangsa berprestasi akibat aksi kekerasan dalam dunia pendidikan adalah bentuk kerugian besar bagi negara atas sumber daya manusia yang berkualitas,” kata Nasir, Kamis (26/1/2017), seperti dilansir repulblika.co.id

Dalam kunjungan Menristekdikti tersebut, Sri Handayani yang merupakan ibu almarhum menunjukkan sejumlah piagam dan medali yang berhasil diraih Syaits Asyam semasa hidupnya. Sebuah karya ilmiah almarhum juga diserahkan oleh Sri Handayani kepada Mohammad Nasir yang merupakan bentuk pesan dari Syaits agar karya ilmiah di bidang lingkungan kelautan tersebut dapat dimanfaatkan orang banyak.

“Kami berharap pemerintah dapat menindaklanjuti karya anak kami ini, dan di sisi lain kami juga berharap kasus hukum ini dapat segera dituntaskan secara transparan,” kata Sri Handayani.

Nasir menegaskan, dalam kasus ini negara akan memproses semua kekerasan dalam lingkungan kampus, tidak hanya pucuk pimpinan dalam PT yang akan ditindak, melainkan hingga manajemen juga harus diberi sanksi. “Negara akan memproses kekerasan di dalam kampus, bahkan sampai ke manajemennya harus kita proses,” katanya.

Syaits Asyam mahasiswa kelahiran 7 Juli 1997 merupakan anak muda dengan segudang prestasi. Medali emas pernah ia dapatkan dalam bidang kimia di ajang International Science Project Olimpiad atau ISPRO dan Indonesia Science Project Olimpiad atau ISPO pada 2014 di Jakarta.

Selain itu almarhum juga meraih medali emas dalam ajang International Environment Sustainability Project Olimpiad atau INESPO yang dilangsungkan di Belanda.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, sebanyak tiga mahasiswa UII meninggal dunia setelah mengikuti diksar Mapala Uniniversitas Islam Indonesia (UII) di Tawangmangu, Jawa Tengah. Dua diantaranya sempat dirawat di Rumah Sakit Bethesda.

Syaits Asyam (19) mahasiswa yang merupakan warga jetis, Caturharjo, Sleman meninggal pada Sabtu (21/1/2017), sedangkan Ilham Nur Padmy (20) warga Lombok Timur meninggal pada Senin (23/1/2017) malam.

Kabag humas dan marketing RS Bethesda, Nur Sukawati, mengatakan pihaknya telah melakukan perawatan intensif terhadap keduanya, namun kondisi pasien yang terus menurun akhirnya menyebabkan keduanya meninggal.

Berdasarkan keterangan dari  Kabag humas dan marketing RS Bethesda, Nur Sukawati, Sakit Syaits Asyam (19) diterima pihak dokter pada Sabtu (21/1/2017).

“Saat datang, bicara sudah sulit, sesak nafas, keluhan batuk sejak 4 hari,” ungkapnya, dikutip dari tribunnews.com

Berdasarkan foto thorax, Syaits mengalami patah tulang dengan multiple trauma. Hampir semua tulangnya mengalami kerusakan, seperti di kedua kaki, tangan, pantang, dan punggung.

“Ia mengalami nafas, hingga akhirnya meninggal pukul 14.45 karena peradangan paru dan gagal nafas,” jelasnya.

Lebih lanjut, setelah disemayamkan di rumah duka Bethesda, jenazah Ilham akhirnya dikirim ke Forensik RSUP Dr Sardjito atas persetujuan ayahnya, Syafii. Hal ini dilakukan agar mendapat bukti penyidikan secara mendalam. (SaBah/dakwatuna)

Redaktur: Saiful Bahri

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lahir dan besar di Jakarta, Ayah dari 5 orang Anak yang hobi Membaca dan Olah Raga. Setelah berpetualang di dunia kerja, panggilan jiwa membawanya menekuni dunia membaca dan menulis.

Lihat Juga

Tak Sesuai Budaya Indonesia, Menristekdikti dan Ketua MPR Sepakat Larang LGBT

Figure
Organization