Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Kelu Lidah di Lelantai Haramain

Kelu Lidah di Lelantai Haramain

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Aki Awan)
Ilustrasi. (Aki Awan)

dakwatuna.com – Mengunjungi Masjidil Haram, Masjid Nabawi, hanya duduk-duduk santai saja di sana, belum sempat doa terpanjat, belum sempat tegakkan Shalat, baru tercuri pandang Ka’bah di hadapan, atau tersentuh telapak tangan pada lelantai masjidnya, bahkan hembusan sepoi anginnya, tiba-tiba telah membuat rembes bulir bening dari celah bulu mata.

Lamat Shalawat di masjid Nabawi, di samping makam Rasulullah SAW, bak menemukan suasana terbaiknya, rasanya begitu dekat, seakan sedang bershalawat kepada Baginda tercinta yang sedang duduk di samping. Tidak ada shalawat yang kehilangan makna, yang terlewat begitu saja, shalawat menjadi begitu syahdu, menemukan maknanya huruf demi huruf..

Ziarah ke makam Nabi SAW dari waktu ke waktu terus menguatkan rasa cinta pada sang Nabi, kadang dapat menatap dari dekat makam sang Nabi, kali lain hanya kebagian mengucap salam dari jauh, sambil terisak.

Terik sang mentari, dingin lelantainya, atau sekedar lalu lalang para jamaah, semua terasa begitu akrab, meski ini bukan tanah kelahiran kita, bukan kampung halaman kita, jauh lebih baik dari itu, karena ini tanah kelahiran Nabi SAW, tempat beliau menurunkan Risalah, maka setiap hembusan anginnya menjadi saksi kemuliaan.

Air zamzam yang tersedia di mana-mana memaksa empunya tenggorokan untuk berdoa setiap akan minum air suci hasil hentakan kaki mungil Nabi Ismail AS itu. Seakan dapat menyaksikan begitu jelas perjuangan Ibunda Hajar dan Nabi Ismail di tanah tak bertanam 1000 tahun lalu itu. Mengajari betapa arti penting ikhtiar.

Dan setiap jengkal area Masjid yang utama untuk memanjatkan Doa, dikali lipat waktu-waktu terbaik..

Kadang hanya bertemu kelu lidah dan kesyahduan isak. Perlu sedikit mengatur nafas untuk dapat berucap jelas..

Rabbana, saksikan bahwa kami adalah jiwa-jiwa yang selalu rindu ke tanah suciMu, rizkikan kami Kau undang ke sana ya Rabb, izinkan kami mengunjunginya dengan sebaik baik kunjungan, dengan sebaik baik kehusyu’an, dengan sebaik baik keadaan.. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Seminar Nasional Kemasjidan, Masjid di Era Milenial

Figure
Organization