Topic
Home / Narasi Islam / Sosial / Guru Persimpangan Jalan

Guru Persimpangan Jalan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Syaeful Bahri)
Ilustrasi. (Syaeful Bahri)

dakwatuna.com – Apakah sudah yakin dengan pilihan Anda menjadi seorang guru? Tahukah Anda menjadi seorang guru diibaratkan berada pada persimpangan sebuah jalan. Mengapa demikian? Mari kita refleksikan diri bersama-sama sebagai seorang guru. Apakah kita sudah menjadi seorang guru yang baik atau sebaliknya? Dan jalan manakah yang akan kita pilih?

Seorang guru merupakan pengemban amanah sebagai pendidik, pengajar, dan pemimpin, sungguh mulia amanah yang telah diberikan kepadanya. Amanah menjadi seorang pendidik, pengajar, dan pemimpin memanglah tidak mudah, tapi bukan berarti kita harus menjadi seorang pendidik dan pengajar yang asal-asalan. Guru sebagai pendidik adalah di mana seorang guru diberikan amanah untuk mendidik anak didiknya agar menjadi anak yang baik dan berakhlak. Kedua adalah guru sebagai pengajar, paradigma lama menganggap bahwa seorang guru hanya sebagai pengajar yang mengajarkan sebuah ilmu pengetahuan. Ketiga adalah guru sebagai pemimpin, inilah paradigma baru yang ingin kita diskusikan bersama. Sebagai guru, kita juga harus memiliki jiwa kepemimpinan (Leadership). Mengapa demikian? Karena sebagai seorang guru kita harus mampu menunjukkan sifat-sifat kepemimpinan dan konsisten memberikan inspirasi keteladanan bukan sekadar mendidik dan mengajar.

Lantas apa maksud dari guru berada di persimpangan jalan?

Dari ketiga amanah di atas apakah kita sebagai guru sudah melaksanakannya dengan baik dan benar? Apakah kita sudah menjadi guru yang mendidik dan mengajar dengan rasa penuh tanggung jawab atas amanah yang telah diberikan? Lantas siapakah sebenarnya yang telah memberikan amanah kita menjadi seorang guru? Apakah instansi, seperti pemerintah, PGRI, atau sekolah?

Amanah tersebut diberikan oleh sang khalik kepada kita agar dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan penuh rasa tanggung jawab. Tidak banyak manusia yang diberi amanah untuk menjadi seorang guru, kita patut bersyukur kepadaNya atas amanah yang telah dipercayakan kepada kita. Maka dari itulah kita sebagai guru laksanakanlah kewajiban kita sebaik mungkin. Karena amanah yang telah diberikanNya kepada kita akan dipertanggung jawabkan kelak di akhir hayat kita. Jika kita sudah menjadi seorang guru yang baik dan benar penuh tanggung jawab. Maka, kita akan diarahkan ke jalan menuju JannahNya. Jika sebaliknya, jika kita sebagai guru belum bisa melaksanakan amanah yang telah diberikan olehNya. Maka, kita sendiri lah yang telah memilih jalan untuk menuju neraka jahanam. Karena kita sebagai guru telah lalai dengan amanah yang telah diberikan olehNya. Bukan sekadar untuk menuntut hak kita sebagai guru. Namun, apakah kita sudah melaksanakan kewajiban kita sebagai guru dengan penuh rasa tanggung jawab? (dakwatuna.com/hdn)

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Pelajar.

Lihat Juga

Bentuk-Bentuk Penyimpangan di Jalan Dakwah (Bagian ke-3: Persoalan Jamaah dan Komitmen (Iltizam))

Figure
Organization