Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Stres Itu…

Stres Itu…

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (kterrl.wordpress.com)
Ilustrasi. (kterrl.wordpress.com)

dakwatuna.com – Kita seringkali menganggap besar suatu masalah. Padahal sebenarnya masalah yang kita hadapi itu tidak seberapa besarnya. Jika kita mau berpikir dan merenung sejenak, kita pasti akan menemukan jawabannya. Bahkan tanpa waktu lama kita mampu menyelesaikan masalah tersebut.

Biasanya masalah itu tak kunjung selesai dikarenakan kita membiarkan masalah itu, memendamnya. Hingga masalah itu menumpuk. Dan kita semakin bingung untuk menyelesaikan masalah-masalah itu. Pada akhirnya kita merasa putus asa, frustasi. Oleh karena itu, sebaiknya jika kita mendapatkan suatu masalah. Hadapi dan selesaikan. Jangan ditunda-tunda, dipendam sendiri.

Jika memang kita agak sulit menyelesaikannya, kita bisa meminta bantuan orang lain atau hanya sekedar tempat berbagi. Kita bisa memilih orang yang lebih profesional, orangtua, sahabat atau teman yang bisa kita percayai. Namun bila masalah itu terlanjur menumpuk, solusinya tetap selesaikan masalah kita. Selesaikan satu demi satu. Yang paling penting selesaikan dengan tenang. Karena jika kita tidak tenang, kita akan melihat masalah itu jauh lebih besar dari kenyataannya.

◊◊◊

Mari kita beranjak kepada masalah itu sendiri, apakah masalah itu? Sebenarnya masalah itu ada untuk mengukur kemampuan kita, bagaikan sebuah ujian saat kita berada di sekolah. Ujian tersebut merupakan tolak ukur, seberapa besar penguasaan kita terhadap suatu masalah. Juga untuk mengukur tingkatan pola pikir kita dalam menyelesaikan masalah. Jika kita lulus dari masalah tersebut, otomatis kita sudah meningkatkan pola pikir kita. Seperti habis ujian, kita akan naik kelas.

Selain itu, dalam agama kita pun yang namanya ujian itu pasti ada. Karena ujian tersebutlah yang akan menjadi tolak ukur keimanan kita. Orang yang imannya kuat, pasti ujian hidupnya jauh lebih berat. Seperti para Nabi dan Rasul, ujian hidup mereka tentu jauh lebih berat dibandingkan kita sebagai manusia biasa. Dari mulai Nabi Adam yang digoda iblis, hingga akhirnya dikeluarkan dari Surga. Sampai kepada Nabi kita, Muhammad Rasulullah saw. yang ujian hidupnya amat sangatlah berat dan tiada hentinya. Berawal dari kelahirannya sebagai anak yatim, hingga ketika Beliau berdakwah banyak orang yang menghinanya bahkan tak segan-segan menyakitinya.

Jadi, masalah sama dengan ujian dan ujian sudah pasti ada di dunia ini. Semua manusia pasti akan mendapatkan ujian untuk mengukur pola pikirnya dan mengetahui tingkat keimanannya. Tapi tenang, ujian yang diberikan pada setiap orang tidak akan mutlak sama. Allah hanya akan memberikan ujian sesuai dengan kemampuan kita, tidak mungkin ujian itu jauh lebih berat daripada kemampuan kita. Anak SD saja tidak mungkin diberikan soal ujian anak SMP ataupun SMA.

Selanjutnya, bagaimana cara kita menyelesaikan suatu masalah merupakan awal cerita dari si stres. Jika cara kita menyelesaikan masalah seperti bayi, yang ketika mendapatkan masalah dia akan menangis namun tak putus asa untuk berusaha. Tentu kita tak akan dilanda stres berkepanjangan. Namun jika kita menyelesaikannya seperti anak kecil yang manja, yang selalu mengandalkan orang-orang di sekitarnya. Kita akan kesulitan menyelesaikan masalah kita sendiri, karena kita selalu berharap ada orang yang mau membantu menyelesaikan masalah kita atau malah membayangkan masalah kita lenyap begitu saja.

Untuk tipe yang kedua tersebut juga terbagi lagi: ada yang selalu mengeluh dalam hidupnya, berharap orang lain mengasihaninya hingga akhirnya ia dibantu diselesaikan masalahnya dan orang yang hanya membiarkan masalahnya hingga menumpuk.

Orang yang selalu mengeluh awalnya tak begitu kenal dengan si stres, karena setiap dia stres itu hanya bertahan sementara. Sebab, selalu ada yang mengasihaninya. Namun sadarkah ia, bahwa ia telah membuat orang lain tak menyukainya? Karena yang punya masalah kan tak hanya dia seorang, bahkan mungkin bagi orang lain masalah yang dia hadapi hanyalah masalah sepele yang tak ada bandingannya dengan masalah orang lain yang jauh lebih besar.

Sementara untuk yang selalu menumpukkan masalahnya tanpa pernah berpikir untuk menyelesaikan masalahnya satu persatu, akan menderita stres akut atau bahkan depresi. Dia hanya bisa diam lalu menangis sendiri ketika masalah menimpanya, memendamnya hingga akhirnya ia tak kuat dan membutuhkan pelampiasan. Makanya gak aneh kalo banyak orang yang suka berkelakuan aneh-aneh, dari mulai menyakiti diri sendiri hingga bunuh diri. Yang suka bengong, sibuk sendiri lalu jadi gila.

