Bisnis Dalam Kacamata Islam

Ilustrasi. (dakwatuna.com)

dakwatuna.com – Berbicara soal bisnis, siapa sih orang yang tidak akan tergiur dengan keuntungan yang melimpah hanya dengan cara – cara sederhana yang sangat mudah untuk dilakukan. Misalnya dengan memainkan gadget saja di zaman sekarang ini sudah bisa menghasilkan jutaan rupiah bahkan milyaran.

Bisnis banyak dilakukan oleh berbagai kalangan dari anak sekolahan sampai orangtua. Bisnisnya pun beragam, ada kuliner, fashion, jasa, pendidikan dan masih banyak lagi. Bisnis mereka pun dengan latar belakang yang berbeda – beda. Ada yang menjadikan bisnis sebagai penghasilan utamanya, ada yang berbisnis karena memang hobi, ada bisnis yang muncul karena memanfaatkan barang – barang yang bagi sebagian orang sudah tidak bermanfaat tetapi ia modifikasi sehingga barang tersebut memiliki nilai jual dan masih banyak lagi. Dengan menerapkan prinsip ATM (Amati Tiru dan Modifikasi) atau ATP (Amati Tiru Plek) siapapun bisa menjadi pengusaha.

Zaman sekarang orang maunya apa-apa yang simpel, pesan makanan cepat saji pake jasa antar pula, beli baju udah tinggal ambil gadget buka online shop pilih deh sesuka hati tanpa harus keluar rumah, mau pergi gak ada kendaraan tinggal buka aplikasi pesan deh antar jemput pake aplikasi dengan hanya bermodalkan gadget. Udah deh pokonya zaman sekarang tuh orang udah gak mau ribet sana, ribet sini cuma buat hal sepele. Kalau ada yang lebih praktis kenapa harus milih yang ribet?

Saya adalah termasuk orang yang menggeluti dunia bisnis meskipun belum sesukses para pengusaha yang profitnya sudah milyaran, tetapi setidaknya banyak jejak yang harus saya ikuti dari mereka. Nah, kita sebagai seorang muslim penting nih memilih bisnis mana yang harus kita jalani agar berjalan sesuai dengan syariatNya.

Dalam ilmu ekonomi bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis berasal dari bahasa inggris business dari kata busy yang berarti sibuk dalam konteks individu, komunitas ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keutungan.

Secara etimologis bisnis berarti keadaan di mana seseorang atau sekelompok orang sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan.

Banyak dari kita berpikir bahwa bisnis itu adalah bagaimana kita mendapatkan laba/keuntungan yang sebesar-besarnya dengan modal yang sekecil – kecilnya. Namun dalam pandangan islam bukan seperti itu, kita boleh mencari keuntungan yang sebesar-besarnya tetapi tujuan kita harus tetap satu yaitu menggapai keridhanNya. Untuk apa kita kaya? Bisnis kita sukses? Finansial kita lancar karena bisnis yang kita jalani? Tetapi Allah tidak ridha dengan itu.

Hal pertama yang harus kita perhatikan dalam dalam melakukan bisnis adalah niat. Sebagaimana dalam hadits arba’in yang pertama إنَّمَاالأَعْمَالُ بِاانِّيَاتِ “Sesungguhnya segala perbuatan itu berlandaskan niat..” Ketika niatnya hanya untuk mendapatkan profit yang tinggi ya itulah yang kita dapatkan nantinya, hanya sekadar profi saja. Tetapi ketika kita niatkan dengan bisnis kita Allah ridha dengannya, membuat kita semakin bersyukur dan mendekat padaNya maka insya Allah kita akan mendapatkannya.

Ada sebuah kisah tentang seseorang yang berbisnis pulsa, zaman sekarang berapa sih profit yang didapatkan dari berjualan pulsa? Tidak seberapa mungkin bagi sebagian orang. Tapi disini saya belajar hal yang positif tentang niat. Saya heran mengapa dia mampu bertahan berjualan pulsa dengan profit yang mungkin tidak seberapa, belum lagi ketika ada yang membeli dan membayarnya di akhir. Dia pun bercerita, sebenarnya tidak ada yang membedakan saya dengan penjual pulsa lainnya. Setiap kali ada yang ingin membeli pulsa kepada saya, saya hanya mendoakan kebaikan kepada pelanggan saya. Misalnya ada anak remaja yang membeli pulsa kepada saya, saya berdoa Ya Allah mudahkan urusan orang ini, mudah – mudahan dengan pulsa ini menjadiakan dia mudah untuk menghubungi orangtuanya agar kebahagiaan senantiasa hadir dalam keluarganya. Seperti itualah kira – kira singkat kisahnya.

