Refleksi Hadits Arbain Kesatu dan Kedua

Ilustrasi. (babarusyda.blogspot.com)

dakwatuna.com – Hadits Arbain An-Nawawiyah terdiri atas 40 hadits di dalamnya. Hadits ini menjabarkan tentang segala hal yang berkaitan dengan Islam serta penerapan dan essensinya bagi kehidupan sehari-hari. Suatu hadits mengajarkan tentang segala bentuk perbuatan yang telah dicontohkan oleh Rasullulah SAW. Banyak esensi dan manfaat yang dapat diperoleh dengan mendalami suatu hadits. Selain memberikan ketenangan diri, dapat pula menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan positif.

Dari hadits-hadits yang termuat di dalam hadis Arbain An-Nawawiyah, beberapa hadits yang akan dikaji adalah hadits ke satu dan kedua. Kedua hadits ini mencerminkan bagaimana seseorang harus bersikap dan bertindak dengan merefleksikan nilai-nilai keislaman.

Hadits pertama memaparkan bahwa segala amal dan perbuatan yang dilakukan seseorang harus berdasarkan pada niat. Selain merupakan kunci utama yang menentukan keberhasilan dalam menjalankan segala tindakan, niat menandakan tingkat kesungguhan seseorang ketika melaksanakan pekerjaannya. Niat dan hasil yang diperoleh dari suatu pekerjaan merupakan dua hal yang berbanding lurus. Niat yang besar dan ikhlas akan memberikan hasil yang maksimum dan sesuai harapan. Sehingga semua amal perbuatan yang diperoleh sesuai dengan yang diniatkan. Suatu pekerjaan dapat dilihat dari keseriusan dan konsistensi dalam niat, ucapan, dan perbuatannya.

Dalam suatu hadits dikatakan, ”Barangsiapa berhijrah karena Allah dan RasulNya maka hijrahnya untuk Allah dan RasulNya. Dan barang siapa berhijrah karena dunia yang dicari atau wanita yang ingin dinikahi, maka hijrahnya untuk apa yang ia tuju.”

Hadits di atas menunjukkan bahwasanya sebelum melakukan segala kegiatan, hendaklah manusia memperbaiki niatnya. Karena konsekuensinya akan dialami oleh dirinya sendiri. Oleh karena itu, niat menjadi tolok ukur bagi diri seseorang.

Hadits kedua menceritakan tentang pemahaman Islam, Iman, dan Ihsan. Di awal dijelaskan bahwasanya datang seseorang ke dalam majelis. Pakaiannya putih dan bersih dengan rambut yang hitam. Namun tidak satupun terlihat tanda-tanda, ia telah berpergian jauh. Dan tidak ada seorangpun yang mengenalnya. Lalu, laki-laki itu bertanya kepada Nabi Muhammad tentang Islam, Iman, dan Ihsan.

Nabi menjawab bahwa Islam dibangun oleh lima perkara, yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji. Pertama, Syahadat adalah syarat masuk Islam dimana pengucapan dan pelafalannya harus benar sesuai dengan yang termaktub. Kedua,

Shalat memberikan banyak manfaat pada manusia, seperti mencegah perbuatan keji dan munkar. Di dalam Al-quran setidaknya terdapat 13 fungsi shalat.

Ketiga, zakat. Zakat dibagi menjadi zakat fitrah dan mal. Hukum zakat fitrah yaitu wajib, baik yang kaya miskin maupun baligh dan belum. Bagi yang telah baligh diwajibkan baginya untuk menjalankan segala yang diperintahkan oleh Allah. Baginya yang lalai akan mendapat konsekuensinya. Beberapa konsekuensinya di antaranya (1) Amalannya sudah dihisab; (2) Bertanggung jawab terhadap perbuatan yang dilakukan; (3) Kewajiban beribadah; (4) Membedakan antara yang hak dan batil; (5) Bertanggung jawab secara pribadi terhadap nafkahnya (khususnya laki-laki), mencakup harga diri terhadap kemandirian secara finansial, konsep harta atau mengetahui harta yang dimiliki, mengetahui ukuran atau kapan mengeluarkan zakat. Sementara zakat mal disesuaikan dengan banyaknya harta berdasarkan pada nasab (ukuran) dan haul (waktu kepemilikan) dimana jumlah harta yang akan dizakatkan sesuai dengan jumlah yang dimiliki pada waktu tertentu.

Keempat, puasa. Setiap orang diperintahkan untuk menjalankan puasa serta menghindari dan melaksanakan kewajiban selama bulan Ramadhan. Kelima, Haji diperuntukkan bagi mereka yang kuasa dengan tetap mematuhi syarat dan wajib dalam berhaji.

Selanjutnya tentang Iman. Iman mencakup rukun-rukun iman, yaitu iman kepada Allah, iman kepada malaikat, Iman kepada kitab-kitab Allah, Iman kepada Rasul, Iman kepada hari kiamat, dan iman kepada qadha dan qadar.  Lalu Ihsan. Ihsan diperumpamakan sebagai penyembahan kepada Allah seakan – akan hamba melihatnya dan apabila tidak melihat, Allah telah melihatmu.

Sesungguhnya orang yang bertanya kepada Nabi tersebut adalah Malaikat Jibril. Ia datang hendak mengajarkan tentang belajar dan menuntut ilmu. Yakni bagaimana adab-adab dalam belajar, seperti berpakaian sopan, bersih, dan rapi serta hendaklah  pada jarak yang dekat dengan guru. Jarak dekat ini maksudnya agar setiap orang yang mencari ilmu benar-benar fokus akan niatnya dan menghindarkan dari hal-hal yang mengganggunya selama menuntut ilmu.

Dari kedua hadits tersebut, sebagai umat Rasulullah seyogya nya mengikutinya. Selain membuat kehidupan di dunia menjadi tenang, juga utu k memberikan keseimbangan pada kehidupan di dunia dan untuk akhirat kelak. (dakwatuna.com/hdn)

 

Bukan tentang siapa dirimu. Tapi tentang bagaimana dirimu menghargai orang lain
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...