Awalnya mungkin perilaku yang nampak, ia berubah menjadi pendiam. Lalu mulai memiliki hobi baru, bengong. Karena yang ada di pikirannya hanya masalah, masalah dan masalah. Ia seolah-olah dihantui perasaan bersalah karena tak mampu menyelesaikan masalahnya. Setiap ia berusaha untuk fokus, lagi-lagi bayangan masalahnya melintas. Dan ketika ada waktu untuk sendiri, air matanya sudah tak terbendung lagi. Ia akan menangis, tangisannya akan meledak-ledak. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di dalam dadanya.

Alhasil, aura wajahnya tak lagi menampakkan keceriaan. Wajahnya lesu, tidak memiliki semangat hidup sama sekali. Benar-benar masa depan yang suram. Belum lagi beban hidup yang terasa makin berat. Dadanya akan selalu terasa sakit, hingga ketika ia menangis, ia mendadak sesak napas. Padahal ia tak memiliki riwayat penyakit asma. Berujung pada pingsan yang tak bisa ditahan lagi. Hal ini disebabkan pusing di kepala, sesak di dada dan gangguan lainnya yang menyebabkan keseimbangan tubuh hilang.

Ketika kekesalannya memuncak, ia akan mencari pelarian. Saat ia merasa bahwa penyebab semua masalah ada pada dirinya, ia akan merasa tak berharga lagi. Rasa kebencian pada diri sendiri pun mulai tumbuh. Mulai dari mencaci-maki diri sendiri, menyakiti diri sendiri. Meskipun sebenarnya batinnya pun perih tapi sangat sulit untuk membuatnya stabil kembali. Bahkan tangisannya pun bagaikan tangisan kesetanan.

Pelarian lain yang bisa dilakukan, ialah membahagiakan diri sendiri dengan cara yang ia mampu. Ia mulai menghidupkan daya imajinasinya, halusinasinya. Ia akan menciptakan dunianya sendiri, dimana ia tak pernah mendapatkan masalah. Karena ia lah yang memegang skenario kehidupannya. Namun jika hal ini terus-terusan dilakukan, akan berujung pada kegilaan.

Atau, cerita lainnya. Menjadi brandal, dimana ia tak lagi disalahkan tapi diagung-agungkan. Ia akan membalas semua rasa sakit hatinya kepada orang lain yang lebih lemah dari dirinya. Ia seolah-olah menumpahkan masalah hidupnya kepada sasarannya itu. Ini bisa dilihat dari kelakuan para brandal yang banyak melakukan perpeloncoan kepada juniornya. Merusak fasilitas umum dan mengganggu masyarakat. Pada dasarnya karena ia ingin diperhatikan, ia ingin orang lain peduli padanya dan membantu menyelesaikan masalahnya.

Menggunakan obat-obat terlarang, merupakan cara lain mencari kebahagiaan atau melupakan masalahnya. Karena seperti yang telah diketahui bersama, efek dari penggunaan obat-obat terlarang ialah halusinasi kita yang akan semakin liar. Kita akan merasa memiliki sesuatu yang sebelumnya tak pernah dimilikinya atau yang tak pernah dimiliki siapapun. Contohnya: merasa bisa terbang bagaikan burung atau merasa melihat surga dan lain sebagainya.

Puncak dari pelarian stres yang amat sangat mengerikan ialah bunuh diri. Karena penyelesaian yang paling baik, yang ia rasakan adalah kematian. Dia berpikir dengan berakhirnya riwayat hidupnya tak kan ada lagi masalah yang mencecarnya. Alhasil ia pun mencoba menjemput kematiannya, ia percepat kematiannya dengan jalan bunuh diri. Bisa dengan perlahan atau yang benar-benar langsung mati. Seperti sudah kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, mengakhiri hidup dengan meminum racun serangga, terjun dari ketinggian, menabrakkan diri dan lain sebagainya.

Padahal seharusnya hal-hal diatas tak perlu terjadi jika kita bisa menyelesaikan masalah kita. Memang, menyelesaikan suatu masalah itu tidaklah mudah. Tapi jika kita tetap menganggap itu sulit, maka selamanya kita akan merasa kesulitan menyelesaikan masalah kita. Karena salah satu kunci penyelesaian suatu masalah adalah sugesti positif yang diberikan kepada diri kita sendiri. Coba lihatlah anak kecil yang sedang belajar, ketika ia dipuji oleh lingkungannya, ia akan mampu belajar lebih cepat. Logikanya belajar adalah masalahnya dan pujian merupakan sugesti positif yang diterimanya.

Selain dari sugesti positif, kita juga akan membutuhkan bantuan sang Maha Kuasa. Baik itu meminta pertolongan agar kita dibantu menyelesaikan masalah kita ataupun meminta agar pribadi kita lebih diperbaiki, dikuatkan. Agar ke depannya kita lebih tahan banting terhadap masalah. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Hafshah Muslimah ialah nama pena dari Hafizhotunnisa Ishmatullah. Merupakan alumni KMO Indonesia batch 16. Karya yang sudah diterbitkan ialah dwi antologi Memori-Reminisensi, antologi puisi Deret Diksi Anak Negeri, antologi kisah inspiratif Guratan Renjana pada Kesatria, dwi antologi Impresi-Memorabilia, antologi Mozaik-Amore, dan antologi dongeng Fairy Tale. Bisa disapa melalui instagram @hafshahmuslimah atau di KBM App hafshahmuslimah .

Lihat Juga

IZI Bantu Keluarga Dhuafa Terlilit Utang

Figure
Organization