Aleppo dan Iman yang Merintih

Sebuah graffiti yang ditulis di dinding bangunan yang hancur di Aleppo yang artinya, “kami akan kembali Aleppo”. (Twitter)

dakwatuna.com – Syam, Aleppo. Kembalilah pada sejarah bagaimana ada sebuah negeri yang mampu melahirkan banyaknya para nabi dan para pejuang, negeri yang indah dan tenteram kala itu, Syam. Sebagaimana suatu saat Rasulullah SAW membacakan surat Al Mukminun, 50: Dan telah Kami jadikan (Isa) putra Maryam beserta ibunya suatu bukti yang nyata bagi (kekuasaan Kami), dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir.

‎وَجَعَلْنَا ابْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُ آيَةً وَآوَيْنَاهُمَا إِلَىٰ رَبْوَةٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَمَعِينٍ

Lalu kemudian beliau bertanya kepada sahabat “Apakah kalian mengetahui dimana tempat itu?”. Para sahabat menjawab “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui”. Beliau melanjutkan “Tempat itu di negeri Syam, bumi yang dinamakan Ghuthah, disebuah kota yang disebut Damaskus. Ia adalah kota yang terbaik di negeri Syam. (HR. Tamam Razi)

Aleppo bagian darinya, Aleppo bagian dari negeri Syam kala masih satu sampai sekarang.

Sakit bukanlah ketika aku atau bahkan kita kehilangan harta, bukan. Sakit adalah ketika saudara dekat yang terhubung dari iman itu tercekik, terguncang, tanpa bisa kita berbuat banyak.

Ini bukan soal untung atau rugi, ini soal bagaimana iman sesak dan nurani menangis tatkala adik kecil ditembak dengan tawa terpuaskan oleh mereka yang memberangus negeri. Takut bukanlah oleh senapan dan bubuk mesiu mereka, takut ketika kita terseret dalam pertanyaan nanti “apa yang kau lalukan ketika saudaramu aleppo terkoyak?” Sementara hartamu masih tersisa.

Yaa Robb, hancurkan, cerai beraikan kesatuan mereka yang dengan mudahnya menenteng senapan dan bom untuk memberangus negeri Syam.

Untukmu yang ada kelebihan dalam membantu, bantulah sebelum menyesal karena tak ada sedikit pun yang diusahakan, bahkan sepeser pun tak akan berkurang dari kantong dan rekening Bank. Untukmu yang terlelap dalam lingkaran gemilang dunia, keluarlah dan sadarlah bahwa tak akan lama lagi berada di sini.

Ketika seorang anak kecil yang jiwanya terenggut karena pelurumu, ketika itu adukan semua tentang apa yang telah mereka lakukan pada Syam.

Ketika doa terucap dan Qunut Nazilah keluar dari lisan yang syahdu, apalagi yang menghalangi dari merintihnya iman. Ketika mereka yang menangis dari letupan bom dan senapan, menjadi bagian dari tangisan doa dan gemetar yang datang.

Ya Rabb kuatkan mereka. Kencangkan lagi Rabithah, karena mereka dan kita adalah saudara ukhuwah Islam dan iman. (sb/dakwatuna.com)

Pemuda asal Ponorogo Jawa Timur. Pernah menimba ilmu di Al Quran and islamic sciences University, Sudan. Dan sekarang sedang menempuh S1 Jurusan Syariah di Universitas Islam Madinah, Arab Saudi.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...