Refleksi Sumpah Pemuda: Empat Modal yang Harus Dimiliki Pemuda

Ilustrasi. (Foto: monohalizarmin.blogspot.com / Editiing: dakwatuna.com / hdn)

dakwatuna.com – Pemuda selalu menjadi sorotan dalam lingkup kehidupan bermasyarakat. Dalam setiap masa dan tempat, pemuda selalu menjadi tumpuan para tetuanya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang besar. Ia menjadi andalan dan harapan para generasi tua dalam kehidupan bermasyarakatnya. Sebab pemudalah yang akan menjadi penerus tatanan kehidupan masyarakat yang telah diwariskan secara turun temurun. Pada era modern pun, pemuda sangat diharapkan partisipasinya. Bahkan kelompok ini akan lebih banyak mendapat kritikan ketika tidak bergerak dan berbuat. Apalagi ketika berhubungan dengan nasib masyarakat secara umum yang tidak dapat diselesaikan oleh kelompok tua. Salah satunya adalah keterlibatan mereka sebagai pengkritik dan pengontrol kebijakan pemerintah yang menyangkut hajat hidup masyarakat secara umum. Ketika muncul sebuah kebijakan dari pemerintah yang tidak pro rakyat, maka pemudalah yang diharapkan oleh masyarakat untuk mewakili dan menyuarakan kepentingan mereka. Hal ini sudah dibuktikan saat tumbangnya rezim orde baru yang dipelopori oleh para pemuda.

Tidak salah jika presiden Soekarno pernah mengatakan berikan aku sepuluh pemuda maka akan aku guncangkan dunia. Karena ketika kita menengok ke belakang dan membaca perjalanan sejarah bangsa Indonesia, maka akan ditemukan banyak peran-peran besar pemuda di dalamnya. Peran yang menyumbangkan cerita-cerita heroik pemuda dalam mewujudkan sebuah tatanan negara yang merdeka dan bebas dari semua perbudakan penjajah. Salah satunya adalah peristiwa tahun 1928 tepatnya 28 Oktober. Pada saat itu para pemuda Indonesia dari berbagai pergerakan yang bersifat kedaerahan dan kesukuan mengangkat sebuah sumpah. Mereka saat itu menanggalkan semua atribut kesukuan dan kedaerahan untuk satu tujuan, Indonesia. Para pemuda saat itu paham betul jika kemerdekaan hanya bisa diwujudkan karena persatuan, bukan kekuatan semata.

Peran-peran pemuda yang begitu membanggakan ternyata sudah ada jauh sebelum Negara Indonesia terbentuk. Bahkan kitab suci umat Islam yakni Al Quran telah merekam karakter-karakter mereka. Salah satunya adalah kisah para pemuda penghuni gua yang terdapat dalam surah Al Kahfi. “Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda –pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka (Q.S Al Kahfi: 13)”

Dalam kisah tersebut, Allah SWT memuji keimanan para pemuda yang menghuni gua. Saat kita menelisik lebih jauh tentang kisah para pemuda ini dalam kitab-kitab tafsir, maka kita akan berada pada satu kesimpulan yang sama. Mereka pantas mendapatkan pujian dari Allah SWT. Beberapa ahli tafsir dari kalangan ulama Salaf dan Khalaf menyebutkan, para pemuda itu adalah anak-anak para raja romawi dan orang-orang terhormat merek. Mereka memiliki pendirian dan keyakinan yang sangat teguh terhadap apa yang mereka yakini. Pikiran mereka merdeka dari semua bentuk pengungkungan dan penindasan seorang raja yang ada di negeri tersebut. Saat mereka menemukan sebuah kebenaran, maka tidak ada satupun yang bisa menghalangi yakin mereka. Bahkan sang raja yang menginginkan mereka kembali kepada kepercayaan mereka yang dulu pun dinasihati oleh mereka. Mereka tidak ragu menyampaikan kebenaran dan mengajak sang raja untuk mengikuti keyakinan mereka. Sampai akhirnya sang Raja Murka dan mengakibatkan kehidupan mereka terancam. Akan tetapi bagi mereka, ini adalah konsekuensi yang harus mereka tanggung. Mereka sadar terhadap apa yang mereka kerjakan dan konsekuensi yang akan mereka dapatkan.

Ayat lain dalam Al Quran yang berkisah tentang pemuda terdapat dalam Surah Yaasin. “Dan datanglah dari ujung kota, seorang pemuda dengan bergegas dia berkata, “wahai kaumku! Ikutilah utusan-utusan itu (Q.S Yaasin: 20)”. Ayat ini menunjukkan bahwa para pemuda adalah yang paling cepat merespons kebaikan. Mereka pula yang memiliki semangat tinggi dan berapi-api untuk sebuah misi tertentu. Kesadaran mereka tidak hanya sekedar diyakini namun diamalkan dengan sekuat tenaga mereka. Bahkan mereka bergegas untuk segera mengajak orang-orang agar mengikuti apa yang mereka yakini.

Imam Syahid Hasan Al Banna mengatakan bahwa, As Syabab atau pemuda itu adalah pilar kebangkitan umat, rahasia kekuatan dalam setiap kebangkitan panji dan setiap fikrah. Para pemuda adalah penerus tongkat estafet kepemimpinan sebuah bangsa. Sehingga nasib bangsa ke depannya ditentukan oleh kualitas para pemuda hari ini. Apa yang hari ini diukir, akan menjadi rupa dan warna di masa mendatang. Sangat bergantung pada apa yang dibaca, ditonton dan kebiasaan yang dilakukan pada saat ini. Jika pemuda hari ini tidak bisa disiplin dan bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan, maka suatu saat nanti akan lahir para pemimpin yang suka memfitnah. Mencari alasan pembenaran terhadap apa yang mereka tidak selesaikan. .

Paling tidak, ada empat modal yang harus dimiliki pemuda hari ini untuk menghadapi hari esok.. Empat modal yang akan menjadikan para pemuda hari ini siap mengambil alih tonggak kepemimpinan bangsa ke depannya.

Modal pertama yang harus dimiliki adalah sidiq. Pemuda harus terbiasa dengan perkataan dan perbuatan yang jujur. Ucapan dan perbuatan harus selaras dan sejalan. Bukan pemuda yang hanya berteori namun tidak melaksanakannya. Juga bukan pemuda yang pandai mengelabui orang lain, menipu dan culas dalam setiap kompetisi. Sebab kita butuh pemimpin yang memiliki integritas, bukan pemimpin yang korup.

Modal kedua yang harus dimiliki oleh seorang pemuda adalah amanah. Pemuda harus mampu mempertanggungjawabkan setiap perbuatannya. Berani berbuat, berarti berani untuk menanggung setiap risiko yang ditimbulkannya. Termasuk menyelesaikan tugas-tugas yang diembankan kepadanya. Sebab ke depan, kita butuh pemimpin yang berani, tegas dan mampu mengayomi rakyatnya. Berani menanggung semua risiko dan konsekuensi kebijakan yang diambilnya. Tegas dalam hukum, ucapan dan tindakannya. Serta setia mengayomi rakyat kecil bukan para konglomerat yang menyogok. Kita tidak butuh pemimpin yang mengklaim keberhasilan orang lain sebagai keberhasilannya, dan melemparkan kesalahannya kepada orang lain.

Modal ketiga yang harus dimiliki adalah fathanah. Pemuda hari ini harus cerdas dalam berpikir dan bertindak. Pikirannya harus jauh melampaui batasan ruang dan waktu. Sehingga pilihan sikap yang diambil adalah berdasarkan pertimbangan manfaat dan prioritas. Yakni manfaat untuk masyarakat umum bukan manfaat bagi pribadi ataupun golongan. Sedangkan prioritas membantu kita dalam mengefektifkan waktu dan pilihan. Untuk menguasai modal ini, kita harus membiasakan membaca dan melatih kemampuan analisis. Kita harus mampu membiasakan diri untuk berpikir ilmiah dan out of the box. Sebab ke depan, kita butuh pemimpin yang memiliki kapasitas untuk memimpin. Mampu mengambil dan memutuskan sikap yang tepat di semua kondisi dengan mempertimbangkan asas manfaat dan konsekuensinya. Bukan pemimpin yang pendiriannya tidak tetap.

Modal keempat yang harus dimiliki oleh pemuda hari ini adalah tabligh. Pemuda harus berani menyampaikan kebenaran. Sebagaimana para pemuda kahfi yang berani menasihati raja zhalim lagi diktator. Pemuda hari ini harus terbiasa untuk menyampaikan kejujuran walaupun efeknya tidak enak untuknya. Bukankah pemuda itu paling merdeka berpikirnya dan tidak suka dikungkung dalam ketidakbenaran. Bukanlah pemuda jika ia masih bisa diperdaya oleh hal-hal duniawi. Sebab pemuda adalah yang memiliki energi positif sebagai agent of change, iron stock dan social of control. Karena ke depan, kita butuh pemimpin yang mampu menasihati dan menyampaikan kebenaran dengan cara yang baik dan tepat. Menasihati tanpa menyakiti dan menyampaikan tanpa menyinggung perasaan. Juga pemimpin yang mampu membawa diri dan yang dipimpinnya pada arah kebaikan dan keselamatan.

Selamat hari sumpah pemuda! (dakwatuna.com/hdn)

Guru Konsultan Yayasan Pendidikan Dompet Dhuafa
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...