Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Hudzaifah Sang Paradoks Akhir Zaman

Hudzaifah Sang Paradoks Akhir Zaman

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (islamreview.ru)
Ilustrasi.

dakwatuna.com – Hudzaifah, untuk kesekian kalinya aku bisa menahan diri atas pertentangan di antara kita. Tapi kemarin aku benar-benar marah, aku keburu mengunfriendnya dan ia membalas dengan memblokirku. Aku lupa, ada uneg-uneg yang masih harus kukatakan kepadanya, ini tentang kebenaran, dan sepertinya ini adalah yang terakhir, setelahnya aku sudah tak butuh dia lagi. Aku kirimkan ke alamat emailnya, entah ia mau baca atau tidak.

Ternyata ada balasan, sebuah kiriman email darinya baru saja kuterima. Untuk kesekian kalinya ia telah memaksaku menerima argumentasinya. Tapi kali ini tidak. Bagaimana mungkin, dalam keadaan Islam dihina dan diinjak-injak, ia mengambil posisi pada barisan para penista itu. Aku telah dengan jelas mengatakan kepadanya bahwa dirinya pengkhianat!

Sebenarnya aku memang memiliki keraguan, mungkin harusnya tak kubuka sama sekali email darinya. Tapi lagi-lagi aku harus menyerah, itu tak mungkin. Baiklah kubaca apa yang ditulisnya.

***

Sahabat lamaku, sebenarnya selama ini aku salah jika berulangkali mengatakan kepadamu bahwa tujuan kita sama, hanya jalan yang kita tempuh berbeda. Semua itu kukatakan hanya untuk menghibur dirimu yang tak juga mengerti permasalahan yang sesungguhnya, agar di antara perbedaan kita ini, kita tetap menjadi sahabat.

Jalan yang kita tempuh ini sebenarnya sama, malah tujuan kitalah yang mungkin berbeda. Hanya saja engkau yang tak mengenali kamuflase ini. Fitnah menimpa kita seperti potongan-potongan malam yang gelap gulita, sementara engkau hanya menyederhanakan permasalahan. Lantas engkau memposisikan dirimu sebagai pembela agama sedang diriku kau posisikan sebagai pengkhianat agama.

Sahabatku, perangkap itu selalu dibuat tersamar, jebakan selalu dibuat menarik dan umpan selalu dibuat manis. Selama ini engkau berulangkali terjatuh, tapi kau tak juga mau belajar. Engkau tak juga paham, tantangan dakwah ini jauh lebih pelik dari yang kau mengerti. Engkau tak pernah melihat kamuflasenya. Maka engkau selama ini bersusah payah, dan musuhmu selalu memetik hasilnya.

Engkau melangkah dengan gempita, sedang sesungguhnya kau melewati jalan yang dibentangkan musuh. Engkau berlaga dengan gagah, sedang sesungguhnya engkau sedang menghancurkan bentengmu sendiri dan menyerahkannya kepada musuh. Engkau melawan sebuah rezim yang zhalim, sedang sesungguhnya engkau memberi jalan bagi rezim yang lebih buruk lagi. Engkau merasa dirimu mujahid, sedang sesungguhnya engkau adalah kuda tunggangan. Engkau bersorak atas sebuah kemenangan semu, sementara musuhmu bersorak atas keberhasilannya memperdayaimu.

Sahabatku, engkau tahu bila di antara seratus ribu sahabat Rasulullah, ada sepuluh orang munafik, dan hanya Hudzaifah yang mengetahuinya. Sedang di antara para pemegang kunci-kunci pasukanmu, belum tentu ada sepuluh orang yang terbebas dari nifaq, dan tak ada lagi Hudzaifah yang mengetahuinya.

Sahabatku, jika engkau tahu, engkau akan sedikit tertawa dan banyak menangis. Fitnah datang bagai potongan-potongan malam yang gelap gulita. Seseorang dalam keadaan beriman pada pagi hari, menjadi kafir pada sore harinya. Orang yang duduk lebih baik daripada orang yang berdiri, orang yang berdiri lebih baik daripada orang yang berjalan dan orang yang berjalan lebih baik daripada orang yang berlari.

Sahabatku, engkau tak kan mengerti, sampai keluarnya Dabah yang memberi tanda pada wajah-wajah orang munafik.

***

Hudzaifah, aku sebenarnya berharap jika yang engkau katakan itu benar, karena itu berarti masa yang telah dijanjikan-Nya itu telah dekat. Ketika mereka hendak menyempurnakan tipu dayanya, maka Dia akan menyempurnakan tipu daya-Nya.

Tapi mungkin belum, dan aku harus masih harus melewati tipu daya-tipu daya yang lebih dahsyat lagi. Dan aku hanya memiliki seuntai doa, Ya Allah, jadikan tipu daya dan kezhaliman yang menimpa kami, tambahan pertolongan bagi kami, menjadi wasilah yang mendekatkan kami kepada apa yang Engkau janjikan kepada kami dan senantiasa menjadi pelipur di antara kepedihan kami, tegaknya agama Islam ini pada semua tempat yang ada timur dan baratnya, pada semua tempat yang dicapai oleh siang dan malamnya. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Seorang petani di kaki Gunung Ungaran. Mengikuti kegiatan di Muhammadiyah dan halaqah. Meski minim mendapatkan pendidikan formal, pelajaran hidup banyak didapat dari lorong-lorong rumah sakit.

Lihat Juga

Wahai Umat Akhir Zaman, Timur Bukan Barat!

Figure
Organization