Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Dahsyatnya Istiqamah untuk Meraih Keberhasilan Dalam Hidup

Dahsyatnya Istiqamah untuk Meraih Keberhasilan Dalam Hidup

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan : “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (istiqamah), maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan : “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fushshilat : 30)

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Maka tetaplah (istiqamahlah) kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Huud : 112).

Dari dua firman Allah swt di atas bahwa kata “istaqaamuu” istiqamah diartikan teguh pendirian kemudian tetap pada jalan yang benar. Ini mengindikasikan bahwa apapun yang sudah diambil dan diputuskan di mana itu sudah dengan berbagai ikhtiar serta do’a maka seorang muslim harus memasrahkan kenyataan akhirnya hanya kepada Allah swt. semata. Ia harus tetap teguh dan tidak boleh goyah serta konsekwen dan bertanggung jawab atas apapun hasilnya, tidak boleh berpikiran negatif dan berkeluh kesah sebab Allah swt akan memberikan yang terbaik kepadanya walau terkadang tidak seperti yang telah diimpikan dan direncanakan sebelumnya. Dari sini bisa dikatakan bahwa istiqamah menetapi jalan kebenaran, dan teguh pendirian.

Pada tatanan praktis, istiqamah dimaknai dengan sederhana yaitu pada kegiatan yang sifatnya nafilah atau sunnah bukan pada kegiatan yang sudah diwajibkan. Karena sesuatu yang sudah diwajibkan tidak boleh ditinggalkan, dan kalau ditinggal ia akan mendapatkan sanksi dari Allah swt. jadi, kalau sudah kewajiban, bukan istiqamah lagi sifatnya tetapi sudah menjadi suatu keharusan melaksanakannya. Berbeda dengan kegiatan yang bersifat sunnah, jika dilakukan ia mendapatkan imbalan dan jika tidak dilakukan tidak ada sanksi apapun.

Maka dapat dikatakan bahwa Istiqamah merupakan kegiatan rutinitas di mana bentuk pelaksanaannya kontinyu dan konsisten dan penuh keikhlasan. Dikatakan rutinitas karena ia sebagai kegiatan rutin di luar perintah-perintah yang sudah diwajibkan. Dikatakan kontinyu karena ia selalu dan terus menerus. Kemudian disebut konsisten karena apapun keadaan dan halangannya kalau bukan bersifat udzur syar’i maka ia tetap dilaksanakannya. Dikatakan ikhlas, karena tiada lain yang diharapkan kecuali ridla dan ampunan serta rahmat dari Allah swt. semata. Atau bisa juga bermakna, istiqamah adalah menetapi pada suatu pekerjaan di luar yang sudah ditentukan dengan hati yang suka rela lillahi ta’ala.

Puasa senin kamis, shalat tahajjud, shalat dhuha, adalah di antara ibadah-ibadah sunnah yang sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh syariat. Bahkan berkaitan dengan puasa senin kamis, shalat tahajjud dan shalat dhuha, terdapat salah satu penelitian desertasi di UIN Surabaya (Djoko Hartono:2011), mengenai kepemimpinan (kepala sekolah SMP Metroloplitan) yang istiqamah dalam menjalankan puasa sunnah senin kamis, shalat tahajjud, dan shalat dhuha sebelum dan ketika menjadi kepala sekolah. Dari hasil penelitian tersebut sungguh luar biasa mereka dipercaya memegang amanah menjadi kepala sekolah dan lebih berhasil dalam kepemimpinannya.

Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa para pemimpin yang istiqamah dalam menjalankan sunnah-sunnah tersebut keberhasilannya sangat bagus. Keberhasilan yang dominan terletak pada organizational achievement yaitu keterwujudan program inovasi. Bahkan hebatnya lagi, penelitian ini menegaskan bahwa pemimpin yang meningkatkan intensitas sunnah-sunnah tersebut lebih lagi pada puasa senin kamis tingkat keberhasilannya sangat baik, yakni keberhasilan dominan organizational maintenance, di mana pada semua indokator sama, yaitu keberhasilan kepemimpinan terhadap pembinaan organisasi, semisal bawahan semangat bekerja, solid dan seterusnya. Ini indikasi bahwa puasa yang istiqamah berdampak pada peningkatan kualitas pribadi serta peningkatan terhadap kualitas hubungan bersama.

Walaupun istiqamah penting, namun pelaksanaannya sangat berat. Seperti dikemukakan oleh seorang ulama Ibnu ‘Athoillah bahwa istiqamah merupakan sesuatu yang berat, sampai-sampai ketika Rasululloh saw. menerima ayat yang berkaitan dengan istiqamah dalam surah Huud ayat 112 menyebabkan dirinya lama termenung jauh dalam memikirkan arti penting ayat tersebut sehingga Rasululloh saw. terlihat seperti cepat bertambah umurnya lantaran rambutnya menjadi beruban.

Tetapi Allah swt. tidak menyia-nyiakan hambanya yang istiqamah. Allah swt. tidak meninggalkan hambanya sedikitpun yang senantiasa berjalan di jalan-Nya serta tekun mencari ridho-Nya sehingga mengantarkan sang hamba berhasil seperti yang sudah terjabarkan dalam penelitian tersebut di atas. Hal ini karena menurut Ibnu ‘Athoillah istiqamah merupakan suatu derajat yang dengannya kesempurnaan dan komplisitas kebagusan mewujud. Dengan istiqamah, bermacam kebaikan dan koordinasi sistematika kebaikan mengada. Orang yang tidak dapat melakukan amalan ibadahnya secara istiqamah, maka amalan ibadahnya bisa terancam sirna dan perjuangannya bertaqarrub ilallaah (mendekatkan diri kepada Allah swt.) dianggap gagal.

Selanjutnya Ibnu ‘Athoillah mengatakan, dengan istiqamah beribadah ikhlas semata karena Allah swt. akan menjadikan hati damai, gembira dan pikiran tenang karena mendapat petunjuk dari Allah swt. Ahli tafsir kenamaan, Ibnu Katsir juga mengatakan bahwa Allah swt. berjanji akan memberikan kebahagian surga kelak di akhirat serta kebahagian dunia di mana Allah swt. mengutus malaikat untuk senantiasa menjaga dan melindungi hambaNya yang istiqamah. Allohu a’lam. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 5.00 out of 5)
Loading...

Tentang

S1 Kulliyah Dakwah Islamiah, Tripoli-Libya. Jurusan Bahasa dan Sastra Arab (Lc) (2009-2010). S2 IAIN Sunan Ampel Surabaya. Jurusan Dirasat Islamiah Konsentrasi Pemikiran Islam (M.Fil.I) (2011-2012). Anggota Kordinator Depertemen Pendidikan dan Dakwah Kesatuan Keluarga Mahasiswa Indonesia (KKMI), Tripoli-Libya (2007-2008). Koor Lembaga Dakwah PCI NU Tripoli-Libya (2007-2009). Staf Pengajar Fak. Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Ma’arif Kendal Ngawi. Penyuluh Agama Islam Honorer dilingkungan KUA Ngariboyo-Magetan. Lembaga Rumah Tahfidz “Lentera Al-Qur’an Ma’arif” Mojopurno, Magetan. Keahlian: Tahfidz al-Qur’an dan Bahasa Arab.

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization