Jatuh.. Jatuh.. Jatuh.. Bangkit

Ilustrasi. (polskaniepodlegla.pl)

dakwatuna.com – Dalam lembah dan lautan dosa hamba ini menjadi hina di hadapan-Mu, tak terkira nian banyak dosa ini. Saat menginsafi akan kesalahan dan samudera dosa yang hamba arungi namun tetap saja mengulanginya lagi dan terjatuh berlumuran dosa karena diri ini kesekian kali banyaknya melakukan kesalahan yang sama.

Yaa Allah, hamba ini layak dikatakan ingkar saat berbuat dosa dan mengetahui kemungkaran-Mu. Yaa Allah, hamba ini layak dikatakan munafiq saat berpura dalam ibadah namun jatuh dan tenggelam dalam lautan dosa. Yaa Allah hamba juga layak dikatakan fasiq saat mengetahui hal- hal yang Engkau cintai dan benci namun hamba lebih condong kepada hal- hal yang Engkau benci.

Setelah pengakuan ini hamba ungkapkan lewat hati, lisan, tulisan maupun perbuatan, tersadarlah bahwa hamba telah diperbudak oleh hawa nafsu yang takkan berakhir. Karena budak hawa nafsu itu tak pernah puas dengan lembah kemaksiatan dan samudera dosa saat tenggelam dalamnya. Bersyukurlah sebagian teman kita yang mampu mengendalikan hawa nafsunya. Kendali ini penting, jika tali kendali telah lepas maka sulitlah meraihnya kembali.

Tali kendali merupakan pion terpenting dalam hidup. Ia membuat insan lebih terarah dan tepat dalam melangkah. Ia membuat insan lebih beradab dan berakhlak mulia di hadapan Allah juga insan sesamanya. Hanya satu kunci untuk meraih tali kendali ini bagi hamba yang berdosa, ialah berani hijrah dari lembah dan lautan dosa yang ia tenggelam di dalamnya, lalu tak pernah berputus asa saat berjuang meraih tali kendali tersebut. Wujud dari tali kendali ialah prestasi luar biasa yang diraih, namun jika prestasi itu tak tampak bisa jadi pahala yang ia raih jauh lebih luar biasa dibanding mereka yang prestasinya tampak.

Untuk budak hawa nafsu yang sejatinya melepaskan tali kendali ini terkadang realitanya melewati beberapa fase berikut: jatuh, kemudian jatuh, lalu jatuh lagi dan akhirnya bangkit. Jatuh di fase yang pertama, merupakan langkah awal untuk anda melatih optimis agar tak putus asa saat menjalani kehidupan. Terjatuh di fase yang kedua, itu mengajarkan anda untuk tetap mempertahankan rasa optimis yang pernah anda miliki dan lagi- lagi hidup ini tidak ada cela untuk putus asa. Lalu di fase selanjutnya anda terjatuh untuk kesekian kalinya, merupakan tanda atau lampu peringatan agar karakter optimis yang anda miliki terpatri dan menjadi pribadi anda. Dan pada fase terakhir yang mengharuskan anda untuk bangkit, inilah isyarat bahwa perjuangan berat sudah dimulai untuk menjalani dan menghadapi rintangan hebat di masa mendatang.

Optimis itu tak putus asa, terus pantang putus asa, lalu gak pernah putus asa dan akhirnya bangkit. semoga kita semua menjadi pribadi- pribadi optimis dan berprestasi di masa yang nun jauh didepan sana, Aamiin…. (dakwatuna.com/hdn)

Mahasiswa UII, Takmir Masjid, Penggiat Iqro dan Penuntut Ilmu. Sebelumnya SMAN 01 Nunukan (Kaltara). Akan terus melanjutkan Studi InsyaAllah.
Disqus Comments Loading...