Topic
Home / Pemuda / Mimbar Kampus / Hubungan Baik Dakwah Sekolah dan Kampus

Hubungan Baik Dakwah Sekolah dan Kampus

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Frame Komunikasi Dakwah Sekolah dan Kampus

“Ingat pada daurah pasca kampus yang diadakan SMA saya, yaitu SMA Negeri 13 (GaLas), acara tersebut memberikan pencerahan kepada saya bahwa Dakwah Sekolah dan Dakwah Kampus jangan dibentur-benturkan, tinggal atur porsinya saja.”

Permasalahan antar dakwah sekolah dan kampus tak henti-hentinya terjadi pada implementasinya. Terlihat mudah, ternyata aplikasi nya sulit. Ini pun yang terjadi pada diri saya ketika pada tahun kedua di kampus. Ketika itu saya dicalonkan menjadi ketua FSI FISIP UI, pihak sekolah tidak mengizinkan karena saya masih dibutuhkan di dakwah sekolah. Akhirnya, pihak Dakwah Sekolah (DS) memberitahukan pada pihak Dakwah Kampus (DK) agar saya tidak dijadikan ketua. Proses demi proses dilalui dalam suksesi ketua, ternyata hasil musyawarah menyatakan bahwa saya menjadi ketua. Sayangnya, pihak DK tidak mengiyakan permintaan pihak DS. Akhirnya saya melaksanakan amanah tersebut dengan mengurangi porsi ke DS. Terlihat sekali pihak DS yang tidak menyukai pihak DK karena tidak mengikuti keinginan DS. Pada posisi ini, saya tidak ingin menyalahkan siapa-siapa, tetapi ada hal yang penting di sini, yaitu komunikasi dan frame yang berbeda antara DK dan DS.

Komunikasi dan frame berbeda menjadi kuncinya agar hubungan mereka tidak bergesekan terus. Dengan dakwah ammah harakah zhahir, petinggi-petinggi DK bisa dijangkau dan diakses, tidak hanya sesame aktivis dakwah, tetapi orang umum. Dahulu sempat ngobrol sama sahabat saya bernama Alfisyahrin, “Kayaknya kita butuh Majelis Syuro Bidang Penerangan nih, tugasnya untuk komunikasi dengan DS. Biar DS tahu perkembangan DK, tahu bagaimana perkembangan mentee nya, dan sebagainya.”. Kalo dipikir-pikir mungkin tidak harus ada MS ‘baru’, tetapi cukup dengan struktur yang ada bisa komunikasi dengan DS, setidaknya pada perihal yang penting. Frame dalam komunikasi pun berbeda, pihak DK ingin berkomunikasi dengan Murabbi (MR) nya saja, padahal tidak semua MR itu pada struktur DS, tidak semua MR punya komunikasi baik dengan struktur DS. Pihak DS mau nya, DK tidak hanya berkomunikasi pada MR, tetapi juga kepada struktur DS. Mengapa demikian? Karena yang tahu kebutuhan di lapangan DS ya struktur DS. Maka dari itu, harus ada pengertian dari kedua belah pihak atau MR sekolah juga punya itikad baik kepada struktur DS agar semua nya terang benderang.

Itikad Baik Dakwah Kampus kepada Dakwah Sekolah

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh DK kepada DS. Tidak bisa dipungkiri pihak DS banyak menyuplai kadernya untuk menjadi ADK (Aktivis Dakwah Kampus) karena tidak banyak memang ADK yang jebolan DK. Tetapi DK juga sudah mulai berkembang, rekrutmen awal yang bertransformasi menjadi ADK juga sudah lumayan jumlahnya dengan perbaikan pengelolaan halaqah. Sekolah-sekolah satelit di UI misalnya SMAN 8, 28, 70, 6, 13, 71, 81, 31, 12, 14, 48, 1 Depok, dan seterusnya sebagai penyuplai kader terbanyak. Pihak DK bisa melakukan upaya baik dalam sinergisasi dengan DS. Kalo dalam kasus DK UI, ia sudah melakukan itikad baik seperti;

  1. Pesantren Kilat SMA se-Jabodetabek pada tahun 2014.
  2. Muslim Youth Future Leader Training se-Jabodetabek 2015 dan terbentuk wadah Salam UI Youth walaupun masih minim tindak lanjutnya.
  3. Berkomunikasi dengan penanggung jawab DK secara berkala agar saling mengetahui perkembangan satu sama lain.

