Sohibul Iman Ungkap Lima Syarat Jadi Pemimpin yang Berkualitas

Presiden PKS, M Sohibul Iman. (IST)

dakwatuna.com – Depok.  Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mohamad Sohibul Iman mengungkapkan ada lima syarat yang mesti dilakukan kadernya jika ingin menjadi pemimpin yang unggul dan berkualitas.

“Kita perlu adanya moralitas pada calon pemimpin. Yang kedua, intelektualitas. Yang ketiga personalitas atau kepribadian. Keempat sisi humanis; dan terakhir ketegasan. Pemimpin harus unggul dan berbeda dibanding mereka yang dipimpinnya,” kata Sohibul Iman, dalam siaran persnya, Senin (29/8/2016).

Menurut politisi asal Jawa Barat itu, pemimpin yang mengalami transendensi akan terangkat derajatnya di atas umumnya manusia. Seorang pendakwah, ujarnya, harus bisa melihat ketinggian ibarat sebuah benteng.

“Jangan sampai kita disibukkan dengan perkara yang jauh-jauh dari keimanan, sebagai orang yang beriman harus mengarah ke akhlak yang mulia. Untuk itu moralitas sangat penting, kita harus punya moralitas lebih baik. Naiknya derajat kita bukan diberi begitu saja oleh Allah tapi harus ada proses pendakian,” ujarnya.

Di tangan pemimpin yang punya moralitas baik, lanjut mantan wakil ketua DPR RI ini, aset negara akan aman dan dijaga dengan baik.

“Aset negara tidak mungkin dikorupsi oleh pemimpin bermoralitas baik, dia akan menjaganya dengan baik. Aset negara pasti akan aman dan tidak dijual murah begitu saja,” cetusnya.

Sohibul juga menekanakan, diperlukan intelektualitas untuk melengkapi moralitas. Sebab menurutnya, moralitas saja tidak cukup jika ingin bergerak mencapai tujuan kepemimpinan.

“Bagaimana cara mencapainya? Maka dibutuhkan adanya intelektualitas. Moralitas saja tidak cukup jika intelektualitas tidak jalan. Lembaga, organisasi atau negara yang dipimpinnya tidak akan maju. Menjadi pemimpin nasional harus punya kepribadian yang unggul,” ucap Sohibul.

Lebih lanjut mantan rektor Universitas Paramadina ini mengatakan, selain moralitas dan intelektual, sosok pemimpin juga harus menjadi orang yang sangat humanis.

“Ketika sudah menjadi pemimpin jangan menciptakan jarak, jangan sampai hilang sisi humanisnya. Pemimpin harus menyatu dengan yang dipimpinnya, dengan rakyatnya,” ujarnya.

Namun humanis tanpa ketegasan, maka seorang pemimpin akan menjadi orang yang sangat permisif.

“Humanis saja tanpa ketegasan akan menjadi permisif. Ketegasan itu sangat penting dan dibutuhkan. Tapi ketegasan saja tanpa humanisme akan menjadi sosok yang ‘killer‘,” pungkas Sohibul.  (abr/dakwatuna)

Seorang suami dan ayah
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...