Betapa indahnya ketika segala sesuatu kita niatkan untuk kebaikan, dalam bisnis kita berinteraksi dengan pelanggan, bertemu dengan banyak orang. Bayangkan jika setiap kali kita bertemu dengan pelanggan lalu saling mendoakan, indah bukan?

Hal yang kedua adalah bermanfaat, bagaimana bisnis yang kita jalani ini bukan hanya sekadar bermanfaat bagi diri kita sendiri namun bagi oranglain. Dengan bisnis kita orang – orang semakin mudah melakukan aktivitasnya, dengan bisnis kita orang – orang semakin dekat dengan Allah. Ada kutipan perkataan dari seorang motivator Edvan M Kautsar dalam bukunya Be a Passionpreneur “Semakin bermanfaat hidup seseorang, maka akan semakin tinggi nilainya di hadapan Tuhan dan manusia.”

Misalnya dalam bisnis dunia pendidikan, seperti bimbingan belajar (bimbel) kita berbagi ilmu yang kita miliki untuk membantu orang lain yang memerlukan ilmu kita. Dalam bisnis transportasi kita membantu orang yang memiliki keterbatasan dalam kendaraan untuk bisa sampai pada tempat tujuannya dengan kendaraan yang kita miliki. Seorang motivator, berusaha memberikan energi positif bagi pesertanya, adalah bentuk usaha yang dilakukan agar memberikan manfaat bagi oranglain.

Hal yang ketiga adalah sistemnya, bagaimana bisnis yang kita jalani ini bersih dari hal-hal yang dilarang dalam syariat. Sistem keuangan kita terhindar dari riba, barang – barang yang kita perjualbelikan terbebas dari ihtikar dan gharar. Dimana ihtikar adalah penimbunan barang, ketika permintaan naik kita menimbun barang tersebut dan ketika di pasaran barang tersebut langka kita menjual barang tersebut dengan harga yang tinggi, itu dilarang dalam islam. Dan gharar adalah ketidakjelasan, barang yang kita perjualbelikan harus jelas kepemilikannya dan akadnya pun harus jelas apakah sebagai pinjaman, pemberian atau yang lainnya.

Rasulullah adalah seorang pengusaha muslim yang kaya raya beliau mengajarkan umatnya untuk menjadi muslim mandiri yang kaya, namun jangan sampai kita salah mengartikan kaya yang dimaksud, jangan sampai kita menjadikan segala cara dihalalkan hanya untuk mendapatkan keuntungan. Beberapa prinsip dalam bisnis yang Rasulullah terapkan.

  1. Jujur dalam berbisnis

Kejujuran adalah kunci utama dalam berbisnis, karena kejujurannya Rasulullah mendapat gelar Al – Amin yang memiliki arti terpercaya. Jelaskan apa adanya keadaan barang yang kita jual.

  1. Menghormati pelanggan

Rasulullah memperlakukan pelanggan layaknya saudara yang kita memiliki tanggungjawab untuk membantunya. Inti bisnis yang sesungguhnya adalah kegiatan di mana kita membantu seseorang dalam memecahkan masalahnya.

  1. Menepati janji

Dalam melayani pelanggan kita harus menepati janji, seperti ketika kita membuat deadline pembayaran, sudah seharusnya kita menepatinya sesuai dengan kesepakatan antara kedua pihak

  1. Hanya menjual produk yang berkualitas

Barang yang kita jual adalah barang yang memang layak untuk dijual jangan sampai kita menjual barang yang rusak atau cacat sehingga menimbulkan kerugian bagi pelanggan kita.

  1. Tidak menjelek – jelekkan pesaing

Pesaing dalam dunia bisnis adalah hal yang wajar, ingatlah Allah telah mengatur rezeki setiap hambaNya. Karena pada hakikatnya prinsip bisnis adalah memberikan kepuasan kepada pelanggan bukan menjatuhkan pesaing.

  1. Jangan sampai bisnis mengganggu aktivitas Ibadah

Bisnis bukanlah semata – mata yang harus dikejar. Ada banyak orang yang melupakan shalat dan bahkan lupa membayar zakat karena sibuk dalam bisnisnya. Justru hal terpenting adalah bagaimana Allah ridha atas apa yang kita kerjakan.

Untuk itu marilah kita menjadi pembisnis muslim yang senantiasa menerapkan sunah – sunahNya dan semoga bisnis yang kita jalani terhindar dari apa yang dilarang dalam syariat.

Wallahu’alam bis shawwab.. (dakwatuna.com/hdn)

 

Mahasiswi STEI SEBI. Hobi Traveling.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...