Inisiatif baik ini juga sudah dibahas oleh beberapa tokoh dakwah kampus. Sebuah LDK mengadakan kegiatan daurah yang diperuntukkan bagi Aktivis Dakwah Sekolah (baca: ADS), atau dengan menjadi Murabbi, Mentor, Muwajjih, maupun Trainer. Bisa juga dengan mengadakan daurah pasca sekolah untuk siswa kelas 3 dengan materi pengenalan kampus sehingga mereka memiliki bekalan sebelum masuk ke kampus (Adib: 2011). Bang Ucup (Yusuf: 2008) juga memberikan saran yang baik dalam hal kontribusi DK kepada DS antara lain;

  1. Berperan sebagai pengelola dakwah sekolah. Biasanya bisa dimulai oleh alumni salah satu sekolah untuk membuka dakwah di sekolah tersebut. Pendekatan dapat melalui pihak sekolah atau melalui OSIS sekolah. Jika memang tidak ada alumni suatu sekolah, bisa saja kampus mengutus salah satu kadernya yang memang mempunyai kecenderungan terhadap dakwah sekolah untuk mengelolanya.
  2. Sebagai mentor. Cara ini biasanya pula sering dilakukan dan memang mudah untuk dilakukan. Kampus mencoba memberikan kader-kadernya untuk mengisi mentoring rutin di sekolah-sekolah yang sudah terkondisikan. Kesempatan mengisi mentoring ini bisa juga menjadi latihan mengisi bagi mentor mula untuk mahasiswa tingkat awal, atau mentor pemula.

Sebagai contoh saja, Salam UI juga dalam proses penyuplai mentor ke sekolah-sekolah yang kekurangan mentor. Baru beberapa sekolah saja yang bisa diakomodasi karena sulitnya jadwal antara mentor dengan calon mentee dari sekolah. Semoga ke depan DK bisa membantu banyak dalam penyediaan mentor sekolah.

  1. Sebagai pemateri atau pengisi acara. Banyaknya interaksi antara mahasiswa dengan siswa dapat menjadi wawasan tambahan bagi siswa. Pada poin ketiga ini Salam UI sudah menjadi partner sekolah yang baik. Setelah acara pesantren kilat dan membina hubungan baik dengan struktur DS, pihak DS pun menerima baik Salam UI untuk menjadi mitra sekolah perihal narasumber di sekolah-sekolah.

Perlakuan DS kepada DK

Setiap DS memiliki perlakuan masing-masing kepada ADS yang sudah memasuki lingkungan kampus. Ada yang me support full berkegiatan di kampus, membatasi, dan mengatur porsi sekian-sekian. Kalau yang saya alami di sekolah, tahun pertama dan kedua fokus di DS. Mengapa demikian? Biasanya untuk mengikat ADS untuk tetap berkontribusi di DS dan selagi belum-belum sibuknya di kampus. Tahun ketiga dan keempat merupakan masa sibuk kampus selain tuntutan akademik, ada tuntutan organisasi menjadi petinggi fakultas dan universitas.

Contoh lain SMA-SMA di Depok, ADS mereka fokus pada DS karena mereka tidak hanya mengurusi pada jenjang SMA Negeri dan Swasta, tetapi juga tingkat SMP. Jadi, DS Depok membutuhkan kader mereka untuk mengurusi jejaring DS nya. Ada lagi SMA yang dekat dengan UI, sebut saja SMAN 28 Jakarta. Struktur DS 28 membuat pola tertentu dalam mendistribusikan amanah antara DS dan DK dengan empat kuadran. Forum alumni membuat kebijakan pembagian peran kampus dan sekolah dalam porsi yang berbeda di empat kuadran. Pembuatan kuadran ini didasari masa studi kampus dan fokus dakwah di masing-masing tempat (Kautsar: 2014). Empat kuadran itu digambarkan seperti ini;

Kuadran pertama berlaku pada masa mereka yang berada di kampus dalam semester 1 sampai dengan semester 3, pembagian fokus sekolah dan kampus ada di angka 8: 2. Kuadran kedua berlaku pada masa mereka yang berada di kampus dalam semester 4 sampai dengan semester 5, pembagian fokus sekolah dan kampus ada di angka 3: 7. Kuadran ketiga berlaku pada masa mereka yang berada di kampus dalam semester 6 sampai dengan semester 7, pembagian fokus sekolah dan kampus ada di angka 3: 7. Kuadran keempat berlaku pada masa mereka yang berada di kampus dalam semester 8 sampai dengan lulus dari kuliah, pembagian fokus sekolah dan kampus ada di angka 8: 2.

Pembagian porsi antara DS dan DK bisa diserahkan masing-masing pihak terkait. Hal yang penting adalah jangan sampai DS dan DK dibentur-benturkan, terkadang juga masalah berada pada kadernya yang tidak mau bekerja sedikit keras untuk bolak balik DS dan DK, padahal masih bisa diakses. Sudah cukup gesekan antara DS dan DK, mari bangun komunikasi yang baik dan DK perlu mengakomodasi kepentingan DS juga agar gerakan dakwah bisa sinergis dan berefek lebih luas. Bismillah… (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa Sosiologi FISIP UI yang sedang aktif di SALAM UI sebagai Sekretaris Jenderal. Orang yang sederhana untuk terus menjadi pembelajar sampai akhir hayat.

Lihat Juga

Ada Dakwah di Dalam Film End Game?

Figure
Organization