Pasar Merespons Positif Aksi Damai Bela Al-Quran 4 November

Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Aksi bela Al-Quran yang dilakukan jutaan masyarakat Indonesia pada hari Jumat (/4/11/2016) lalu direspons positif oleh Pasar. Menjelang aksi, nilai tukar rupiah menguat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meningkat, investor tak merasa khawatir. Setelah aksi, tak ada gejolak ekonomi yang signifikan mempengaruhi pasar, harga komoditas bergerak dalam batas normal.

Data Bloomberg menunjukkan, rupiah terpantau terapresiasi 0,05% ke Rp.13.068 per dolar AS. Demikian juga dengan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), yang menyebutkan rupiah berada di level Rp.13.050 per dolar AS pada perdagangan hari kamis (3/11/2016) atau sehari menjelang aksi. Posisi ini menguat delapan poin dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.

Tak ada fluktuasi ekonomi ini menunjukkan pasar meyakini aksi umat Islam ini akan berlangsung damai dan tertib. Meski ada kerusuhan kecil dimalam hari, reaksi pasar tetap bergerak ke arah positif. Modal asing masih mengalir deras ke dalam negeri (capital inflow). BI mencatat, capital inflow sebesar Rp.157 triliun. Dari jumlah itu, sebanyak Rp 37 triliun masuk ke pasar saham, sedangkan sisanya mengalir ke pasar surat utang negara (SUN). Tak ada kekhawatiran di kalangan pelaku usaha.

Harga komoditas juga terpantau normal, data yang dirilis Kementerian Perdagangan menunjukkan bahwa pergerakan harga dari kamis (3/11) ke Jumat (4/11) di tingkat nasional, hanya harga beras, minyak goreng, daging ayam dan cabe yang meningkat. Itu pun hanya terkoreksi tipis, harga beras naik dari Rp.10.711/Kg (pada 3/11) ke Rp.10.717/Kg (pada 4/11), harga minyak goreng bergerak dari Rp.11.489/Lt ke Rp.11.516/Lt, harga daging ayam dari Rp.29.932/Kg ke Rp.29.940/Kg, dan harga cabe naik dari Rp.50.196/Kg ke Rp.50.586/Kg.

Komoditas lain baik gula, tepung terigu, daging sapi, telur ayam, susu dan jagung, harganya justru menurun dan relatif stabil. Demikian juga dengan pergerakan harga di tingkat Provinsi DKI Jakarta, yang menjadi lokasi aksi dan diperkirakan akan terjadi gejolak, sesaat menjelang aksi dan setelah aksi bela Al-Quran tersebut, tidak terjadi pergolakan harga yang mencolok, pasar kembali menunjukkan sentimen positif.

Roda perekonomian justru lebih bergairah saat hari aksi bela Al-Quran. Omset industri makanan melonjak, traffic perjalanan travel meningkat seiring dengan mobilisasi massa baik dari luar daerah ke Jakarta maupun di dalam kota Jakarta. Berbagai barang dagangan diperjualbelikan di tengah kumpulan massa yang begitu besar, pedagang tak khawatir rusuh, konsumsi masyarakat meningkat seakan-akan momentum berhari raya.

Kesejukan yang ditampilkan peserta aksi bela Al-Quran membuat IHSG rebound dari sebelumnya sedikit melemah sejak pukul 11.30 WIB hingga 14.00 WIB pada hari Jumat 4 November 2016 (Pembukaan di level 5,310 merosot ke level 5,307). Namun IHSG mulai berbalik menguat pada pukul 14.20 WIB ke level 5,331 dan berakhir dengan penutupan di level 5,349.

Kini, pasar menunggu langkah-langkah tegas pemerintah dalam menuntaskan kasus penistaan agama ini. Respons positif yang diperlihatkan pasar menunjukkan kemurnian aksi bela Al-Quran yang berorientasi semata-mata untuk tegaknya hukum di tanah air. Namun apabila kasus ini tidak dituntaskan maka sangat dimungkinkan roda perekonomian akan terganggu, yang akan diawali dari panic selling, indeks harga bergerak cepat dan inflasi melonjak seperti respons pasar dalam peristiwa aksi unjuk rasa Mei 1998. Bila perekonomian terganggu, sentimen positif yang sudah ditunjukkan pasar dapat berbalik. Apalagi bila ketidakjelasan kasus ini, kemudian melebar menjadi ketidakpercayaan terhadap penegakan hukum. Ini dapat berakibat fatal terhadap wibawa negara. (dakwatuna.com/hdn)

Aktifitas saat ini sebagai Direktur Center of Development Studies (CDS) dan Tenaga Ahli DPR-RI. Sarjana Teknik Gas dan Petrokimia, Universitas Indonesia. Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik, Universitas Indonesia.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...